Rabu, 11 Januari 2012

Ustadz Ikram yang luar biasa, mursyid dan tetap misterius (dari buku MPIM karya Moeslih Rosyid)


Sebagai bawahan yang kebetulan juga mantan Korp Sukarela (KSR) PMI, jasad anak kesayangan atasannya belum bisa ditemukan membuat saya rela blusukan (keluar masuk) hutan belantara di sebelah Bandara Patimura Ambon di Laha. Kebesaran Allah muncul di depan mata kepala saya, betapa ada seorang berpakaian serba putih terbang di sekitar kami. Penampakan tersebut kadang muncul, kadang menghilang. Wallahu a’lam apa maksud dari semua itu. Yang jelas di tengah rasa takut karena merasa seperti melihat hantu di siang bolong, ada rasa penasaran yang sangat dalam.

Seperti hantu di siang bolong

Tahun 1992 ketika saya benar-benar seorang diri berada di Ambon Maluku, tiba-tiba hadir sosok aneh, luar biasa dan menakjubkan. Kecelakaan pesawat Mandala Airline yang merenggut nyawa Rony salah seorang putra Bapak Djajadi Fajar Djauhari Kawilpos XI Amboina waktu itu menjadi asbab pertemuan kami.

Sebagai bawahan yang kebetulan juga mantan Korp Sukarela (KSR) PMI, jasad anak kesayangan atasannya belum bisa ditemukan membuat saya rela blusukan (keluar masuk) hutan belantara di sebelah Bandara Patimura Ambon di Laha. Kebesaran Allah muncul di depan mata kepala saya, betapa ada seorang berpakaian serba putih terbang di sekitar kami. Penampakan tersebut kadang muncul, kadang menghilang. Wallahu a’lam apa maksud dari semua itu. Yang jelas di tengah rasa takut karena merasa seperti melihat hantu di siang bolong, ada rasa penasaran yang sangat dalam.

Sucipto sahabat saya yang asli Nganjuk mengatakan bahwa katanya ada seorang ulama yang sangat sakti sedang menghibur Pak Djajadi. Kontan saja, rasa penasaran ini kian memuncak tatkala melihat penampakan yang sedemikian mengagetkan. Entah beliau sengaja memperlihatkan itu atau saya yang memang mendapat hadiah atraksi seru itu. Subhanallah.

Tulisan tentang Ustadz Ikrom yang insya Allah menurut saya seorang waliyullah, akan kami tulis tersendiri untuk kami jadikan sebagai buku. Semoga kenangan indah bersama beliau dapat menjaga iman saya agar tidak pernah rusak, bahkan meningkat dari waktu ke waktu meskipun berat. Ustadz Ikrom mengajarkan pertama kali kepada kami tentang larangan dusta dan keharusan bertawadhuk. Selanjutnya istinjak awal yang sampai saat ini kami belum mampu melaksanakannya juga menjadi pesan utama beliau. Buku itu insya Allah berjudul “Ustadz Ikram, Tanda kebesaran Allah Melalui Seorang Murshid.”

Mau tahu istinjak awal? Nih saya kasih. Ada empat, yaitu (1) bersihkan mulut dari kata-kata kotor, dusta, ghibah dan sejenisnya (2) bersihkan perut dari makanan haram dan subhat atau meragukan (3) bersihkan hati dari niat-niat yang akan menimbulkan dosa (4) bersihkan seluruh tubuh dari gejala-gejala perbuatan dosa. Kalau pembaca mampu, saya jamin langsung menjadi waliyullah. Swear..!! Lowongan menjadi waliyullah masih ada kok. Yang sudah habis kan lowongan menjadi nabi, karena Rasulullah Saw adalah khatamul anbiya’i wal mursalin, penutup para nabi dan rasul.

Beruntunglah orang-orang yang menyucikan diri

Ustadz Ikram masih menjadi misteri

Ketika tahun pertama kami bersama, beliau hanya berkenan makan dari uang saya, Pak Hery Hadi Rahayu Nur (di Wilpos Amboina), dan Pak Nursaid (atasan langsung saya). Semuanya berada di Ambon. Bahkan makanan Pak Djajadi yang Kepala wilayah Pos tidak pernah disentuh. Tanpa pernah mau menjelaskan, nampaknya beliau waktu itu hanya memercayai bahwa uang kami tadi yang menurut beliau halal. Wallahu a’lam. Sedangkan Pak Djajadi mungkin karena pejabat yang biasanya memiliki dana non budgeter dianggap oleh beliau sebagai uang subhat. Itu hanya analisis saya saja, benarnya saya tidak tahu hehehehe..

Ustadz Ikrom sangat jarang, bahkan belum pernah kami lihat berangkat, apalagi sedang mandi. Tetapi anehnya, beliau senantiasa menebarkan bau harum yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan karena kekhasan bau beliau, kami murid-muridnya kerap merasa yakin akan kehadiran beliau ketika kami sedang sendirian. Dan kalau sudah begitu kemudian kami berucap salam. Wallahu a’lam benar atau tidak saya. Tetapi kenyataannya beliau pernah marah besar kepada saya, ketika ada seorang pengemis di pasar datang minta uang seribu kepada saya, dan tidak saya beri. Tahu dari mana beliau?. Dan ketika kami konfirmasi perihal kedatangan beliau ke tempat saya yang bercirikan harum mewangi itu beliau membenarkannya.

Ustadz Ikram masih menjadi misteri bagi saya. Bahkan beberapa kali tidur bersama beliau (jarang lho waktu itu seseorang bisa bertemu apalagi bisa tidur bersama beliau), sering kami mendengar obrolan beliau dengan seseorang yang sama sekali tidak kami pahami siapakah gerangan. Dan ketika itu, tak pernah mulut ini bisa terbuka untuk menanyakan perihal tersebut. Tidak berani atau apa ya, saya benar-benar tidak paham.

Beliau seorang wali?

Ustadz Ikram yang saat buku ini ditulis berada di Ngawi Jawa Timur adalah orang yang paling saya kagumi dan cintai. Ketinggian ilmu dan kemampuan melihat beliau membuat saya rela untuk memijat badan kerasnya selama berjam-jam. Keanehan dan misteri yang terurai di atas membuat saya kian getol mencari tahu tentang semua itu.

Badan beliau seperti besi. Dipukul, diinjak, apalagi hanya dipijat, sepertinya tidak terasa olehnya. “Lebih keras lagi nak”, demikian kata beliau ketika saya yang sudah lemah, mengedorkan pijatan. Tetapi insya Allah rasa cinta saya kepada guru, dengan memijat sampai kemudian saya tertidur karena kelelahan membuat saya tenang menerima semua itu. Bila sudah begini saya terus ingat dengan salah satu dari enam syarat menuntut ilmu menurut kitab Ta’limul muta’alim. Syarat menuntut ilmu adalah memiliki dan mencintai guru. Maka ikhlaslah saya melakukannya karena Allah untuk memperoleh ilmu. Dan kepada guru yang lain pun saya harus mencintai beliau lebih dari sekedar cinta pada diri sendiri.

Ustadz Ikram banyak bergaul dengan makhluk yang saya tidak paham. Tetapi ketawadhukan beliau yang mengaku belum pernah bertemu dengan Rasulullah Saw membuat kami semakin terpacu untuk terus dan terus belajar tentang Islam yang yu’la wala y’lu alaihi, tinggi dan tidak bisa ditandingi ketinggiannya. Mungkin saat itu saya belum dan tidak pantas untuk tahu tentang banyak hal. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan amal ibadah kami, harapan untuk mendapat kepercayaan tersebut kian besar dan nyata. Terbukti pasca kebersamaan saya dengan Ustadz Ikram semoga Allah meridhainya, saya sudah beberapa kali bertemu dengan Rasulullah Saw dalam forum mimpi. Bagaimana cara bertemu Rasulullah tersaji pula di buku ini pada bab bonus. Dalam hati saya berkata ‘Ustadz Ikram adalah seorang waliyullah’. Semoga iman dan takwa saya akan terus terjaga sampai ajal menjemput saya, Amin

0 komentar: