Rabu, 28 Desember 2011

Belajar dari Bebek (dikutip dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Menjelang berakhirnya pelayaran dan larungan akbar yang dilaksanakan oleh nabi Nuh, dengan telah lerainya hujan dan surutnya air, berfikirlah Nabi untuk memantau situasi. Saat itu bebek adalah seekor unggas yang paling hebat terbangnya. Setelah meneliti ke berbagai binatang yang bisa terbang, maka dipilihlah bebek untuk melaksanakan tugas pemantauan.

Atas izin Nabi Nuh, melalui jendela yang telah terbuka, terbanglah bebek untuk memantau situasi dan kondisi, sekaligus posisi kapal berada. Dengan kecepatan yang luar biasa, mungkin diatas 100 KM / jam bebek nggeblas meninggalkan kapal yang sedang larung.

Tetapi apa lacur, semenit, dua menit, satu jam dua jam, bebek tidak segera menampakkan batang hidungnya yang emang tenggelam. Nabi Nuh resah, karena tugas besar tersebut sangat penting untuk aktivitas dan program kerja berikutnya. Ini pelajaran bagi kita betapa sebelum kita sampai ke tempat tujuan atau lokasi dimana kita akan menetap disana, mempelajari dan menguasai medan adalah tindakan yang mutlak harus dilakukan. Minimal tahu sedikitlah biar tidak terlalu kaget. Misalnya seperti saya dari Sidoarjo yang belum tahu sama sekali Selayar kemudian berangkat, tidak masalah. Karena pernah berada di tempat yang lebih ngeri dari itu, di Ambon dulu. Tetapi sebelumnya tetap mencari tahu tentang hal ikhwal pulau Selayar.

Belajar dari pengalaman keledai, Nabi Nuh As benar-benar mengendalikan emosinya. Maka diperintahkanlah merpati untuk menyusul bebek dalam memantau situasi. Dalam beberapa saat merpati kembali dengan laporan lengkapnya bahwa di depan ada gunung dan perbukitan yang nampaknya cocok untuk mengkandaskan kapal besar Nabi Nuh. Infromasi lain dengan melihat tingginya air tinggal beberapa jam lagi katanya air bakalan habis dan kapal kandas. Berdasarkan informasi tersebut kemudian atas komando Nabi Nuh semuanya bersiap-siap untuk melanjutkan program berikut.

Mantap kan Merpati?, makanya mengapa PT Pos menggunakan lambang merpati untuk logonya, yak karena reliable (terpercaya) tersebut he… he… Lalu bagaimana dengan bebek?, ternyata setelah sumpek berada di dalam kapal sekian tahun, sekian bulan, sekian hari, dia sumpek, maka perintah nabi Nuh dijadikan sebagai kesempatan untuk bersenang-senang. Subhanallah

Lalu kemanakah bebek? Apa saja yang dilakukanny sehingga meninggalkan tugas sedemikan rupa?. Apa dia tidak tahu ratusan ribu bahkan jutaan makhluk hidup menunggu kedatangannya?. Menantikan kabar darinya?. Ternyata dia sedang asyik main selam. Menangkap ikan adalah kesenangannya, sehingga karena lapar dan bisa memakan ikan kecil-kecil yang sedang berenang, si bebek lupa akan tugas utamanya. Sebagai hukuman atas perbuatan pelenggarannya bebek sejak saat itu diambil kemampuan terbangnya dan ekornya dibengkokkan. Jadi sebagaimana dalam surat zalzalah dikatakan sekecil apapun perbuatan baik akan dibalas oleh Allah, dan sekecil apapun perbuatan jahat pasti akan mendapat balasan “faman ya’mal mitsqala dzartin khairan yarah, waman ya’mal mitsqala dzaratin syarran yarah, maka barang siapa berbuat baik sebesar dzrah pun akan mendapatkan balasan. Dan barang siapa berbuat jahat sebesar dzarah pun akan mendapatkan balasan. Apalagi menyangkut tanggung jawab yang dibebankan kepada kita.

Ingat munafik yang cirinya ada tiga adalah penghuni neraka paling bawah atau keraknya neraka. Ketiga ciri tersebut saya urai lagi “bila bicara berdusta, bila berjanji menyalahi dan bila dipercaya berkhianat” naudzubillah min dzalik. Mari kita berantas kemunafikan di dunia ini agar aman dan mendapat ridha Allah Swt. Lalu kitalah pemenangnya. Amin ya rabbal alamin.

0 komentar: