Pada
hari yang telah ditentukan oleh Allah, maka datanglah air yang tidak
jelas asalnya. Keluar dari bumi dan turun dari langit yang menerjang
apa saja di depannya. Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata kebesaran
Allah tersebut. Sesuai petunjuk Allah sepasang-sepasang semua jenis
binatang, tumbuh-tumbuhan dan orang yang beriman diperintahkan untuk
dinaikkan ke atas kapal. Tak terkecuali keledai yang memang lambat
gerakannya.
Air
semakin besar dan orang orang yang tidak beriman sudah berlari ke
gunung dan dataran tinggi lain untuk menyelamatkan diri. Semua sudah
berhasil naik, tinggal Mas Keledai yang masih santai dengan
mainannya. Hal inilah yang kemudian menyita perhatian Nabi Nuh AS
agar tidak timbul korban dari kalangan binatang. Tetapi keledai tetap
saja santai sehingga Nabiyullah Nuh
As akhirnya memanggilnya.
“Keledai,
ayo cepat naik. Air semakin besar dan kamu akan tenggelam kalau tidak
segera naik”, teriak Nabi Nuh kepada keledai. Sementara air sudah
setinggi lutut orang dewasa. Nabi Nuh berteriak-teriak yang dibantu
juga oleh umat yang lain, tetapi memang keledai seperti budheg
(tuli ; Jawa) telinganya. Akhirnya emosi Nabi Nuh memuncak, dan.
Dibentaklah keledai dengan ucapan. “Setan, naiklah…!!”, maka
sepontan keledai loncat ke atas kapal karena dibantu setan yang
dengan bahagianya bisa mengikuti perjalanan panjang itu. Subhanallah,
setan ikut ke kapal. Jelas ini pertanda buruk.
Pelajaran
bagi kita semua, bahwa kesabaran tidak sama dengan ketegasan. Tegas
tidak berarti harus marah, apalagi emosi. Tetapi tegas mengandung
konsistensi dan komitmen. Ada resiko yang harus diterima bagi yang
tidak melaksanakannya. Sekali bilang merah, tetap merah. Bila memang
keledai tidak mau naik, tinggalkan saja, demi menyelamatkan yang
lebih banyak lagi. Tetapi bagaimana dengan perintah Allah menaikkan
semua hewan?. Inilah prinsip menerima takdir setelah berusaha. Waidza
azamta fatawakal alallah, apabila telah berusaha sekuat tenaga, maka
bertawakallah kepada Allah. Nabi Nuh
telah berusaha, tetapi takdir Allah mengharuskan setan ikut, sehingga
membuat semua harus semakin meningkatkan kedekatan dan bertawakal
kepada Allah.
Sabar,
karena hanya sabar dan shalat yang akan menolong kita kelak di hari
pembalasan. Mengendalikan diri adalah sangat penting untuk kehidupan
kita. Karena hanya orang yang sabar saja yang akan berhasil. Orang
yang tidak sabar tidak akan pernah bisa berhasil. Kalau kelihatan
ada, niscaya hanya keberhasilan semu yang pelakunya tidak akan bisa
menikmati keberhasilan tersebut.
Disisi
lain, kita sebagai makhluk yang memiliki kewajiban untuk taat kepada
perintah Tuhan, menyegerakan berbuat baik adalah suatu keputusan yang
paling aman. Karena penundaan (procrecination)
hanya akan menimbulkan masalah baru yang mungkin penyelesaiannya akan
lebih susah. Penundaan dalam berbuat baik selain akan menghilangkan
peluang dan kesempatan juga akan merusak kualitas amal perbuatannya
sendiri. Karena disana kemudian setan berkesempatan untuk bergabung
dan merusak semuanya. Naudzubillah
min dzalik.
0 komentar:
Posting Komentar