Sejak bertemu dengan murshid dan juga guru spiritual utama saya, Ustadz Ikram,
saya sudah memegang suatu prinsip yang bisa menyelesaikan semua masalah yang
saya hadapi. Dan ini akan disampaikan di buku ini secara berulang-ulang dengan
uraian yang berbeda. Yaitu (1) tersenyum dalam kesedihan (2) tenang dalam
kesenangan dan (3) sopan dalam kemarahan. Uraian ulangan ini dimaksudkan untuk
mematrikan cinta dan ridha kita kapada Allah Swt dan kita juga akan
mendapatkannya dari-Nya, Amin.
Apabila kita bisa melakukan
ketiganya, niscaya Allah akan memurkai kita pada saat Allah memurkai orang lain
yang sedang dimurkainya. Allah tidak akanmeninggalkan kita, dan akan mengingat
kita, tetkala Dia memuliakan dan menjamu umat yang diridhahinya, insya Allah.
1. Tiga kalimat Bijak
Tersenyum dalam
kesedihan mengajak kita pada suatu
keikhlasan maksimal yang merelakan kejadian sesedih apapun yang menimpa kita.
Kejadian yang jelas tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan sebagai manusia
normal maupun yang memang kita inginkan. Tetapi karena kecintaan kita pada
Allah melebihi segalanya, maka apapun yang terjadi, pasti atas kemauan Allah.
Dan apabila Allah sudah mau, tak seorang pun bisa menolaknya. Sebaliknya
apabila Allah tidak menginginkan sesuatu terjadi, apapun yang diusahakan oleh
makhluk niscaya tidak akan pernah terjadi. ‘innama amruhu, idza arada
syai’an an yaquula lahu kun fayakun,’
sesungguhnya keadaanya, apabila menghendaki sesuatu hanya berkata
‘jadilah’ maka jadilah.
Jadi penderitaan apapun
yang kita alami. Kesedihan apapun yang menimpa kita, semuanya adalah
kehendak-Nya. Tugas kita hanya bersyukur dan bersyukur telah dikaruniai
sedemikian banyak kenikmatan. Pernahkah pembaca menghitung, berapa harga tangan
kita, mata kita? Jantung kita? Niscaya tak akan pernah mampu. Jadi seperti
janji-Nya yang menciptakan mati dan hidup ini sebagai ujian, kita harus rela
menerimanya. Bahwa pada kesempatan lain kita meminta sesuatu, itu urusan lain.
Bahkan di dalam hidup ini memang kita harus selalu meminta dan meminta kepada
Allah SWT, dan bukan kepada yang lainnya.
Tenang dalam
kesenangan, mengisyaratkan kepada kita
untuk peduli dengan lingkungan kita. Ini adalah sisi kemanusiaan kita sebagai
makhluk sosial yang oleh Aristoteless disebut dengan Zoon Politicon.
Pada saat kita mendapatkan kesenangan, Rasulullah mencontohkan agar senantiasa
ingat dengan lingkungan kita. Bahkan Nabi
mencontohkan bahwa orang lain lebih penting dari pada dirinya.
‘Man ja’a bil hasanati
falahu ‘isyru amtsaliha,’ barang siapa
yang memberi (berbuat baik) satu, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh
kebaikan. Bahkan pada ayat lain Allah membalasnya dengan 700 kebaikan. Bila
ingin lebih dalam tentang sharing ini, pembaca bisa mencermati buku ‘Mengobati
Penyakit Itu Mudah, pada bagian bukti mukjizat sedekah.
Sopan dalam kemarahan membimbing kita untuk menjadi orang yang tawadhuk, tadhoru’an
wahufyatan, wara’ dan santun berhadapan dengan siapapun. Kita juga dituntut
untuk bisa marah apabila harga diri kita diinjak-injak, tetapi kemarahan itu
tidak boleh dibarengi dengan emosi yang akan merugikan kita. Kita boleh marah
sesuai dengan ajaran nabi yang hanya diekspresikan lewat perubahan raut muka,
sehingga semuanya benar-benar sangat terkontrol dan terarah.
Sopan dalam kemarahan
adalah mengekspresikan kemarahan secara terkalkulasi. Kalau saya marah dengan
cara ini, pasti orang akan begini, dan seterusnya. Jadi intinya pada saat
marah, goal atau tujuan yang akan kita capai tetap harus menjadi
prioritas. Jangan sampai kita marah tak terkendali, sehingga yang kita sasar
malah hilang. Mari bermain cantik, sebagaimana Iblis memberikan contoh-contoh
kepada anak buahnya.
Apabila ini bisa dilakukan
oleh setiap orang , niscaya dunia ini akan aman dan manusia akan hidup tentram
dan bahagia selamanya. Tetapi kembali ke Laptop, bahwa Allah memiliki skenario
yang selalu melibatkan Iblis di dalamnya. So, kita lihat apa yang terjadi?,
skenario Allah akan tetap jalan, dan dunia akan tetap menjadi tempat yang fana,
sementara dan penuh dengan kenisbian, bukan tempat tujuan yang abadi. Dunia
tetap akan dihancurkan dan dimusnahkan untuk menuju kehidupan yang sebenarnya di kampung halaman, yaitu kampung
akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar