Ibnu Abbas ra pernah bercerita bahwa di dalam
kalangan bani Israil, adalah seorang pendeta yang tinggal di dalam pertapaannya
sendirian. Tentu ia tanpa ditemani siapapun dalam beberapa tahun, hingga para
malaikat mendatanginya pagi dan sore dan bertanya kepadanya, tentang
keperluan serta kebutuh-butuhannya.
Untuk itu Allah memberikan
kemudahan kepada pendeta itu dengan menumbuhkan pohon anggur di atas
pertapaannya. Sehingga bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari pendeta itu,
bila suatu saat ia mebutuhkannya. Bila pendeta itu merasa haus, maka ia cukup
menengadahkan tangannya ke atas, maka tertuanglah air ke telapak tangannya,
sehingga bisa dikumpulkan dalam satu gelas.
Ketika ia tengah beribadah
di waktu malam, pada suatu hari datanglah seorang perempuan cantik kepadanya.
Lalu perempuan cantik itu berkata : “Wahai
pendeta!, Aku bersumpah atas nama Allah! Hendakalah kamu mengizinkan aku untuk
bermalam di pertapaanmu, sebab tempat tinggalku sangat jauh.
Tanpa jawaban dari pendeta,
perempuan itu masuk ke dalam pertapaan. Tiba-tiba wanita itu menanggalkan
seluruh pakaiannya, sehingga ia telanjang bulat, tanpa selembar benang pun.
Betapa terkejutnya pendeta itu, lalu ia menutupi kedua matanya dengan
tangannya. Pendeta itu berkata : “Sungguh
celaka kamu ! Berpakaianlah lagi! Jawab perempuan itu : “Kamu harus
bersenang-senang denganku malam ini !”
Lalu berkatalah pendeta
kepada nafsunya “wahai nafsu, bagaimana pendapatmu?” Nafsu menjawab :
“Janganlah kamu takut kepada Allah!”. Kata pendeta ; “Sungguh celaka kamu !
Apakah kamu ingin ibadahku akan lenyap semua dan kamu tersiksa serta memakai
pakaian dari latung dan potongan-potongan api. Aku khawatir kamu akan tersiksa
didalam api yang tak pernah padam, sikasaan yang tak pernah habis. Aku takut
jangan-jangan Allah marah kepadamu, sehingga tidak akan rela kepadamu”
Meskipun demikian, nafsu
sang pendeta itu terus menerus membujuknya, supaya ia mau berzina dengan
pelacur itu. Lalu sang pendeta berkata lagi ; “Baiklah, aku akan menyiksamu
dengan api dunia. Bila kamu mampu bertahan, maka kamu akan aku senangkan malam
ini.
Lantas pendeta itu mengisi
lampu dengan minyak tanah (latung) , menghidupkannya dengan api dan membesarkan
sumbunya. Ketika itu, perempuan pelacur itupun mendengar pembicaraan pendeta dengan nafsunya sendiri serta melihat
tingkah laku pendeta yang hendak membakar anggota tubuhnya.
Tiba-tiba pendeta itu
memasukkan jari-jarinya ke dalam api sehingga terbakarlah kedua telapak
tangannya. Pendeta itu membakar jari-jarinya dimulai dari ibu jari, hingga jari
kelingkingnya. Perempuan itu kontan menjerit. Karena merasa ngeri melihat
perbuatan pendeta itu, seketika itu ia meninggal dunia. Lalu ditutupinya
tubuhnya yang telanjang itu dengan baju-bajunya sendiri, yang tadi
dilepaskanya. Setelah menutupi tubuh perempuan itu, pendeta itu melakukan
shalat malam.
Mayat perempuan itu tetap
di biarkan , hingga tiba pagi hari. Disitulah Iblis yang telah lama berusaha
menggoda pendeta namun tidak berhasil, mendapat kesempatan untuk memfitnah sang
pendeta. Kemudian Iblis berdiri di menara gereja dan berseru, bahwa pendeta telah
melakukan perzinaan dengan fulanah, lalu dibunuhnya.
Seruan Iblis itu sampai di
dengar sang raja, yang kemudian pergi menemui pendeta dan bertanya : “Dimanakah
perempuan itu? Di tempatku,” jawab pendeta. Kata raja, “bawalah ia ke sini.”
Jawab pendeta : “ia telah meninggal dunia.” Kemudian raja berkata lagi :
“Perempuan itu tidak mau kau ajak berzina, lalu engkau mebunuhnya?.” Belum
sempat pendeta menjawab nya, tiba-tiba bala tentara raja telah menggempur
gereja sang pendeta dan berusaha merobohkannya. Kemudian pendeta itupun
ditangkap dan diikat kaki tangannya serta lehernya, bagai menangkap seekor
binatang. Lalu dibawanya beserta mayat
perempuan itu ke tempat penyiksaan.
Hukum yang berlaku pada
masyarakat kala itu ialah, bila ada seorang kadapatan berzina, mereka akan
digorok (digergaji) tubuhnya, hingga terbelah menjadi dua potong. Pendeta itu
diperlakukan seperti itu, tanpa ditanyai terlebih dahulu, apa sebenarnya yang
telah menimpah dirinya. Gergaji itu telah diletakkan di atas kepala pendeta,
tinggal menunggu perintah dari raja mereka. Maka raja berkata : “Mulailah!”
lantas gergaji itu pun menari-nari di atas kepala pendeta. Ketika pendeta
merasakan sakit yang luar biasa , sehingga tanpa sadar ia mengatakan “Aduh”.
Ketika pendeta mengatakan
“aduh” maka Allah mengutus Jibril turun
ke bumi, agar Jibril mengatakan kepada pendeta “janganlah kamu berkata aduh
lagi! Aku masih melihatmu. Sesunggunya penyiksaanmu telah membuat malaikat
pembawa Arsy serta penduduk langit menangis. Demi kemulian-Ku dan keagungan-Ku,
bila kamu mengaduh lagi aku akan membinasakan seluruh langit dan menenggelamkan
seluruh penduduk bumi ke dalam tanah. “
Kata Ibnu Abbas ra :
kemudian Allah mengembalikan roh perempuan itu ke dalam jasadnya sehingga ia
bisa berdiri dan berkata : “Sesungguhnya pendeta itu adalah orang yang
teraniaya. Dia tidak berzina denganku
dan tidak pula membunuhku. Aku adalah saksi dari Tuhanku!. Lalu perempuan itu
mengisahkan kejadian dari awal hingga akhirnya mati karena menjerit ketakutan
melihat pendeta itu membakar jari-jarinya sendiri.
Lalu orang-orang beramai
–ramai untuk menyaksikan sendiri tangan pendeta itu dan ternyata itu
betul-betul terbakar. Penyesalan menyelimuti hati mereka, hingga mereka berkata
: “Seandainya kami tahu sejak tadi, tentu kami tidak akan memotongmu dengan
gergaji”. Akhirnya pendeta itu meninggal dunia dan wanita itu pun meninggal
dunia lagi. Alangkah malangnya pendeta yang alim itu karena fitnah yang dilontarkan
iblis yang dipercaya masyarakat, maka nasib pendeta itu sedemikian tragis.
Pembaca, Ustadz Ikram
sering berpesan kepada kami murid-muridnya, lihat dan dengarlah dua kali, baru
katakana, putuskan. Inilah mengapa Allah menciptakan dua mata dan dua telinga, chek
and recheck dulu baru mengambil tindakan. Nampaknya disini kita belajar
dari sang raja pula untuk hal tersebut. Sedangkan Iblis, memang bertugas
membela pelacur itu untuk pelajaran bagi kita semua yang mau mengabil hikmah
secara utuh kisah sedih tadi.
0 komentar:
Posting Komentar