“Tanamkan cinta kepada kekasih Tuhan dalam
semangatmu. Jangan serahkan hatimu kepada siapa pun, kecuali kepada Ia yang
berhati cemerlang. Jangan mengunjungi tetangga yang putus asa, harapan masih
ada. Jangan pergi ke arah yang gelap, matahari masih ada…” (Maulana Jalaludin Rumi)
Tanpa bermaksud membuat
pernyataan yang menyudutkan, justru ini
insya Allah baik untuk semua pihak. Setidaknya menurut saya dan tim yang selama
ini terus dan terus belajar untuk mengabdi lebih baik kepada Allah dari waktu
ke waktu. Saya akan membuat suatu statemen yang mungkin nyleneh lagi.
1. Jamaah Tabligh
Saya pernah mengikuti
jamaah Tabligh, yang banyak dikatakan orang sebagai jamaah kompor. Saya
merasa banyak ilmu dan pelajaran yang bisa saya petik dalam perjalanan
spiritual itu. Sehingga saya bersama teman-teman kemudian membuat suatu
formulasi analisis. Yaitu memetakan orang-orang yang ada di sana ke dalam empat
kelompok. Pertama, orang yang berniat thalabul ilmi,
menuntut ilmu agama terutama Islam diluar
sekolah dan pesantren. Kedua, orang yang ingin
melaksanakan konsep ‘in tanshurullahi yanshurukum,’ jika kamu menolong
agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Ketiga, orang yang ingin
membesarkan dakwah islam. Keempat, yang saya harus mohon maaf,
adalah orang stress yang ingin menyembuhkan stresnya. Setidaknya yang
terakhir ini sebuah pelarian yang baik.
Sebenarnya keempatnya
sangat baik secara umum. Dan hanya sedikit yang kelihatan kurang baiknya, yaitu
tatkala ada yang dengan mudah menelantarkan keluarganya demi dakwah. ‘Allah
yang akan menjaganya,” memang benar akan seperti itu. Tetapi Allah juga
memerintahkan kita untuk berusaha terlebih dahulu, baru tawakal. ‘Fa idza
‘azamta, fatawakal ‘alallah,’ Dan jika telah berusaha, maka bertawakallah
kepada Allah. Bukan tawakal tanpa usaha. Terlebih ini masalah tanggung jawab
yang pasti akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah di akhirat kelak.
2. Utamakan berbakti kepada orang tua, baru
keluar (khuruj)
Suatu hari kami kedatangan
rombongan jamaah dari Malaysia. Kemudian tanpa kami ketahui, seorang Ustadz
yang menurut kami ilmunya sangat tinggi, tiba-tiba dengan lesu pamit pulang
dari yang lain. Saya yang sedang bingung karena jamaah itu baru saja berbicara
dengan Ustadz Ikram, bertanya kepada Beliau. Ternyata kata Ustadz Ikram kepada
saya, dalam jihad yang dipersepsikan itu, di tanah airnya dia masih punya
tanggungan. Terlebih ia masih dalam
kondisi durhaka kepada ibunda. Bukan masalah besar, hanya ada sedikit perbedaan
pendapat yang masih menggantung dengan sang ibu. Karena bermaksud ingin
menenangkan diri, keluarlah ia sampai ke Ambon Indonesia. Itu terjadi pada
tahun 1992 kalau saya tidak salah. Tetapi alhamdulillah, seminggu kemudian
jamaah ganteng dengan jenggot panjang itu sudah muncul lagi diantara kami. Saat
saya tanya, katanya urusan sudah selesai di Malaysia.
Menurut saya yang mengambil
poin 1 sampai 3 dari empat tadi, mungkin saya sudah lunas mempelajari ilmunya.
Tetapi mungkin juga yang saya ambil itu hanya sebagian kecil dari ilmu mereka.
Sementara ilmu Allah masih sangat luas. Bahkan di akhir Qs Al kahfi : 109 : “Katakanlah:
Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
Di luar sana masih banyak
ilmu Allah yang tercecer. Dan saya ingin memungutnya satu per satu hingga wadah
saya penuh dengan hikmah itu. Saya jadi
ingat firman Allah, “Qul lau kaanal bahru midada likalimati rabbi lanafidal
bahru qabla antan fada kalimatu rabbi walau ji’na bimitslihi madada.” Katakanlah:
Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
(Qs Al Kahfi : 109)
3. Hanya
kepada-Nya berharap dan meminta
Dalam usul dakwah
disebutkan bahwa ada empat hal yang harus ditinggalkan. Yaitu berharap kepada
makhluk, meminta kepada makhluk, pemborosan dan menggunakan barang orang lain
tanpa izin.
Dua dari empat poin
tersebut, yaitu meninggalkan berharap dan meminta kepada makhluk, adalah
sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan. Padahal ancamannya adalah syirik.
Karena memang hanya orang yang beriman yang mencapai tingkatan ihsan dan takwa
yang sudah bisa melakukannya secara murni. Jadi saya sangat sepakat bahwa hal
itu harus kita tinggalkan. Setidaknya kita terus berusaha agar dalam
melakukannya tidak terkotori oleh daki-daki amal kita.
“Ingatlah ketika kamu
memohon perlindungan kepada Tuhanmu,
lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sesungguh nya, aku akan mendatangkan bala
bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. (QS. Al anfaal [18] :19).
Allah
juga telah berjanji, bahwa jika kita telah bertakwa kepada-Nya, maka Dia akan memberikan
jalan keluar dan rejeki dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Selain itu
Allah juga akan memberikan kemudahan terhadap segala urusan kita.
“Waman
yattaqillaha yaj’al lahu makhraja, wayarzuqhum min haitsu la yahtasib,” Barang
siapa bertakwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar dan dan rejeki
dari arah yang tidak disangka-sangka.
“Waman
yattaqillaha yaj’al lahu min amrihi yusra,” Barang siapa bertakwa kepada
Allah, Dia akan menjadikan mudah semua urusannya.
Secara
hakekat ada sebuah amalan karangan saya yang insya Allah baik untuk didawamkan,
dirutinkan dan diistiqamahkan.
Setidaknya ini bisa meningkatkan keyakinan dan percaya diri kita di
hadapan makhluk. Sebenarnya tidak boleh percaya diri kata Pak Riawan Amin, yang
boleh hanyalah percaya Allah. Untuk itulah kita menanamkan Allah ke dalam diri
kita sendiri. Bukankah mengenal diri akan mengenal Allah? “Man arafa nafsahu
faqad arafa rabbahu,” Barang siapa mengenal dirinya, akan mengenal
Tuhannya.(Hadits).
Bacaan
ini hanya kata-kata yang terdiri dari 7 kalimat mudah dan dibaca minimal
sebelum tidur malam. Yaitu “Allah melihatku, Allah menyaksikan Aku, Allah
menjagaku, Allah memberkatiku, Allah melindungiku, Allah mengampuni semua
dosaku, Allah mengabulkan segala permintaan dan harapanku,” Silakan
diamalkan bila berkeinginan. Demikian
juga membaca buku ‘IG’ ini. Intinya, dimana ada kemauan, disitu pasti
ada jalan. “Where ther is a will, there is way.” Semoga bermanfaat. Amin
0 komentar:
Posting Komentar