Kamis, 22 Desember 2011

Hanya Berharap dan Meminta Kepada Allah (dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Tanamkan cinta kepada kekasih Tuhan dalam semangatmu. Jangan serahkan hatimu kepada siapa pun, kecuali kepada Ia yang berhati cemerlang. Jangan mengunjungi tetangga yang putus asa, harapan masih ada. Jangan pergi ke arah yang gelap, matahari masih ada…” (Maulana Jalaludin Rumi)

Tanpa bermaksud membuat pernyataan yang menyudutkan, justru  ini insya Allah baik untuk semua pihak. Setidaknya menurut saya dan tim yang selama ini terus dan terus belajar untuk mengabdi lebih baik kepada Allah dari waktu ke waktu. Saya akan membuat suatu statemen yang mungkin nyleneh lagi.

    1. Jamaah Tabligh
Saya pernah mengikuti jamaah Tabligh, yang banyak dikatakan orang sebagai jamaah kompor. Saya merasa banyak ilmu dan pelajaran yang bisa saya petik dalam perjalanan spiritual itu. Sehingga saya bersama teman-teman kemudian membuat suatu formulasi analisis. Yaitu memetakan orang-orang yang ada di sana ke dalam empat kelompok. Pertama, orang yang berniat thalabul ilmi, menuntut ilmu agama terutama Islam diluar  sekolah dan pesantren. Kedua, orang yang ingin melaksanakan konsep ‘in tanshurullahi yanshurukum,’ jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Ketiga, orang yang ingin membesarkan dakwah islam. Keempat, yang saya harus mohon maaf, adalah orang stress yang ingin menyembuhkan stresnya. Setidaknya yang terakhir  ini sebuah pelarian yang baik.

Sebenarnya keempatnya sangat baik secara umum. Dan hanya sedikit yang kelihatan kurang baiknya, yaitu tatkala ada yang dengan mudah menelantarkan keluarganya demi dakwah. ‘Allah yang akan menjaganya,” memang benar akan seperti itu. Tetapi Allah juga memerintahkan kita untuk berusaha terlebih dahulu, baru tawakal. ‘Fa idza ‘azamta, fatawakal ‘alallah,’ Dan jika telah berusaha, maka bertawakallah kepada Allah. Bukan tawakal tanpa usaha. Terlebih ini masalah tanggung jawab yang pasti akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah di akhirat kelak.

    2. Utamakan berbakti kepada orang tua, baru keluar (khuruj)
Suatu hari kami kedatangan rombongan jamaah dari Malaysia. Kemudian tanpa kami ketahui, seorang Ustadz yang menurut kami ilmunya sangat tinggi, tiba-tiba dengan lesu pamit pulang dari yang lain. Saya yang sedang bingung karena jamaah itu baru saja berbicara dengan Ustadz Ikram, bertanya kepada Beliau. Ternyata kata Ustadz Ikram kepada saya, dalam jihad yang dipersepsikan itu, di tanah airnya dia masih punya tanggungan. Terlebih  ia masih dalam kondisi durhaka kepada ibunda. Bukan masalah besar, hanya ada sedikit perbedaan pendapat yang masih menggantung dengan sang ibu. Karena bermaksud ingin menenangkan diri, keluarlah ia sampai ke Ambon Indonesia. Itu terjadi pada tahun 1992 kalau saya tidak salah. Tetapi alhamdulillah, seminggu kemudian jamaah ganteng dengan jenggot panjang itu sudah muncul lagi diantara kami. Saat saya tanya, katanya urusan sudah selesai di Malaysia.

Menurut saya yang mengambil poin 1 sampai 3 dari empat tadi, mungkin saya sudah lunas mempelajari ilmunya. Tetapi mungkin juga yang saya ambil itu hanya sebagian kecil dari ilmu mereka. Sementara ilmu Allah masih sangat luas. Bahkan di akhir Qs Al kahfi : 109 : “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.

Di luar sana masih banyak ilmu Allah yang tercecer. Dan saya ingin memungutnya satu per satu hingga wadah saya  penuh dengan hikmah itu. Saya jadi ingat firman Allah, “Qul lau kaanal bahru midada likalimati rabbi lanafidal bahru qabla antan fada kalimatu rabbi walau ji’na bimitslihi madada.” Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.  (Qs Al Kahfi : 109)

    3. Hanya kepada-Nya berharap dan meminta
Dalam usul dakwah disebutkan bahwa ada empat hal yang harus ditinggalkan. Yaitu berharap kepada makhluk, meminta kepada makhluk, pemborosan dan menggunakan barang orang lain tanpa izin.

Dua dari empat poin tersebut, yaitu meninggalkan berharap dan meminta kepada makhluk, adalah sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan. Padahal ancamannya adalah syirik. Karena memang hanya orang yang beriman yang mencapai tingkatan ihsan dan takwa yang sudah bisa melakukannya secara murni. Jadi saya sangat sepakat bahwa hal itu harus kita tinggalkan. Setidaknya kita terus berusaha agar dalam melakukannya tidak terkotori oleh daki-daki amal kita.

“Ingatlah ketika kamu memohon  perlindungan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sesungguh nya, aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. (QS. Al anfaal [18] :19).

            Allah juga telah berjanji, bahwa jika kita telah bertakwa kepada-Nya, maka Dia akan memberikan jalan keluar dan rejeki dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Selain itu Allah juga akan memberikan kemudahan terhadap segala urusan kita.

            “Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhraja, wayarzuqhum min haitsu la yahtasib,” Barang siapa bertakwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar dan dan rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
            “Waman yattaqillaha yaj’al lahu min amrihi yusra,” Barang siapa bertakwa kepada Allah, Dia akan menjadikan mudah semua urusannya.

            Secara hakekat ada sebuah amalan karangan saya yang insya Allah baik untuk didawamkan, dirutinkan dan diistiqamahkan.  Setidaknya ini bisa meningkatkan keyakinan dan percaya diri kita di hadapan makhluk. Sebenarnya tidak boleh percaya diri kata Pak Riawan Amin, yang boleh hanyalah percaya Allah. Untuk itulah kita menanamkan Allah ke dalam diri kita sendiri. Bukankah mengenal diri akan mengenal Allah? “Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu,” Barang siapa mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.(Hadits).

            Bacaan ini hanya kata-kata yang terdiri dari 7 kalimat mudah dan dibaca minimal sebelum tidur malam. Yaitu “Allah melihatku, Allah menyaksikan Aku, Allah menjagaku, Allah memberkatiku, Allah melindungiku, Allah mengampuni semua dosaku, Allah mengabulkan segala permintaan dan harapanku,” Silakan diamalkan bila berkeinginan. Demikian  juga membaca buku ‘IG’ ini. Intinya, dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan. “Where ther is a will, there is way.” Semoga bermanfaat. Amin

0 komentar: