Sabtu, 10 Desember 2011

Tentang Buku MABES

Tentang MABES
Dengan mengucap „alhamduilillahi rabbil alamin’ saya mulai merangkai
dan menyusun kata demi kata untuk buku yang saya harapkan bisa menjadi
sedikit solusi bagi umat ini. Mengapa hamdalah? Ya boleh saja Pembaca
memulai dengan mengucap ‘bismillahi rabbil alamin karena kalau seorang
muslim memulai sesuatu tanpa melakukannya akan terputus. Ini harus
karena itu ajaran Rasul. Diucapkan di mulut dengan penuh konsentrasi
demi mengingat Allah ‘bismillahirahmaanir rahiim’. Namun, saya ingin
mengajak Pembaca untuk benar- benar sehat dengan rasa syukur yang
tinggi kepada Dzat yang nyawa kita, hidup kita dan nasib kita ada di tangan-
Nya. Dengan perasaan syukur itulah segala rasa positif akan muncul dan
memenuhi jiwa kita. Puncaknya disebut dengan bahagia.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah ke hadirat Rasulullah
saw yang adalah bukan manusia biasa. Beliau adalah Allah yang berwujud
dan bisa dilihat dengan panca indera. Dalam ilmu kejawen disebut dengan
“Pangeran Katon.” Beliau adalah Al- Quran berjalan yang jika seseorang
bisa menirunya, dijamin akan bisa hidup bahagia dalam seluruh rentang
waktu hidupnya. Beliau menjamin dalam sebuah hadits, “man ahya sunati
faqad ahabani, waman ahabani kana ma’i fil jannah,” barangsiapa
menghidupkan sunahku, berarti ia mencintai aku, dan barangsiapa
mencintaiku, dia akan bersamaku di surga.
Pembaca, jangan berfikir surga yang dimaksud Rasul tercinta hanya
ada di akhirat kelak, jangan, itu akan membuat kita masih berpeluang
mengeluh kepada selain Allah. Surga itu sekarang ini sudah ada dan neraka
pun sudah tersedia dalam kehidupan di dunia ini. Jika kita bersyukur,

nikmat itu sungguh luar biasa. Segalanya menjadi sedemikian indah dan
mudah. Bahkan orang yang terbiasa bersyukur ini seolah tak perduli
dengan ujian dari Allah yang memang menetapkan hidup ini sebagai ujian.
Dia akan terus menikmati detik demi detik bersama Tuhannya. Ia akan
berbuat baik sabanyak mungkin demi mengabdikan dirinya yang hanya
punya waktu sedikit itu kepada sesuatu yang ingin ditemuinya dengan
mendapatkan ridha-Nya. Ia bekerja keras, tuntas dan ikhlas demi sebuah
kondisi radhiatan mardhiyah, Allah ridha dan ia puas melaksanakan
perintah-Nya. Walhasil, orang akan iri melihatnya, dan dia pun akan terus
hanya berbuat untuk Tuhannya yang saya sebut dengan “karena Allah,
untuk Allah, dan demi Allah.” Ia pun akan berbuat untuk dirinya sendiri.
Yaitu berfikir bahwa apapun yang dilakukannya, akan kembali
menimpa dirinya. Jika ia baik, pasti kebaikan itu akan kembali kepadanya,
dan jika ia jahat, kejahatan itu pun untuknya. Sehingga ia hanya memilih
dan berusaha untuk menjadi baik. Pada saatnya entah secara langsung
atau menunggu beberapa saat, ia akan menuai hasil tanamannya. Yaitu
kebaikan dan bukan keburukan yang diharapkannya.
Orang ini akan mendapatkan daya tahan tubuh yang sangat baik.
Tubuh pun mendapatkan serangan apapun akan mampu menyelesaikan
dengan baik. Staminanya benar-benar OK akibat olah pikir yang benar
dan perintah otak kepada tubuh yang jelas.
Sebaliknya, jika seseorang terus mengeluh dan mengeluh, bisa
dipastikan dalam hidupnya tidak akan pernah mengenal sesuatu yang
disebut dengan bahagia. Mungkin ia hanya pernah mendengar kata
itu, tetapi tidak akan pernah bisa menikmatinya. Orang yang mengeluh
akan menjauh dari Tuhannya dan semua makhluk akan menyisihkannya.
Daya tahan tubuh pun akan menjadi lemah dan dalam waktu yang tak
terlalu lama ia akan merusak jiwanya, imannya, bahkan juga fisiknya.
Naudzubillah..
Buku ini adalah kelanjutan dari ekspresi syafar spiritual saya,
perjalanan spiritual saya menuju kepada Tuhan saya. Dimulai dengan buku
Mengobati Penyakit Itu Mudah (MPIM) dengan segala pernik-perniknya
yang lalu mencipta sebuah komunitas spiritual kecil- kecilan. Lalu buku
Iblis Guruku (IG) yang saat tulisan ini sedang saya buat sedang dalam
proses penerbitan oleh JP Books, semuanya saya papar demi mendapatkan

