Kemudian Imam Ghazali membagi
hati ke dalam tiga. Yaitu (1) hati yang sehat (qalbun shahih), (2) hati
yang saskit (qalbun maridh) dan (3) hati yang mati (qalbun mayyit).
Hati yang sehat adalah milik orang-orang yang bertakwa. Dia sudah
tidak mengeluh kepada selain Allah. Tidak ada keresahan dalam dirinya. Yang ada
hanya kenikmatan bercinta dengan Allah azza wa jala. Hati yang
sakit, mungkin termasuk kita yang masih sering dihinggapi rasa was-was,
khawatir, iri, marah, dendam, munafik dan sejenisnya. Dan ini harus segera
diobati. Obatnya (1) membaca Qur’an dan maknanya (2) melaksanakan shalat malam
(3) bergaul dengan orang shaleh (4) membiasakan puasa sunah (5) memperpanjang
dzikir malam. Sedangkan Hati yang mati adalah urusan Allah, karena petunjuk adalah
hak prerogative Allah, hak mutlak Allah. Hati yang mati ini seperti yang
disindir dalam Qs Al Baqarah, “Innaladzina kafaru sawa’un alaihim
aandzartahum amlam tundzirhumla yu’minun. Khatamallahu ala quluu bihim wa ala
sam’ihim, wa ala absharihim ghisyawatun walahum adzabun adzim,” Sesungguhnya
orang kafir (hati yang mati) itu diingatkan atau tidak sama saja. Mereka tidak
akan beriman. Allah telah mengunci hatinya, pendengarannya, dan penglihatannya
dan bagi mereka siksa yang amat pedih.
Selanjutnya
apabila akibat serangan laskar Iblis kita sempat was-was, bersegeralah
intorspeksi yang disertai dengan istighfar. “Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa apabila mereka ditimpa perasaan was-was dari setan, maka mereka segera
ingat kepada Allah. Dan ketika itu juga mereka segera melihat kesalahan-kesalahan
diri mereka (berintrospeksi)” (Qs Al-A’raf : 201)
0 komentar:
Posting Komentar