Rabu, 28 Desember 2011

Sedih, kita masih jauh dari harapan (dikutip dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Jujur saja dikemukakan bahwa saat ini memang masih sangat banyak masjid bahkan pembangunannya semakin gencar dengan ornament yang semakin mewah. Kegiatan agama pun masih cukup marak dilaksanakan di setiap penjuru dunia. Namun patut disayangkan, roh dari yang mereka lakukan tersebut kian hari kian meredup. Hakekat dari aktivitas muslim tersebut tidak terlalu nyekrup dengan harapan para ulama pendahulu kita. Bahkan konsep membumikan Al-qur’an jauh api dari panggang. Alhasil banyak ditemui puluhan bahkan ratusan muslim berlengggang kangkung di jalanan, di rumah maupun di tempat aktivitas masing-masing pada saat seharusnya merreka sudah mendengarkan khutbah Jum’at di masjid.
Yang paling tragis adalah kejadian Jum’at malam di akhir januari 2009 lalu ketika ada seorang guru yang kebetulan juga berprofesi menjadi tukang pijat professional, datang ke rumah saya. Pak Yus panggilan akrab beliau yang memang ingin ngobrol dengan saya tentang agama dan seluk beluknya. Ketika sedang asyik berdiskusi Handphone-nya berdering berkali-kali yang kemudian saya sarankan untuk diangkat. Rupanya orang tersebut adalah teman guru yang dulu pernah dipijat oleh Pak Yus dan menjadi lebih sehat. Alhamdulillah Allah memberikan rejeki bagi kedua belah pihak. Kemudian disepakati penelpon yang berinisial Iw tersebut akan menyusul ke rumah saya dimana kami sedang mengobrol.

Dalam pertemuan singkat setelah Pak Iw datang masuklah dia pada diskusi kami. Dikatakanya bahwa keadilan itu tidak ada di Islam sekalipun,katanya. Bahkan secara sembarangan Iw mengeluarkan statemen bahwa Islam sudah tidak cocok lagi diterapkan di jaman sekarang. Al-quran dan hadits yang dimiliki Islam tidak cukup untuk mengatur manusia saat ini. Tegoran saya yang langsung menuduh Iw belum memahami Islam dijadikan boomerang bagi saya katanya saya termasuk orang-orang rekatif yang susah diajak berfikir maju. Padahal beliau seorang muslim dan menjadi panutan di Sekolah Menengah pertama (SMP) tempat dia mentransfer ilmunya. “Ya Allah ada apa dengan muslim?, saya yakin bahwa apapun yang dilakukan orang tentang Islam, apakah mereka mau shalat atau tidak, mereka mau beribadah atau tidak, Islam akan tetap tinggi,” batinku menangis menghadapi orang seperti itu. Memang waktu sangat sempit untuk membahas hal principal itu. Sehingga hanya kepasrahan kepada Allah yang dapat kami lakukan, karena petunjuk memang adalah hak perogratif Allah. Manusia tidak bisa memaksa Allah untuk memberikannya kepada seseorang, bahkan Abu Thalib paman Rasulullah sekalipun.
Lebih dari sekedar hal menyedihkan tersebut, puluhan generasi muda banyak terlihat mengepulkan asap rokok di siang bolong selama Ramadhan. Adab yang dulu menjadi roh Islam sebagai bukti kecintaan kita kepada Rasulullah Saw semakin tidak diminati muslim. Belajar mungkin iya, bahkan di TPA-TPA diajarkan yang demikian itu. Lain halnya dengan pelaksanaannya di rumah masing-masing. Contoh dari peri laku dan kebiasaan orang dewasa di lingkungann rupanya lebih mudah diikuti oleh anak-anak. Inilah posisi sentral dan strategis keluarga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam yang adalah ya’lu wala yu’la alaihi, tinggi dan tidak ada yang bisa menyemai ketinggiannya, masih dihidupkan oleh pemeluknya.

0 komentar: