Ketika pertama kali saya masuk
ke Sumbawa sebagai kepala kantor pos di sana ,
setelah melihat, membuat strategi lalu go. Konsep perubahan yang sudah saya
transfer kepada karyawan saya seolah sudah sangat dipahami saat dalam forum
atau ketika saya tanya. Bahkan fase-fase kepemimpinan yang empat itu sudah saya
urai untuk mereka. Media internal bertajuk ‘rungan samawa,’ kabar dari
sumbawa, saya jadikan sebagai ajang menyampaikan informasi dari saya dan
sebaliknya. Tetapi rupanya masih ada yang belum paham.
Mungkin
pembaca bertanya-tanya tentang fase itu ya? Nih saya kasih. Dengan datangnya
pemimpin yang baru atau program baru, pasti akan melalui empat fase. Yaitu (1) fase
pengenalan (introduction) dimana pemimpin menyampaikan program dengan
segala konsekuensinya. (2) fase pembadaian (storming), dengan
adanya program baru yang biasanya membawa perubahan, orang merasa terusik. Mereka terganggu dengan area kenyamanan yang
selama ini dinikmatinya. Jadi pada fase ini banyak pro dan kontra. Inilah fase
yang paling berat bagi seorang pemimpin. Banyak dari mereka yang hanya sampai di
fase ini saja. (3) Fase penormalan (norming), setelah adanya
pertikaian seru selama fase storming, masing-masing pihak menyadari
bahwa mereka perlu bersatu untuk mengegolkan tujuan bersama. Mereka sudah paham
bahwa perubahan itu juga untuk diri mereka akhirnya. (4) Fase pelaksanaan
(actuating), yaitu pelaksanaan program secara nyata dan dengan semangat
yang tinggi untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Saya
pun mengalaminya ketika meluncurkan buku MPIM yang kata sebagian orang juga
kontroversi. Terutama dari kalangan dukun, mereka menggugat saya dengan sangat
tajam. Bukan saja secara fisik, secara spiritual black magic sungguh
luar biasa saya terima. Dan hal itu sudah saya prediksi sebelumnya. Bayangkan,
rahasia mereka saya kupas habis di buku itu. Bila pembaca belum mendapatkannya
bisa menunggu cetakan kedua yang ketika buku ini saya tulis sedang dalam proses
diterbitkan ulang oleh penerbit Juxtapose Korporasidea Yogyakarta .
Saya cetak 2000 eksemplar bulan Mei 2009 sudah ludes di bulan Juli 2009.
Tak
jarang akibat buku MPIM yang secara ksatria saya cantumkan nomor HP dan email,
saya disidang dan dimintai pertanggung-jawaban oleh berbagai pihak atas isi
buku itu. Tetapi tak mengapa, itu resiko yang telah saya perhitungkan
sebelumnya. Dan atas hasil cinta saya kepada Allah azza wajalla, saya
bukan saja bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, tetapi juga memuaskan
mereka. Alhasil, akhirnya saya memiliki komunitas yang harus saya layani dengan
tulus, sebagaimana keinginan saya untuk mendapatkan cinta dari Allah. Setiap
malam Jum’at atau maksimal pada hari Jum’at saya harus mengirimkan tausiah gratis
kepada lebih dari 300 orang.
Sayang,
dengan pengiriman SMS melalui group selalu saja ada yang komplain merasa tidak
menerimanya. Padahal saya sudah membagi group menjadi tiga. Wallahu a’lam,
mudah-mudahan kedepan bisa labih baik lagi. Syukur kalau ada pembaca yang ingin
turut andil, hehehehe.. Minimal memberitahukan cara terbaik untuk sampainya SMS
itu kepada sahabat-sahabat saya. Tetapi
harus tetap gratis untuk penerimanya.
Jadi
dengan hadirnya buku MPIM, saya sempat dibenci orang. Dan setelah saya jelaskan
sampai mereka paham, alhamdulillah kebencian itu berubah menjadi cinta,
penghormatan dan kebahagiaan yang tak terkira. Demikian juga ketika program
saya di Kantor Pos Sumbawa belum dipahami sebagian kecil karyawan, mereka
berontak dan berusaha untuk melengserkan saya dengan berbagai cara. Melaporkan
ke Kanwil dan seterusnya. Tetapi ketika mereka paham bahwa cara, maksud dan
saya adalah orang baik, maka sekarang hanya solusi dan kebahagiaan yang ada.
Mereka yang semula berontak, akhirnya siap menjadi bemper saya yang akan
membela saya di barisan paling depan apabila saya mengalami masalah.
Iblis,
benarkah kita membencinya karena kita tidak paham? Bukannya memang kita harus
membencinya agar tidak tertipu olehnya? Bukannya dengan membencinya kita akan
terhindar dari tipu dayanya? Jawaban saya, kita membenci karena tidak paham.
Kita tidak paham atas kehendak Allah yang mengatur segala sesuatu yang
sedemikian besar. Sedangkan kita hanya mengetahui yang kecil dan sedikit.
Nyaris bisa dikatakan tidak ada. Jadi buku ini setelah kita paham, dimaksudkan
bukan untuk mengikuti cara dan jejak Iblis, tetapi mewaspadai dan kian
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan mengetahui siapa Iblis kita akan bisa
mendapatka-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar