Yang paling membahagiakan dari pelajaran pertama
kami di Fakultas Alam Terbuka bimbingan Ustadz Ikram adalah satu komitmen kami.
Yaitu “Merendahkan diri, meningkatkan kualitas.” Dari Perguruan Tinggi
Spiritual itulah betapa kami mulai merasakan nikmatnya menjadi orang tawadhuk.
Standar yang dulunya setinggi langit, lalu kami relakan untuk digembosi sesuai
dengan kehendak sang murshid.
Mungkin pembaca sering
merasakan bahwa menjadi orang yang merendah itu enak. Tentu saja ini terkadang
tidak disadari orang. Makanya dengan membaca buku ini saya ingin mengajak semua
orang untuk bisa menikmati betapa uenaknya orang yang bertawadhuk.
Syarat
untuk bisa tawadhuk memang harus menetapkan standar yang tidak terlalu
tinggi tadi. Karena kalau ini yang dilakukan, pasti akan melanggar prinsip tawadhuk.
Orang tawadhuk atau orang yang merendahkan diri, kalau jatuh tidak
sakit. Iya kan? karena jatuhnya gak tinggi. Orang tawadhuk juga akan mampu
untuk menikmati keadaan. Apapun yang dialaminya, akan bisa dinikmatinya
sedemikian rupa. Sehingga tak jarang si tawadhuk ini justru dibenci
orang. Banyak orang yang iri kepadanya. Bayangkan saja, setiap hari isi
hidupnya hanya kebahagiaan. Sementara orang lain pada sibuk berobat kemana-mana
akibat stres yang dideritanya. Dalam level yang ingin saya sasar, tawadhuk
disini terkait erat dengan ikhlas sebagaimana yang telah kita bahas di depan.
0 komentar:
Posting Komentar