Senin, 09 Desember 2013

H. Masrur Makmur, M.Pdi : Insya Allah 40% penghasilan saya untuk umat



(2)
H. Masrur Makmur, M.Pdi
:
Insya Allah 40% penghasilan saya untuk umat





Orang sering  berfikir bahwa orang-orang sukses itu enak sekali hidupnya. Mereka pun lalu berfikir alangkah enaknya menjadi orang sukses yang kayaraya, mati masuk surga. Dari pikiran itu lantas berandai-andai menjadi orang kaya.
Dalam islam orang yang panjang angan-angan seperti itu disebut dengan “thulul amal”. Kita mesti cermat dalam membedakan antara “thulul ‘amal” dan thulul amal tadi. Kalau thulul ‘amal yang menggunakan huruf ain berarti panjang amalnya. Seseorang yang sudah meninggal pun bila amalnya baik dan mengesankan bisa panjang dan dikenang orang sepanjang masa. Sedangkan thulul amal yang panjang angan-angan, Pembaca bisa menerka sendiri, karena biasanya orang seperti itu malah cenderung malas untuk beraksi. So, sebaiknya kita tidak berpanjang angan-angan tetapi harus banyak beraksi setelah direncanakan.

Saya sopir H. Latunrung
Kalau ada yang pernah berdinas atau hidup di Makasar, mungkin tahu dengan nama H.Latunrung. Setidaknya Mas Muslih yang penulis buku dan kerja di Kantor Pos itu mengenalnya. Kepada beliaulah, H.Latunrung saya menjadi sopir. Saya mengabdi kepadanya.
Kalau boleh sombong, mungkin saya bisa dikatakan sebagai bukan sopir biasa. Kalau sopir pribadi kan standby setiap saat sudah lumrah dan jamak dilakukan, sedangkan saya ada tugas tambahan yang menurut saya keren. Saya pun menjalaninya tanpa ada pikiran apa-apa, bagaikan air mengalir yang pasti menuju ke dataran yang lebih rendah.
Belakangan saja lalu saya berfikir tentang status sebagai sopir tadi, “lebih baik menjadi logic of discovery daripada logic perfection   Secara sangat singkat saya terjemahkan kalimat tadi dengan syukur atas semua yang ada.
Oh iya, sampai lupa menjelaskan tentang bukan sopir biasa yang serba guna tadi. Sebagai sopir, setelah selesai antar ini dan itu, setiap hari saya punya tugas mengambil makanan untuk sekitar 60 orang karyawan di kantor. Saya ambil dari rumah dan tentu saja bukan sekedar mengambil, tetapi juga membantu yang masak menyiapkan piring dan perlengkapan lainnya.
Bagaimana setelah semua selesai makan? Saya pun dengan senang hati meringkasnya, mencuci piring-piring dan gelas kotor itu, dan mengembalikannya ke rumah bos. Memang saya adalah keponakan dari bos saya yang terkenal itu, tetapi saya kan tidak boleh semena-mena. Justru karena orang dekat itulah, maka saya harus memberikan contoh yang baik kepada karyawan lainnya.
Ternyata sikap baik saya tadi bukan saja menguntungkan saya di satu sisi, dalam hal lain meskipun mungkin karena memang saya satu-satunya yang lancar bahasa Inggris, tetap saja adalah sesuatu yang harus saya syukuri. Dengan berbekal ijazah S-1 Bahasa Inggris jurusan Sastra Inggris, saya pun lalu diangkat menjadi manajer  money Changer yang dibuka di Bali. Tentu dengan senang hati saya berangkat. Bayangkan, dari posisi sebagai sopir lalu diangkat menjadi orang kepercayaan bos di luar pulau.

Gaji Rp 65 ribu dan kost saja sudah Rp 75 ribu di Bali
Tanggal 28 Januari 1990 saya dengan gagahnya diutus oleh H. Latunrung Paman saya untuk membuka usaha valas atau money changer di Bali. Ini perpanjangan tangan atau cabang milik H. Latunrung yang ada di Bali.

Tanpa berfikir negatif tentang paman saya yang memang baik hati, saya pun menjalani hidup di Bali dengan lumayan ekstra keras. Bayangkan, gaji saya saat itu Rp 65.000,00 sedangkan kost sudah Rp 75.000,00.  Logika mana yang bisa masuk untuk kehidupan seperti itu. Dalam pikiran saya hanya satu tidak menyalahkan paman, yaitu bahwa usaha ini belum berjalan dengan baik dan hasilnya  belum maksimal. Kalau usah sudah maju pasti penghasilan saya juga akan meningkat. Dengan berfikir demikian,  hati jadi tenang menerima semuanya. Saya pun bertahan sebagai manajer di perusahaan money changer itu selama 3  (tiga) tahun.

Pembaca pasti ngebayanginnya gimana gitu merantau dengan penghasilan yang sangat minim. Mohon maaf Om H. Latunrung, bukan bermaksud yang aneh-aneh tulisan ini saya buat, tetapi ada tujuannya, yaitu memberi motivasi saya dan juga Pembaca untuk terus berkarya di saat lapang maupun sempit, tetap memberi baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

Saya pun ingat, betapa setiap melaksanakan urusan bank dari Legian ke Bank Indonesia, bisa saya tempuh kira-kira dua sampai tiga jam. Jadi berangkat pagi dan sampai di bank menjelang siang. Keren kan? Mengapa bisa demikian? Karena efisiensi yang kami terapkan, kendaraan bermotor belum kami miliki dan kemana-mana masih naik angkot.

Tetapi mungkin saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini yang kata orang hidup saya sudah berkecukupan kalau saya mudah menyerah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama di Bali, ternyata ilmu bahasa Inggris saya bermanfaat. Menjadi guide free lance  saya ambil sebagai pilihan saya mengisi waktu kosong usai bekerja. Sebenarnya pola pikirnya bukan mengisi waktu luang, tetapi memang untuk mencukupi kebutuhan dan kalau ada lebihnya, bisa menyenangkan orang tua melalui weselpos. Rp 10.000,00 per hari bukankah lumayan bagi seseorang dengan kondisi seperti saya tadi.

Bukan berkhianat, tetapi mengambil pilihan yang tepat
Saya harus terus berfikir agar hidup saya bisa berubah. Kalau begini-begini terus bakal bahaya nasib saya kelak. Maka diam-diam saya sering sharing dengan teman-teman. Dan dari sana lalu saya semakin paham tentang bisnis yang sedang saya tangani. Setelah dirasa cukup untuk berjuang sendiri maka saya putuskan untuk mandiri. Anggaplah selama tiga tahun mengabdi di perusahaan paman, etung-etung sebagai masa pendidikan dan pelatihan tentang segala seluk beluk penukaran uang asing. Bisa juga dianggap magang.

Awalnya sih tidak ingin aksi cerdas saya ini diketahui om saya, namun agar semuanya berkah, maka saya laporkan saja bahwa saya nyambi. Tetapi apa yang terjadi? Om H. Latunrung marah besar kepada saya dan memberikan pertanyaan yang cukup sulit dijawab saat itu.  Mungkin beliau pun mikir tentang gaji saya yang minim itu sehingga marah beliau, tegas beliau dilakukan dengan sangat bijak.

“Masrur, kalau Masrur harus memilih, apakah akan terus ikut Latunrung atau mandiri seperti yang selama ini secara diam-diam kau lakukan?,” sebenarnya kaget banget sekaligus malu mendapati pertanyaan itu, rasanya hampir copot jantung ini. Tetapi saya harus tetap tenang dalam menghadapi permasalahan apapun. Kata orang, panik bisa merusak semuanya. So, dengan menarik nafas panjang untuk hasil yang terbaik diantara yang buruk, saya jawab pertanyaan itu.

“Ya om, sebelumnya saya mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah saya lakukan. Tidak ada maksud apa-apa dengan hubungan saya bersama Mas Suntoro, tetapi kalau disuruh memilih, saya ingin mandiri. Sekali lagi mohon maaf atas keputusan ini. Bukannya saya ingin berkhianat, apalagi mengkhianati paman sendiri, tetapi saya ingin mengambil pilihan yang tepat dengan segala risikonya,” ternyata paman setuju dengan jawaban saya. Karena sejak dulu dan sampai kapan pun insya Allah hubungan kami sangat baik. Ibarat kata, apapun kondisinya, hubungan keluarga dan hubungan personal harus tetap baik. Musuh satu terlalu banyak, namun teman seribu masih sangat kurang. Dipandanginya saya lekat-lekat, lalu dipeluknya seperti seorang ayah memeluk anak lelakinya. Subhanallah

Teman saya pun memisahkan diri
Dengan akad yang jelas di depan paman tadi,  lalu saya sebut bismillahi rahmaani rahiim,  saya mulai usaha sendiri bersama Mas Suntoro. Tepatnya tanggal, 18 Juni 1993 saya mulai. Mungkin ini rejeki Nurahmah anak pertama saya, sehingga tanggal pembukaannya tepat dengan hari ulang tahunnya.

Bermodalkan uang 26 juta dari hasil kerjasama itu Alhamdulillah sekarang kami sudah membuka 18 cabang. Mas Suntoro ini saat itu jadi manajer Keuangan Bali Dinasty Hotel dengan bisnis yang sama.

Ketika bisnis mulai jalan, hanya tiga bulan saja mas Suntoro bergabung dengan saya. Beliau ingin memisahkan diri dan mendirikan usaha yang sama di Bali. Walhasil kelabakanlah saya karena harus mengembalikan modal dari beliau. Namun dengan bertekad bahwa tidak ada masalah yang  tidak bisa diselesaikan, maka bismillah, saya berhasil membayar uang beliau dan membayar kontrakan.

Allah benar-benar Maha Pemurah sehingga ketegangan ini bisa terlepas dari saya dan membuat saya semakin matang. Dengan ujian yang berupa masalah membuat kita semakin dewasa, bukan sebaliknya menjadi lemah. Inilah hidup dan kita harus memilih yang terbaik dengan militansi dan integritas yang tinggi. Insya Allah semua akan terjadi seperti yang kita rencanakan.

Untuk anak, tidak mendengar suaranya satu jam saja, sepi
Saya ini kalau tidak mendengar suara anak saya, rasanya ada yang aneh. Sepi dan hampa serta merta menyerang saya. Makanya setiap menjelang subuh saya istiqamahkan menelpon anak saya yang ada di Jawa dua duanya. Membangunkan untuk shalat tahajud sekaligus sampai subuh. Saya bukan SMS lho tetapi telepon. Ya itu tadi, ingin selalu mendengar suara mereka.

Anak adalah titipan Allah yang pasti harus saya pertanggung jawabkan pendidikan dan segala macamnya. Anak adalah cermin bagi orang tua. Apapun yang terjadi pada anak, maka orang tualah yang harus bertanggung jawab. Dan kalau ada apa-apa dengan anak, pasti orang tuanya yang bermasalah.

Anak bagi saya adalah investasi yang paling besar dalam hidup ini. Menikah tanpa anak membuat banyak pasangan stres. Salah satu solusi yang diambil biasanya mengangkat anak orang lain, memungut. Jika anak kita shaleh dan shalehah, maka kita akan mendapatkan doa mereka. Kalau anak kita tidak mengenal agama, jangankan mendoakan, megurus diri sendiri saja tidak bisa.

Itulah, makanya sedemikian pentingnya posisi anak terhadap orang tua, saya serius dalam mendidik mereka. Segala macam cara saya lakukan agar anak saya berhasil menjadi seperti yang saya dambakan, yaitu menjadi anak shaleh dan shalehah yang bertakwa kepada Allah Swt.

Saya mau dicalonin jadi DPD, asalkan enam ini
Saya kemarin saat ada peluang untuk maju menjadi calon DPD, saya mau tetapi mempunyai beberapa syarat yang tertuang dalam 6 program menuju DPD RI Dapil Provinsi Bali. Keenam program tersebut adalah :
1.      Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah terhadap isu-isu penting di daerah Bali.
2.      Selalu mendengar, melihat, dan merasakan denyut hati rakyat Bali.
3.      Membangun dan memajukan sektor pariwisata, perdagangan, kerajinan, pertanian dan ketenagakerjaan.
4.      Membangun Bali yang berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan.
5.      Memperjuangkan aspirasi rakyat di daerah Bali dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang berkesinambungan
6.      Memperjuangkan otonomi khusus (otsus) di Bali untuk menyelamatkan budaya dan sistem pengairan subak.

Apa itu DPD?
Sekadar meluruskan persepsi yang tekadang keliru tentang DPD, saya ingin sedikit menjelaskannya. DPD dan DPR digambakan serupa dengan sisem perwakilan seperti di Amerika Serikat yang terdiri dari senate sebagai perwakilan Negara bagian dan house of representatives sebagi perwakilan seluruh rakyat. Di Amerika Serikat, kedua unsure perwakilan tersebut dinamakan Kongres (congress). Konggres ini berperan sebagai badan yang menjalankan kekuasaan legislatif. Inilah yang disebut dengan system perwakilan menjadi dua kamar (bicameral).

Sedangkan fungsi dari DPD adalah :
1.      Fungsi legislasi atau fungsi pengaturan (regelend function)
2.      Fungsi pengawasan (control) yaitu pengawasan pemerintahan (control of executive), pegawasan pengeluaran (control of expenditure), dan pengawasan pemungutan pajak (control of taxation)
3.      Fungsi representasi (representation) yang meliputi tiga, yaitu representasi politik, territorial dan fungsional.

Sedangkan manfaat dari pembentukan DPD adalah keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi  daerah. selanjutnya memberi peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik untuk hal-hal terutama yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah. Keinginan tersebut berangkat dari indikasi bahwa pengambilan keputusan yang bersifat sentralistik pada masa lalu ternyata telah mengakibatkan ketimpangan dan mengebiri rasa keadilan. Bahkan hal tersebut dapat mengancam keutuhan wilayah Negara dan persatuan nasional.

Yang akan diperjuangkan DPD
1.      Bidang pertanian
Laju perkembangan pariwisata yang demikian pesat di Bali justru membuat pertanian semakin terdesak dan terpinggirkan. Banyak lahan sawah yang subur dicaplok untuk dijadikan hotel, Vila atau bangunan. Selama sepuluh tahun (1987-1997) terjadi penyusutan lahan. Dalam hal ini kasus yang menonjol ada di Kabupaten Jembrana dan Tabanan. Dahulu sebagai daerah dengan sumber air melimpah, kini sudah tergolong krisis air untuk irigasi.

2.      Bidang Adat-Budaya
Masalah yang paling menonjol adalah kasus-kasus bernuansa adat. Guru besar Fakultas Sastra UNUD Prof DR I Gde Parimartha, MA menilai bahwa maraknya kasus-kasus bernuansa adat di Bali terjadi sejak adanya Peraturan Daerah (Perda) Nomor : 3 tahun 2001.   Perda tersebut perlu disempurnakan karena hanya mengatur desa adat dan tidak menyebutkan adanya desa dinas. Padahal antara desa adat dan desa dinas selama ini mengemban tugas masing-masing

3.      Bidang Hukum dan KAMTIBMAS
Tingginya angka kriminalitas masih menjadi masalah serius di Bali, baik kejahatan jalanan maupun transnasional dan korporasi. Persoalan tertib hukum masih dipersoalkan di Bali. Misalnya aturan tentang syarat kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mewajibkan warga pendatang memiliki rumah atau tanah pribadi. Padahal Undang-Undang Kepandudukan tidak mensyaratkan hal itu, dan lain-lain



4.      Bidang Pariwisata
Pertumbuhan pariwisata Pulau Dewata dengan tingkat kunjungan 2.573.118 pada November 2011 disinyalir hanya menggemukkan pada predator yang notabene bukan masyarakat lokal Bali. Pemprov Bali harus menggenjot pariwisata Bali yang berdampak positif terhadap masyarakat. Diantaranya dengan mengembangkan wisata spiritual, wisata alam dan lainnya guna menekan pengaruh negatif yang ditimbulkan dari pertumbuan pariwisata.

5.      Bidang Kependudukan
Tingginya angka pengangguran dankemiskinan merupakan aspek yang dapat menggoyahkan sendir-sendi kohesifitas sosial. Demi tercapainya stabilitas sosial perlu ditetapkan tata kelola dan pelayanan kependudukan, pendataan secara akurat dan implementasi kerjasama antar daerah yang terkait dengan persoalan lalu lintas kependudukan.

6.      Bidang sumber alam
Melimpahnya kekayaan alam Bali, baik yang sudah dikelola maupun belum, menjadi daya tarik berbagai kepentingan. Praktik Pengelolaan lingkungan yang serampangan dan tidak berpihak pada msyarakat dan lingkungan hidup, jelas akan berdampak buruk pada keberlangsungan Bali ke depan. Oleh karena itu perlu ada regulasi yang tepat dan penindakan hukum yang tegas untuk melindungi lingkungan Bali.

7.      Bidang politik
Budaya politik juga mengalami kemerosotan dengan maraknya politik uang. Perkembangan lingkungan strtatejik juga berpengaruh terhadap keutuhan NKRI. Hal ini diwarnai dengan munculnya gerakan-gerakan atau setidaknya ancaman sparatisme di beberapa daerah. Hal yang merupakan dampak negatif desentralisasi antara lain menguatnya primordialisme kedaerahan sebagai akibat penguatan sosial. Hal ini disebabkan kewenangan yang sangat besar bagi daerah dan kepala daerah, sehingga diantaranya memunculkan gejala pemilahan sosial serta cenderung melahirkan nasionalisme sempit.

Beberapa Prestasi sebagai pendorong (trigger)
Bukan bermaksud ingin pamer jabatan, tetapi siapa tahu ada yang berurusan dengan kantor-kantor ini dan saya bisa bantu. Pasti ada manfaatnya. Ini beberapa organisasi dan institusi yang saya ada disana :
1.      PT Bali Maspintjinra Money Changer, saya sebagai Direktur Utama
2.      Yayasan Eduka Sejahtera Insan Cendekia Bumi Serpong Damai (BSD) Pamulang, saya sebagai ketua.
3.      Tomoza Corporation, Japan Bali, saya sebagai manajer.
4.      Franchise RM Wong Solo Makassar, saya sebagai pemilik.
5.      Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Badung Bali, saya sebagai ketua.
6.      Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), saya sebagai wakil ketua.
7.      Rukun Warga Musim (RWM) Masjid Al Hasanah Perum Canggu Permai Kabupaten Badung Bali, saya sebagai ketua.

Kami pun pernah mendapatkan beberapa penghargaan sebagai kebanggaan sebagai muslim yang berprestasi. Namun bukan urusan agama, tetapi siapa tahu berdampak baik untuk islam. Ini beberapa diantaranya :
1.      Penghargaan “mitra kerja dengan volume transaksi Bank notes tertinggi” than 2009 dari Bank Mandiri
2.      Penghargaan “The best national money changer contributor” dari PT Bank Mutiara 2010
3.      Penghargaan dengan volume transaksi terbesar dari Bank Mutiara tahun 2012
4.      Penghargaan “Anak Bangsa Mandiri” tahun 2012 dari yayasan Restu Bunda.

Semoga berbekal prestasi dan posisi yang sedikit itu bisa memudahkan jalan kita mendapatkan keterwakilan muslim utamanya dan orang Bali pada umumnya di DPR-RI. Amin.

Sebagai penambah keyakinan sekaligus doa dari Pembaca, berikut copy “PAKTA INTEGRITAS” saya untuk menjadi DPD.

Bismillahirhamaanirahiim
PAKTA INTEGRITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama                      : Drs. H. Masrur
  Makmur, M.Pdi
Umur/Lahir           : 49 tahun / 9 Desember
 1963
Pekerjaan              : Swasta
Alamat                    : Jl Imam Bonjol Perum
  Kubu  Pratama D-18
  Denpasar Bali
Dengan ini menyatakan bahwa :
1.       Saya bersedia untuk dicalonkan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) periode tahun 2014-2019 dari daerah pemilihan Propinsi Bali
2.       Saya bersedia senantiasa taat dan patuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya, para ulama, tokoh masyarakat, yang mengantarkan saya sebagai anggota DPD-RI
3.       Dalam melaksanakan tugas sebagai anggota DPD-RI saya mengutamakan untuk membawa aspirasi umat di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan
4.       Apabila saya terpilih sebagai anggota DPD RI, maka saya bersedia menyerahkan 40 persen dari seluruh penghasilan saya sebagai anggota DPD RI, untuk kepentingan umat melalui tim 13 Ukhuwah Bali
5.       Saya bersedia menanggung biaya sosialisasi dan kampanye pemenangan.

Semoga Allah Swt meridhoi usaha dan perjuangan kita.  Amin
Demikian Pakta Integritas ini kami buat dengan sesungguhnya dan dengan setulusnya tanpa da paksaan dari pihak manapun.

Denpasar, 22 Oktober 2012
Hormat Kami,

Drs. H. Masrur Makmur, M.Pdi



@@@@@@@

KH. Hasan Ali : Rahmatan lil alamin jangan hanya di bibir saja (dari buku Ketika Beliau Berkisah ttg Islam di Bali)



(1)
KH. Hasan Ali :
Rahmatan lil alamin jangan hanya
di bibir saja


Belajar kesopanan, kelembutan dan akhlaqul karimah, beliaulah orangnya. Kepada beliau kita bisa banyak belajar tentang berbagai hal, bukan saja tentang agama tetapi hidup.
Asbab pertemuan kami, membuat tim kami menangis haru atas kesopanan beliau. “Seharusnya semua ulama seperti beliau ya?, saya terharu bertemu dengan beliau,” demikian pengakuan salah satu peliput yang mewawancarai beliau.
Sementara Bli Wayan Sejuk, di atas Honda Beat baru milik kantor, air mata ini meleleh, menangis tersedu. Rindu akan ayah tiba-tiba menyerang begitu saja. Untung hanya Allah yang melihat orang cengeng di kegelapan malam itu.
Bagaimana dengan Anda? Mari kita ikuti penuturan mantan Ketua MUI 2000-2010 ini. (Bli Wayan Sejuk)
(Bli Wayan Sejuk)

 
 











Alhamdulillah, semoga tulisan-tulisan seperti ini, karya seperti ini  banyak ditulis oleh anak-anak bangsa yang beragama islam. Bahkan saya mendukung 100% jika ide membuat media cetak umum bernuansa islam di Bali segera dilaksanakan.

Tentang saya :
Alhamdulillah juga, 19 Februari 1933 saya terlahir di Palembang dan Allah masih memberikan kesempatan saya untuk tetap bisa melampiaskan hoby lama saya sampai sekarang, yaitu membaca. Dalam usia yang berkepala 8 ini  saya masih bisa melakukannya meskipun dibantu kacamata.

Saya disuruh bercerita ini?. Okelah, dimulai dari mana ya? Oh ini saja ; saya dulu sekolah di SGHA yang merupakan singkatan dari Sekolah Guru dan Hakim Agama. Tahun 1957 SGHA dipecah menjadi dua, yaitu (PGA) Pendidikan Guru Agama, dan (PHIN) Pendidikan Hakim Islam Negara. Saya lulus dan bekerja tahun 1953.

Penempatan saya kerja pertama di Kantor Departemen Agama Sumbawa Besar tahun 1953 membawa beberapa harapan dan tantangan. Berdinas selama setahun, 1954 saya dimutasi ke Mataram sampai tahun 1970.

Tahun 1971 saya mutasi ke Bali yang hampir tidak saya jalani. Bukan karena apa-apa tetapi saya tidak bisa mengambil keputusan dalam keraguan. Saat itu saya ragu. Perintah itu sudah saya terima Desember 1970, tetapi saya berangkat Maret 1971. Ya itu tadi alasannya.

Nah, di Bali saat itu nama Kantor Kamenag masih Kantor Agama Daerah (KAD). Dan di sana dipecah jadi dua, Kantor Jawatan Agama Islam dan Kantor Jawatan Agama Hindu. Lalu 1973 dibuka Perwakilan Depag Propinsi Bali.

Dimana pun subyektifitas manusia selalu ada, tetapi waktu itu di Bali masih lebih terbuka. Perasaan hampir semua orang lebih nasionalis. Belum ada kedaerahan yang menonjol. Tetapi ada juga cerita unik yang musti kita ketahui tentang budaya Bali.

Semua Pendatang dipanggil Nak Jawa
Sebelum tahun 1960-an Singaraja itu menjadi ibukota Propinsi Sunda Kecil yang memiliki wilaya Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Baru tahun 1960-an saya lupa tepatnya, berganti nama menjadi Propinsi Nusa Tenggara.

Saat Singaraja masih menjadi ibukota, kami tidak bisa gajian setiap bulan. Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) datangnya tiga bulan sekali saja untung, kadang lebih. Jadi gajian kami seperti itu. Tetapi kami tetap bersemangat, karena disitulah lading amal kami sekaligus tempat mengais rejeki.

Lalu 1962, mudah-mudahan saya tidak salah ya Mas, berdiri Propinsi Bali dengan Ibukota Denpasar. Sedangkan Komando Wilayan Pertahanan (KOWILHAN) masih berpusat di Singaraja.

Dengan kondisi itulah orang islam dari luar yang datang ke Bali tidak kesulitan mencari makanan halal. Utamanya untuk wilayah Buleleng, Karangasem, Negara dan juga Singaraja. Mengapa demikian? Karena daerah-daerah tadi sudah lebih dulu berinteraksi dengan orang luar. Dan mungkin Pembaca yang kelahiran 1970 kesini akan heran bahwa semua orang luar yang datang ke Bali dipanggil “Nak Jawa”. Mau dari Palembang, Makasar, Kalimantan, Sumatera, Ambon atau dari mana saja di Indonesia adalah Nak Jawa. Nak Jawa ini sebutannya saja. Dipelesetkan bisa jadi. Padahal asal katanya, “Nak Jaba”. Jaba itu luar, sehingga arti lengkapnya orang dari luar, bukan orang dari Jawa.

Rata-rata masyarakat Bali tertutup saat itu. Mereka lebih mengutamakan adat. Jadi yang tidak masuk struktur adat, dianggap orang luar. Dan menurut orang Bali saat itu, yang disebut orang Bali itu yang beragama Hindu. Yang agamanya bukan Hindu bukan orang Bali.

Nah, setelah mereka banyak berinteraksi dengan dunia luar, misalnya sekolah ke Jawa atau ke Makasar, lama-lama terbuka. Mereka menyadari bahwa kita ini butuh plurarisme karena kita Bhineka Tunggal Ika.



Tingkat Keislaman di Bali sangat tinggi
Masuk Bali tahun 1971 saya menjadi Kasi pengembangan Madrasah. Heran kan? Kok ada ya? Jangan salah bahwa muslim di Bali menurut saya tingkat keislamannya cukup tinggi. Makanya didirikanlah madrasah-madrasah di beberapa tempat. Walhasil di Depag harus ada seksi yang mengurusi madrasah. Sampai tahun 1975 saya beberapa kali mutasi di Kanwil. Dan tahun 1975 sd 1985 saya dipercaya memimpin sekolah Pendidikan Guru Agama 6 tahun (PGA 6 Tahun) di Singaraja. Dan 1985 saya jadi pengawasan sekolah islam di Denpasar sampai pensiun tahun 1993.

Bersama tulisan ini saya pun ingin memberitahu kepada pembaca. Di luar Bali, mungkin perbedaan ORMAS membuat mereka saling bermusuhan, insya Allah di Bali ini tidak. Mungkin ada tetapi tidak terlalu signifikan.

Kita boleh berbeda, bahkan perbedaan itu rahmat. Yang prinsip-prinsip tidak ada perbedaan.  Yang  berbeda hanya masalah ibadah. Jadi di Bali kami sesama ORMAS akrab karena kita sadar tentang perbedaan itu. Kami selalu mencari persamaan dan bukan perbedaan. Menarik dan bukan mencerca. Mengajak dan bukan mengusir. Dan Rasulullah selalu bersikap lemah lembut  sebagaimana diatur dalam Qs Al Imran : 159.

159. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Qs Al Imran : 159)

Masalahnya manusia selalu fanatik pada pilihannya sendiri. Padahal  ancaman sebagai orang musyrik ditetapkan kepada kita yang memecah belah umat (Qs Ar Rum : 30-33)

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui  31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,  32. yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

Selanjutnya Allah memberikan arahan kepada kita bagaimana mengahadapi perselisihan, bahkan perbuatan jahat. Semuanya sudah diatur dengan rapid an jelas.

(Qs Fushilat : 30-35)
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.  31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. 32. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 33. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” 34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.  35. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.

Ini pesan saya, kalau mau mengajak orang, maka kita sendiri harus (1) menghormati perbedaan (2) menjaga batas-batas tertentu dan (3) tidak saling menghina dan mencela. Namun semuanya perlu proses. Harus selalu diupayakan untuk kerukunan ini.

Yang sungguh sangat penting adalah memperbanyak orang mempelajari Al Qur’an dan memahaminya. Insya Allah akan semakin paham apa itu islam. Setiap manusia selalu ada nilai-nilai positifnya. Tak terkecuali orang non muslim.

KH Habib Adnan Pelopor FKUB
Untuk maksud perdamaian sebagaimana didambakan di atas, kita telah memelopori adanya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Ini dikomandoi oleh Almarhum KH Habib Adnan. Beliau ayah dari Pak Taufik yang sekarang menjadi Ketua MUI Propinsi Bali. Bahkan waktu itu saya masih reaksioner karena belum paham. Saya sempat menentang beliau.

“Ini bukan strategi tetapi inilah ajaran islam,” nasehat KH. Habib Adnan menanggapi keraguan saya. beliaulah yang membabat alas. Sehingga sejak saat itu FKUB terus mengadakan pertemuan meskipun tidak ada masalah. Apalagi kalau ada masalah. Dulu FKUB ini berkantor di MUI. Sampai tahun 1998-an lalu diambil oleh pemerintah dan dinasionalkan. Insya Allah FKUB Bali pertama di Indonesia.

Lalu tentang bom Bali. Bom Bali I banyak korban jiwa, dan bom Bali II banyak korban ekonomi. Sehingga 2005 banyak kos-kosan tutup, ekonomi sangat sepi. Tetapi tanpa membela siapa-siapa, sebenarnya ada hikmah yang bisa kita ambil pada setiap kejadian. Tak terkecuali tragedi bom Bali. Setidaknya Bali semakin dikenal dunia, ekonomi pun setelah tertekan menjadi melejit. Muslim pun berkesempatan melakuan da’wah bilhal.

Rahmatan lil alamin jangan hanya di bibir
Ini yang ingin saya paparkan bahwa da’wah bilhal, da’wah dengan sikap ini sudah kita lakukan dengan paling sedikit tiga hal. Pertanian terpadu, peternakan yang membina masyarakat desa dan program pendampingan desa mandiri.  Dari sana lalu saudara kita yang asli Bali merasa diuntungkan. Bahkan kalau Mas Suprio Guntoro dan Mas Zaenal Arifin ke desa-desa itu, mereka sungguh sangat senang menerimanya. Semua menunggu kedatangannya. Bagus kan?

Dulu ada ungkapan yang agak membuat telinga merah dari saudara kita Bali. “Kalau turis membawa dolar, kalau Nak Jawa membawa kekumuhan / kemiskinan.”  Jadi di satu sisi mereka cemburu, sementara di sisi lain membutuhkan. Pas lebaran saya naik taksi dan ngobrol dengan sopirnya. Dia mengeluh bahwa lebaran justru sepi. “Sepi Pak, ndak ada nak jawa,” ungkap mereka. Demikian juga usaha lain tetap membutuhkan pasar. Setidaknya meskipun Nak Jawa punya usaha, mereka pun menjadi pasar bagi orang Bali. Jadi simbiosis mutualisme, saling menguntungkan.

Akhirnya dimulai dari para pemimpin, lalu mereka sadar akan kebutuhan saling mengisi itu. Pak Mangku Pastika sempat menyoal masyarakatnya yang tidak bisa membuat “tahu-tempe” dan hanya berharap Nak Jawa yang berproduksi. Selidik punya selidik ternyata mereka sudah enjoy dengan usaha di pariwisata.

Jadi kesadaran masyaraat Bali itu lalu menjadi semangat untuk menutupi kekurangan mereka dan juga Nak Jawa yang ternyata saling membutuhkan. So, jika saudara-saudara muslim mengalami kesulitan menghadapi sikap tidak bersahabat dari saudara kita asli Bali, tahun 2006 kami sudah megumpulkan pemuka islam di Masjid Ibnu Batutah dengan pesan utama memahami sejarah masuknya islam di Bali. Da’wah islam itu simpatik kok.

Dari pertemuan itu lalu kita punya program yang disebut dengan Catur Program Umat disingkat CAPU. Inilah keempat program tersebut :
1.      Meningkatkan pemahaman islam dengan sebaik-baiknya yang berbasis masjid
2.      Meningkatkan sosial ekonomi umat dengan menyosialisasikan ekonomi syariah
3.      Meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu sekolah dan pesantren.
4.      Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara (nasionalisme).
CAPU ini dicanangkan sampai dengan tahun 2030. Bagaimana hasilnya? Ada tetapi masih sangat lambat. Hal ini selain kesadaran kurang dan seperti biasa umat islam bersifat reaksionir (kalau tidak ada apa-apa santai-santai, tetapi kalau ada masalah baru bingung), dan juga sosialisasi dirasa masih sangat kurang. Semoga saja dengan hadirnya buku ini, para pemuka islam kembali mau mengingatkan kepada jamaahnya.

Saya jadi ingat statemen seorang dosen UNUD yang sangat menggelitik pikiran saya sampai sekarang. Katanya umat islam tidak bakal bisa bersatu sampai kiamat. Saya tidak usah sebut siapa nama beliau, yang jelas beliau muslim. Alasannya islam itu parsial dan tidak terpadu. Inilah PR kita dan saya yakin dengan tenaga-tenaga seperti adik-adik yang berinisiatif membuat media, Allah akan memudahkan semuanya.

Mari kita kembali ke khitah rahmata lil alamin, manfaat bagi seluruh alam. Jangan kalimat itu hanya dijadikan slogan dan hanya di bibir saja. Jangan sampai untuk kita sendiri saja belum mampu, apalagi untuk keluar.

Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat dan selamat menikmati….

@@@@@@@@@@


Sabtu, 13 Juli 2013

Andai dosa beraroma, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

 Andai dosa itu memiliki aroma, pasti semua orang enggan mendekati kita. So? Mari mencoba menjadikan dosa sebagai sesuatu yang beraroma, sehingga kita enggan mendekatinya. Caranya? Sepertinya Anda lebih tahu. Semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang terjaga. Amin

Impian, doa dan take action, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

   Tindakan Anda untuk segala impian yang selama ini Anda cita-citakan, adalah pendukung terkabulnya do’a yang terucap. Karena sebanyak apapun do’a, harapan dan cita-cita, jika tidak ditunjang dengan usaha konkrit, adalah fatamorgana, omong kosong saja. Take action please.

Impian yang tidak membahagiakan, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

Yang tak akan pernah membahagiakan adalah impian tanpa tindakan. Obatnya hanya satu, yaitu Semangat meraih ridho Allah SWT langkah pertamanya dengan bersyukur dulu kepada-Nya. Selanjutnya bekerja keras. Pasti akan terbuka lebar jalan untuk sukses kita. 

Semoga kita menjadi pemimpin yang baik, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

 Kekuasaan yang seseorang emban adalah amanah dari Sang Mahakuasa. Tapi banyak manusia yang seakan merasa dirinya penguasa hakiki. Memerintah sewenang-wenang, marah jika tak dituruti, tidak menghargai kerja keras orang, dsb. Tidakkah merasa ada Sang Pengawas yang selalu mengamati kinerjanya? Semoga kita tidak termasuk yang demikian itu. Amin

Gersang tanpad Allah, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

  Ketika jauh dari Allah. Hidup terasa gersang, meski dibanjiri kemewahan. Kerja terasa rumit, meski jabatan tinggi. Yang paling menyedihkan, makhluk-Nya pun menjauh. Dekatkanlah diri ini dengan-Mu ya Allah.

Jangan mudah mencela dan menyalahkan, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

Menyalahkan dan mencela hanya dilakukan oleh orang yang tidak paham. So, sebaiknya belajar dulu baru berkomentar. Allah menciptakan dua mata, dua telinga dan satu mulut, ya untuk diambil pelajaran tentangnya

Sikap orang lain adalah cermin, dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

Sikap orang terhadap kita adalah cerminan sikap kita pada orang lain. Tidak perlu marah kalau ada orang yang tidak sopan kepada kita. Cukuplah berintrospeksi lalu merubah hal yang buruk yang biasa kita lakukan. Gitu aja kok repot

Jangan sampai menyesal karena menunda melipatgandakan beban nanti dari buk JKJBH Moeslih Rosyid

  Menunda akan melipatgandakan beban di kemudian hari. Ingat , umur kita terbatas, jangan sampai Anda menyesal di kemudian hari. Apa yang bisa dilakukan sekarang, lakukan!!

Pentingnya Memaafkan dari buku JKJBH Moeslih Rosyid

Dari hasil penelitian yang saya lakukan, memaafkan adalah perkara yang sangat sulit untuk dilaksanakan. Padahal jika kita ingin hidup sehat, aman dan sukses serta damai, maka memaafkan menjadi syarat mutlaknya

Tarif Kargo Murah, Aman, Cepat dan puas di PT Pos Logistik Area Denpasar 800L0

DAFTAR TARIF LAYANAN KARGO
PT POS LOGISTIK INDONESIA

ORIGIN DENPASAR
NO
KOTA TUJUAN
CARGO DARAT
CARGO UDARA PORT
CARGO UDARA DOOR
1
Surabaya
1.500
5.600
8.900
2
Solo
2.000
7.500
10.850
3
Yogyakarta
2.000
6.100
9.500
4
Semarang
2.500
7.500
10.850
5
Jabodetabek
3.000
6.750
10.100
6
Bandung
3.000
6.900
10.200
7
Palembang
3.500
8.700
12.050
8
Bandarlampung
3.500
8.700
12.050
9
Pekanbaru
4.500
12.650
16.000
10
Medan
5.000
11.550
14.900
11
Balikpapan
5.500
14.100
0
12
Banjarmasin
5.500
13.100
0
13
Makasar
5.500
10.250
13.600
14
Mataram
2.000
7.800
0
15
Sumbawa
3.000
10.500
0
16
Bima
3.500
11.500
0
17
Ende
5.500
16.000
0
18
Maumere
6.000
15.500
0
19
Waingapu
7.500
18.000
0
20
Kupang
7.000
11.500
0
21
Soe
7.300
0
0
22
Atambua
7.500
0
0
23
Batam
8.000
10.400
13.700
24
Pangkalpinang
6.500
8.400
0
25
Bengkulu
6.500
0
0
26
Jambi
6.500
8.900
0
27
Tanjungpinang
6.500
11.100
0
28
Jayapura
18.500
24.250
27.600

NOTE :
1.      Minimal pengiriman 30 kg
2.      Tujuan Jatim selain Sby ditambah ongkos penerusan Rp 1000/kg
3.      Tarif di atas belum termasuk asuransi dan packing
4.      Tidak menerima barang yang membahayakan penerbangan (Dangerous Good)
5.      Barang nbesar tetapi ringan dihitung dengan rumus volumetric : PxLxT / 6000
6.      Tarif dan kota tujuan sewakt-waktu dapat berubah

7.      Untuk kota-kota lain yang belum tertera dalam daftar bisa menghubungi  0361-4021795, 082145711999, 08193498401, 08139819097