Jujur
saja dikemukakan bahwa saat ini memang masih sangat banyak masjid
bahkan pembangunannya semakin gencar dengan ornament
yang semakin mewah. Kegiatan agama pun masih cukup marak dilaksanakan
di setiap penjuru dunia. Namun patut disayangkan, roh dari yang
mereka lakukan tersebut kian hari kian meredup. Hakekat dari
aktivitas muslim tersebut tidak terlalu nyekrup dengan harapan para
ulama pendahulu kita. Bahkan konsep membumikan Al-qur’an jauh api
dari panggang. Alhasil banyak ditemui puluhan bahkan ratusan muslim
berlengggang kangkung di jalanan, di rumah maupun di tempat aktivitas
masing-masing pada saat seharusnya merreka sudah mendengarkan khutbah
Jum’at di masjid.
Yang
paling tragis adalah kejadian Jum’at malam di akhir januari 2009
lalu ketika ada seorang guru yang kebetulan juga berprofesi menjadi
tukang pijat professional, datang ke rumah saya. Pak Yus panggilan
akrab beliau yang memang ingin ngobrol dengan saya tentang agama dan
seluk beluknya. Ketika sedang asyik berdiskusi Handphone-nya
berdering berkali-kali yang kemudian saya sarankan untuk diangkat.
Rupanya orang tersebut adalah teman guru yang dulu pernah dipijat
oleh Pak Yus dan menjadi lebih sehat. Alhamdulillah
Allah memberikan rejeki bagi kedua belah pihak. Kemudian disepakati
penelpon yang berinisial Iw tersebut akan menyusul ke rumah saya
dimana kami sedang mengobrol.
Dalam
pertemuan singkat setelah Pak Iw datang masuklah dia pada diskusi
kami. Dikatakanya bahwa keadilan itu tidak ada di Islam
sekalipun,katanya. Bahkan secara sembarangan Iw mengeluarkan statemen
bahwa Islam sudah tidak cocok lagi diterapkan di jaman sekarang.
Al-quran dan hadits yang dimiliki Islam tidak cukup untuk mengatur
manusia saat ini. Tegoran saya yang langsung menuduh Iw belum
memahami Islam dijadikan boomerang bagi saya katanya saya termasuk
orang-orang rekatif yang susah diajak berfikir maju. Padahal beliau
seorang muslim dan menjadi panutan di Sekolah Menengah pertama (SMP)
tempat dia mentransfer ilmunya. “Ya Allah ada apa dengan muslim?,
saya yakin bahwa apapun yang dilakukan orang tentang Islam, apakah
mereka mau shalat atau tidak, mereka mau beribadah atau tidak, Islam
akan tetap tinggi,” batinku menangis menghadapi orang seperti itu.
Memang waktu sangat sempit untuk membahas hal principal itu. Sehingga
hanya kepasrahan kepada Allah yang dapat kami lakukan, karena
petunjuk memang adalah hak perogratif Allah. Manusia tidak bisa
memaksa Allah untuk memberikannya kepada seseorang, bahkan Abu Thalib
paman Rasulullah sekalipun.
Lebih
dari sekedar hal menyedihkan tersebut, puluhan generasi muda banyak
terlihat mengepulkan asap rokok di siang bolong selama Ramadhan. Adab
yang dulu menjadi roh Islam sebagai bukti kecintaan kita kepada
Rasulullah Saw semakin tidak diminati muslim. Belajar mungkin iya,
bahkan di TPA-TPA diajarkan yang demikian itu. Lain halnya dengan
pelaksanaannya di rumah masing-masing. Contoh dari peri laku dan
kebiasaan orang dewasa di lingkungann rupanya lebih mudah diikuti
oleh anak-anak. Inilah posisi sentral dan strategis keluarga untuk
menunjukkan kepada dunia bahwa Islam yang adalah ya’lu
wala yu’la alaihi, tinggi dan
tidak ada yang bisa menyemai ketinggiannya, masih dihidupkan oleh
pemeluknya.
0 komentar:
Posting Komentar