suatu kondisi yang saya sebut dengan “penyebaran makhluk pembelajar.”
Apapun yang terjadi yang menimpa kita maupun lingkungan kita adalah
ilmu yang sangat bermanfaat untuk kehidupan kita ke depan. Bukan untuk
disesali dan diratapi tanpa aksi yang jelas. Tetapi setelah kita jumput ilmu
yang disebut dengan hikmah itu, lalu bekal tersebut kita jadikan sebagai
senjata untuk maju berperang melawan musuh terbesar kita. Musuh
besar itu banyak orang tidak mengenalnya dan keberadaannya kadang tak
disadari mereka. Yaitu nafsu kita.
Saya pernah berdoa agar Allah menghilangkan nafsu dari diri saya.
Namun lantunan doa yang sebenarnya hanya saya dan Allah yang tahu
itu juga ketahuan guru saya. Apa yang saya dapat? murka beliau yang
saya terima. Nafsu bukan untuk dimusnahkan, tetapi untuk
dikendalikan, dikelola, ditaklukkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin,
kata beliau. Sama halnya dengan masalah yang kita hadapi, bukan untuk
dihilangkan, tetapi untuk diperlakukan seperti nafsu tadi. Semasa masih
hidup di dunia, jangan pernah berharap tidak akan ada masalah. Dia akan
terus menyertai kita dan karena dialah (adanya masalah) kita
menjadi semakin dewasa dan arif bijaksana. Bukan sebaliknya. Di buku
ini, insya Allah akan dibahas berbagai hal tentang itu.
Membangun area bebas stres, di buku ini saya banyak bercerita tentang
penyakit yang asalnya dari perbuatan dosa, kejahatan dan pengendalian
diri yang salah. Bahkan saat penyakit fisik sudah melanda sekalipun,
penyakit itu bisa hilang dengan pengendalian emosi yang benar dari si
sakit. Biaya yang telah dikeluarkan yang jumlahnya ratusan juta untuk
berobat sebelum mendapatkan obat atau penawar yang hanya berupa
pencerahan ini, dijadikan sarana bersyukur kepada Allah swt. Dia
heran betapa Allah mengungkap kekayaan diri dan keluarganya ternyata
uang sebanyak itu pernah dimilikinya. Ini kisah nyata dan sebagian
besar cerita yang saya tulis adalah fakta yang saya kemas dalam bentuk
cerita. Saya ingin semua tadi menjadi motivasi bagi diri saya dan Pembaca
agar dari waktu ke waktu menjadi semakin baik dan pandai bersyukur.
Beberapa pengalaman spiritual, renungan dan tips untuk berbagai
kondisi negatif terpapar habis disini. Taushiah malam Jumat via SMS
yang selama ini menjadi tuntutan beberapa jamaah untuk diterbitkan
menjadi buku pun saya gabung di buku ini. Dan tentu saja, mutiara hikmah
viii
Moeslih Rosyid
yang menjadi pemandu saya dan juga Pembaca secara time to time, saya
obral. Hanya saja mohon maaf kali ini saya menyajikan hanya yang dari
saya saja. Bukan untuk bersombong ria atau tidak menghormati orang
hebat di dunia ini, tetapi dari saya saja sudah banyak. Saya tidak ingin
Pembaca bosan karena terlalu banyaknya hal-hal yang tidak perlu berada
dalam buku ini. Yang insya Allah sangat bermanfaat bagi Pembaca
adalah amalan yang bagi tim kami sudah teruji 100 dengan bukti mencapai
90%. Silakan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Selamat menikmati buku sederhana ini, semoga membacanya adalah
ibadah dan memahaminya menjadi ilmu yang bermanfaat. Lalu,
mengaplikasikan pemahaman tadi untuk sebuah pengabdian yang hanya
itulah tujuan kita diciptakan oleh Allah. Yaitu mengabdi atau beribadah
kepada-Nya.
Salam sukses dan salam MABES.

0 komentar: