Sabtu, 24 Desember 2011

-sudah-Jangan menyalahkan orang lain atau keadaan, perbaikilah diri, keluarga dan lingkunganmu (dikutip dari Buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Di bagian depan telah diuraikan betapa orang pada akhirnya akan bersama dengan yang dicintainya. Tentu saja saya tidak ingin sampai di situ saja. What next? Disinilah saya mengajak pembaca untuk mampu mencintai Allah dalam tingkatan yang lebih tinggi lagi dengan menghilangkan urat benci dan dendam dari diri kita. Menulis buku ‘IG’ ini adalah salah satu cara saya belajar mendapatkannya.

            Inilah yang menjadi inti dari apa yang kita bahas dalam buku ini. Selama ini kita terlalu sibuk mencari alasan terhadap   apa yang dilakukan. Bahkan bukan saja sesuatu yang telah terjadi, yang berupa kegagalan dan kesalahan, tetapi yang belum terjadi pun biasanya kita sudah mempersiapkan alasan pembenaran bila yang kita lakukan nanti salah.

    1. Sayang, yang fanatik shalatnya juga ada yang bolong-bolong

            Tak jarang saya diajak berdiskusi teman-teman yang berempati sekaligus peduli banget dengan muslim di seluruh dunia. Saya cukup salut dengan kepedulian seperti itu. Tetapi terkadang saya sempat mengalami sesak nafas, tatkala teman-teman yang tinggi kepeduliannya itu ternyata shalatnya bolong-bolong. Malahan ada yang tidak shalat. Inilah yang saya sebut dengan pelanggaran prinsip dari statemen. “Berfikir global bertindak lokal.”.

            Mari kita perhatikan ayat ini, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Qs Al-Baqarah : 120)

            Ini kan sudah menjadi sunatullah bahwa Orang Yahudi dan Nasrani akan seperti itu. Tetapi sayangnya ada bahkan banyak diantara muslim yang langsung membenci mereka tanpa alasan yang jelas. Padahal menurut saya membenci mereka sama halnya dengan membenci yang memiliki sunatullah. Tugas mereka salah satunya ya itu. Dan hal tersebut akan terus berlangsung sampai batas yang ditetapkan Allah. Bukan apa-apa, yang membuat semuanya menjadi kacau itu kan kebencian itu lalu menimbulkan pertengkaran dan pertumpahan darah. Saya sangat yakin dengan janji Allah bahwa kalau dimulai dari kita menjadi orang baik dan benar, insya Allah kita akan mendapatkan kecenderungan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya kalau kita ingin memperbaiki sesuatu sementara kita sendiri tidak ingin baik, ya susah. Bisa diibaratkan seperti kain lap. Kalau kain lapnya kotor, yang dibersihkan bukannya bersih, bisa jadi malah semakin kotor. Demikian juga pada saat mengepel lantai. Jadi sebaiknya lapnya dicuci dulu, dibersihkan dulu, setelah itu baru untuk mengelap atau mengepel. Insya Allah hasilnya lebih terjamin.

    2. Orang baik akan berkumpul dengan orang baik

            Saat saya bersilaturahim ke rumah guru saya, TGH Thahir Yasin Lombok Timur NTB awal Januari 2010 lalu, ada satu kalimat yang sangat mengena dalam hati saya. “Orang baik pasti ketemu dengan orang baik, bagaikan kabel yang mengalirkan listrik. Mustahil kabel akan menyalurkan listrik bila disambung dengan mie.” Orang pasti mencari komunitasnya. Dan ternyata komunitas ini adalah sesuatu yang disebut dengan takdir bila ia tetap disana sampai ajalnya.

            Jadi tak perlu kita membenci siapapun, karena semua itu telah menjadi ketentuan yang telah dibuat oleh-Nya. Tugas kita adalah memperbaiki diri, keluarga dan kalau bisa lingkungan kita dengan aksi yang tepat. Bukan dengan kekerasan atau kebencian yang  justru  bisa merusak  semuanya. Yang jelas kitalah yang akan paling rusak.
           
            Dalam buku saya Membangun Area bebas Stres (MABES), saya mengibaratkan orang yang membenci itu seperti menempatkan telapak kakinya pada jebakan tikus yang  giginya sangat tajam. Lalu ia mengancam tikus, “awas kamu tikus, mati kau nanti.” Pada saat dia bergerak, dialah yang mati. benar? Nah, untuk mendapatkan komunitas bersama orang-orang beruntung kita harus menjadi seperti apa yang kita inginkan. Yaitu jangan ada benci dan terus bertawadhuk dalam menuntut ilmu.

    3. Untuk mendapatkan yang enak perlu perjuangan

             Ingat, tujuan baik kalau dilakukan dengan proses yang buruk niscaya akan berantakan. Sebaliknya, tujuan yang buruk apabila dimanaj dengan baik, akan membawa hasil sesuai dengan rencananya. Disinilah mengapa kebenaran sering terkalahkan oleh kejahatan. Ya karena kejahatannya terorganisir, dan kebaikannya sembarangan. Ya itu, tadi semuanya perlu perjuangan dan pengorbanan.

            Tentang surga misalnya, Allah telah mengingatkan kepada kita, bahwa untuk mendapatkannya tidak mudah. Dan ini perlu kita perjuangkan dan diusahakan dengan cara yang baik. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Qs Al-Baqarah : 214)

            Dalam ayat lain  Allah menegaskan tentang hal tersebut. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs Al-Ankabut : 2-3)

            Hal tersebut ditegaskan oleh Allah Swt dalam Qs Al Mulk : 2, bahwa Dia menciptakan mati dan hidup ini adalah sebagai ujian. “Dia yang menciptakan mati dan hidup sebagai ujian. Siapakah yang terbaik baik amalnya diantara kamu. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs Al Mulk :2).

            Allah telah menyiapkan semuanya. Dia menjadikan semuanya sebagai ujian, dan Allah pun akan mengampuni dosa kita bila kita melanggar aturan-Nya  serta mau memohon ampunan kepada-Nya. Jadi tak perlu menyalahkan siapapun di dunia ini, tetapi mari kita perbaiki diri kita terlebih dahulu, mulai saat ini tanpa ada penundaan. Setelah sadar bahwa untuk mendapatkan kenikmatan sejati diperlukan pengorbanan, maka kita harus berjuang untuk mendapatkannya. Selanjutnya, untuk setiap kebaikan, jangan pernah menundanya. Marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan, “Fastabiqul khairat” semoga sukses menjadi pemain terbaik Allah Swt, Amin 

0 komentar: