Kamis, 22 Desember 2011

Jangan Marah Karena Beda (dikutip dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Di dunia ini saya masih melihat banyak golongan yang marah bahkan mengekspresikannya dengan anarkis suatu perbedaan. Memang kita memiliki standar, yang semestinya standar itu berupa ketentuan Allah seperti yang ditetapkan dalam Al Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Sementara gerbang dari semua informasi itu adalah Rasulullah Saw yang sedemikian jeli menyampaikan kepada kita. Tetapi Allah juga memerintahkan kepada kita untuk menyayangi semua yang hidup di bumi. Jadi semestinya jangan marah bila sesuatu tidak sesuai dengan yang seharusnya, tetapi bersegeralah untuk memperbaikinya bila mampu. Inilah ladang amal kita.

            Pernahkah pembaca berfikir, apakah Rasulullah Saw pernah marah yang berlebihan?  Pernahkah beliau membuat kerusakan dengan marahnya? Dan pernahkah beliau marah hanya karena berbeda? Jawabannya tidak.

            Ingat, ketika di Thaif beliau mengajarkan Islam disana dan tidak diterima. Akhirnya lemparan batu membuat beliau terluka di sana sini. Lalu datanglah Jibril yang siap membolak balikkan gunung untuk menghancurkan mereka yang telah menyakiti kekasih Allah. Beliau dengan sangat elegant menjawab dengan doanya : “Ya Allah janganlah kau murkai mereka, jangan kau binasakan mereka, sesungguhnya mereka belum paham dengan apa yang kami sampaikan. Pahamkanlah mereka terlebih dahulu, sehingga mereka beriman kepada-Mu dan melaksanakan semua perintah-Mu,”

            Pembaca, perbedaan adalah rahmat, yang harus kita syukuri. Bila dunia ini berisi hal-hal yang itu-itu saja, monoton, maka bukanlah dunia. Kalau ingin mendapatkan sesuatu yang tidak berubah, tunggulah kedatangan suatu makhluk yang disebut dengan akhirat. Disana semuanya akan abadi sebagai balasan atas apa yang kita perbuat selama berada di tempat yang sementara ini. Tempat yang saya sebut dengan ‘perantauan’, di dunia.

            Dan saya harap pembaca jangan marah kalau saya katakan bahwa akhirat tidak kekal. Alasan saya sederhana saja. Karena akhirat adalah makhluk, maka tidak ada yang abadi selain Allah Swt. Itulah yang disebut dengan sifat wajib ‘Baqa’ yang berarti kekal.

            Mari mempertimbangkan  kata-kata  saya, “semakin tinggi ilmu dan pemahaman seseorang tentang sesuatu, niscaya ia akan semakin bisa bertoleransi.” Maukah Anda menjadi orang yang paham? Maukah Anda menjadi orang alim? Dan tentu saja, maukah Anda menjadi orang yang bisa bertoleransi? Bahkan kepada Iblis sekalipun. Karena selain dia adalah mitra kita sesuai peran masing-masing, dia bisa menjadi guru yang akan mengantarkan kita pada pertemuan dan ridha Allah aza wa jala. Mudah menyalahkan orang lain, tanda kedangkalan ilmu. Setuju?

0 komentar: