Sabtu, 21 Maret 2009

SAKIT = PROFIT

Allah dalam hadits Nabi SAW menegaskan bahwa ketika Allah menurunkan penyakit sekaligus menyertakan obatnya. Ma anzala allahu azza wa jala min daain illa anzala ma’ahu syifa, Allah Azza wa jala tidak menurunkan penyakit kecuali menyertakan juga obatnya. Jadi sebenarnya kita tak perlu takut ketika penyakit menyapa kita.

Penyakit seperti yang kita ketahui ada dua macam, yaitu penyakit hati dan penyakit jasmani. Penyakit hati pada dasarnya hanya ada dua, yaitu syubhat (ragu-ragu) yang akan melahirkan keresahan, ketakutan, iri, dengki, dendam, malas dan perbuatan tercela lainnya dan syahwat. Sedangkan syahwat sebagaimana kita pahami telah membawa manusia pada kondisi munculnya berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh syahwat. Siphylis, raja singa, sakit mata, migraine dan kerusakan otak karena kecanduan pronografi, dan yang masih belum ditemukan obatnya adalah AIDS.
Penyakit jasmani pun sebenarnya juga hanya ada dua macam, yaitu penyakit yang datangnya dari dalam diri sendiri yang sebenarnya lebih banyak berasal dari penyakit hati tadi, dan dari luar. Penyakit dari dalam selain karena kekurangan iman juga disebabkan oleh tiga kekurangan. Kurang tidur/istirahat, kurang asupan makanan bergizi dan kurang olah raga. Sedangkan dari luar bisa berasal dari wabah, virus, luka akibat benturan dan juga sakit akibat perbuatan jin melalui santet.

Ini ada kabar gembira bagi siapapun yang tengah mengalami sakit. Ternyata ketika kita sakit, akan datang keuntungan yang melimpah ruah. Dari sekian banyak keuntungan orang sakit, penulis meringkasnya dalam 5 keuntungan saja. Keuntungan tersebut adalah (1) terhapusnya dosa (2) agar kita bisa istiqamah ke jalan Allah SWT (3) Bukti cinta Allah kepada kita (4) Sebagai sarana introspeksi diri dan menyucikan diri (5) Allah akan mengangkat derajat orang yang sakit tersebut.

(1) Terhapusnya dosa, sebagaimana dilansir dalam Al Qur’an Asy Syura (30), wa ma ashabakum min musibatiin fabima kasabat aidikum waya’fu an katsir, Dan kami memberikan musibah yang disebabkan oleh perbuatan tanganmu dan untuk mengampuni sebagian dari dosamu. Ketika seseorang sedang sakit, istighfar, permohonan ampun dan dzikir kerap disebut lantaran takut ajal kian mendekat. Kondisi ini cukup manguntungkan bagi seorang muslim demi menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Bahkan saya yang pernah merasa menjadi murid bagi seorang murshid (guru spiritual), karena guru saya memiliki sunah sakit setiap 40 hari, saya juga ikut-ikutan. Disitu saya semakin sadar dan yakin bahwa penyakit hanya ada dalam pikiran kita. Kalau kita berfikir sakit, memang sakitlah kita. Bahkan flu berat yang sebenarnya tidak masuk akal terjadi bisa melanda saya. Tetapi kalau kita berfikir sehat, biar ngilu-ngilu di sekujur tubuh dan sesak nafas atau pusing kepala sekalipun, akan segera hilang oleh pikiran positif kita.

Sakit, baik yang benar-benar karena anugerah Allah atau yang disengaja seperti yang dulu saya lakukan itu, bisa kita jadikan sebagai loket pencuci dosa kita. Sebagai manusia yang tak mungkin tidak punya dosa, sakit akan menjadi salah satu sarana bagi penyucian diri kita. Seraya dibarengi dengan dzikir sebagai bentuk cinta pada diri sendiri yaitu melafalkan istighfar, astagffirullahal adzim. Dan bagi yang mau menghafal ada sayidul istghfar atau rajanya istighfar bisa dibaca secara rutin seperti ini : Allahumma anta rabbi la ilaha illa anta khalaqtani, wa ana abdika wa ana ala ahdika wawa’dika mastatha’tu waa’udzubika min syarri ma sana;tu, abu’u laka bii’matika alayya, waabu’u bdanbi faghfirli ya Allah, fa innahu la yaghfirudhunuba illa anta. Ya Allah, Engkau adalah tuhan kami, tidak ada tuhan selain Engkau, Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada dalam kesepakatan (kontrak) dengan-Mu. Mampukanlah aku untuk memenuhi kontrak itu ya Allah, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan rutinitasku. Aku datang kepada-Mu dengan telah menikmati semua anugerah yang kau berikan. Tetapi aku juga acap datang kepada-Mu dengan membawa dosa, maka ampunilah aku ya Allah, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.

(2) Agar istiqamah ke jalan Allah, Qs Zukhruf : 48 menyindir bahwa ditimpakan adzab kepada manusia yang tak terkecuali kita dimaksudkan agar kita kembali ke jalan-Nya. Wa akhadznakum bil adzabi la’alahum yarjiun, dan kami timpakan kepada mereka dengan adzab agar mereka kembali kepada tuhannya. Kita yang nisbi ini kerap berlumur dosa. Bahkan kejahatan rutinitas dunia kita menambah daftar dosa yang terus kita catatkan. Tetapi itu tetap suatu kondisi yang manusiawi, karena tak seorangpun tanpa dosa. Tak seorang pun bersih dari bolot-bolot dan dakinya amal yang berupa salah dan lupa, ya tentu dosalah ujungnya.

Sakit yang menimpa kita jangan dianggap sebagai adzab bahkan murka Allah yang hati kita vonis bahwa Allah jahat dan tidak adil. Mungkin selama ini kita memang telah shalat, tetapi hanya melaksanakannya. Kita belum mendidirkan shalat, yaitu menegakkannya dengan melaksanakan secara konsisten, tepat waktu dan disiplin. Shalat bagi kita masih seperti kebelet buang air besar yang akan merasa lega setelah melakukannya. Padahal di dalam shalat kita menemukan begitu banyak manfaat. Ketenangan, kemudahan, solusi bahkan obat bagi semua jenis penyakit yang ada di dunia ini.

Itu baru dari ibadah shalat, belum zakat yang apabila kita melaksanakannya dengan benar dan ikhlas, akan membuat kita bukan saja bersih, tetapi juga sehat dan kaya. Banyak bukti betapa orang yang rajin membayar zakat harta, semakin dia berzakat semakin kaya dibuatnya. Itulah manajemen Allah yang harus kita yakini. Syech Puji dan sekian banyak orang kaya di negeri ini, setiap tahunnya membayarkan zakat hartanya untuk yang berhak menerimanya. Dan karena perbuatannya itulah mereka semakin dijamin. Mereka semakin mendapatkan kekayaan berupa rejeki dari arah yang tidak disangka sangka.

Intinya semua ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk kepentingan kita sendiri. Kita mau shalat atau tidak Allah tetap kaya, Allah tetap mahakuasa. Sehingga ketika sakit menjenguk kita, jadikan dia sebagai pengingat bahwa mungkin selama ini kita masih kurang istiqamah dalam menjalankan perintah-Nya.

Saudaraku yang dicintai Allah, dari sekian kegiatan yang kita lakukan, dari 24 jam yang diberikan Allah kepada kita, selayaknya kita mengambil sedikit waktu untuk beristiqamah melaksanakn perintah Allah. Mungkin kita baik atau brengsek dalam kehidupan ini, tetapi setelah bersumpah dengan syahadat, jadikan semua yang diberikan Allah yang tak terkecuali penyakit sebagai pengawas bagi kita untuk terus bisa mengabdi kepada-Nya.

(3) Bukti cinta Allah kepada kita. Pembaca pernah mendengar kisah nabi Ayub As kan?. Betapa cinta Allah kepada kekasihnya direalisasikan dengan penyakit yang sedemikian berat. Saya pun tidak bisa menjamin bahwa saya akan mampu melewati ujian seperti itu. Bayangkan, dengan kenikmatan yang diberikan sedemikian sempurna sebelum mendapatkan ujian itu. Rumah mewah, kekayaan, istri shalehah, anak-anak yang luar biasa membahagiakannya kemudian diambil satu persatu. Setelah semuanya diambil, dibuatlah dia menderita penyakit kulit yang tak terperikan sakitnya. Ulat-ulat yang menempel pada lukanya diambil untuk sementara ketika waktu shalat tiba. Dan dikembalikanlah mereka pada luka itu untuk melanjutkan ujian yang diterimanya.

Keyakinan nabi Ayub As adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, bahwa seberat apapun suatu penyakit, kalau kita ikhlas menerimanya akan menjadi nikmat yang tiada tara. Hingga tiba suatu masa, sang istri yang kemudian menjual rambutnya dan kemudian lari darinya adalah batas ujian itu. Lalu Allah menyembuhkan Nabi Ayub As dan memberikan kenikmatan yang selama ini diambil oleh-Nya.

Allah dalam surat Al Baqarah telah berjanji, bahwa Allah tidak akan menguji kita diluar kemampuan. La yukalifullahu nafsan illa wus’aha, Allah tidak akan menguji seseorang diluar kemampuannya. Sakit hanya ujian kecil yang Allah berikan pada kita, dan sakit pula yang menjadi saksi betapa Allah sangat mencintai kita. Betapa Allah tidak mengingnkan kita terjerumus pada lembah dosa yang kita tak tahu bagaimana cara Allah mengaturnya.

(4) Sebagai sarana introspeksi diri dan menyucikan diri. Ketika kita sering mentang-mentang sebagai apa saja, kecongkakan dan kesombongan yang kita pertunjukkan kepada Allah mendapatkan rem dari penyakit. Bukan hanya itu, mungkin kita sering melakukan dosa kecil atau bahkan dosa besar dan aman-aman saja. Sehingga tatkala kita sedang asyik menikmati kedurjanaan itu kita melupakan semuanya. Bahkan sesuatu yang semestinya kita lakukan tidak kita laksanakan, sesuatu yang semestinya tidak dilaksanakan dilakukan. Sehingga sakit memang bisa menjadi salah satu cara agar kita bisa berhenti atau minimal mengurangi intensitas dosa kita.

Disini penyakit hati yang memang sengaja tidak kita bahas disini akan berkurang satu demi satu. Penyakit hati yang melumuri jiwa kita dengan dosa, akan berguguran satu demi satu. Iri, dengki, dendam, amarah, sombong, congkak, takabur, munafik dan sejenisnya akan lebur selama menjalani sakit. Semoga kita termasuk yang demikian itu, amin.

Dua tempat yang biasa kita gunakan untuk menghisab (menghitung) diri adalah ketika sebelum tidur dan sedikit waktu usai shalat malam. Ternyata ada tambahan satu moment lagi yaitu ketika Allah memberikan anugerah sakit kepada kita. Dengan berintrospeksi kita akan sadar betapa jahatnya kita, betapa tidak taatnya kita kepada Allah dan betapa kita ini bukan siapa-siapa yang pantas untuk berlaku sombong di muka bumi ini. Dengan sakit, diharapkan jiwa kita akan menjadi nol yang kita sebut dengan zero base. Dengan sakit Pikiran kita akan bersih dari hal-hal yang tidak disukai Allah Azza wa jala yang nyawa kita ada di tangan-Nya.

(5) Allah akan mengangkat derajat orang sakit. Dalam sebuah ayat dikatakan bahwa
apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka akan diberi musibah dulu. Man yuridillahu bihi khaira, yushib minhu, barang siapa dikehendaki Allah kebaikan padanya, maka Allah akan memberinya musibah dulu. Allah lebih tahu dengan apa yang dia lakukan. Allah adalah Tuhan yang berkuasa untuk berbuat apapun. Allah berkehendak untuk melakukan apa saja, sehingga ketika Allah mau, tak seorang pun bisa menghalanginya. Dan ketika Allah tidak mau, biar semua makhluk mengusahakan, niscaya tidak akan pernah bisa tercapai.

Sakit yang kita derita dalam suatu kondisi akan menjadi sarana bagi kita untuk mendapatkan derajat yang tinggi di sisinya. Bahkan Rasulullah SAW yang sudah dijamin oleh Allah saja tetap menjalani masa sakit ketika menjelang wafat. Intinya penyakit yang kita derita adalah cara Allah untuk memberikan apa yang kita butuhkan, baik kebutuhan di dunia demi kesuksesannya di sana maupun untuki bekal di akherat kelak.

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya, seorang hamba jika sudah ditetapkan oleh Allah dengan sebuah kedudukan di sisi-Nya yang tidak akan pernah bisa diapai dengan perbuatannya, maka Allah akan mengujinya dengan ujian yang menimpa dirinya, hartanya, atau anak-anaknya. Kemudian hamba tersebut bersabar atas ujian itu sampai mencapai pada kedudukan yang sudah ditetapkan Allah taala kepadanya”(HR Abu Daud dan disahihkan oleh Albani).
Bahkan janji Allah melalui hadits Nabi SAW bahwa berkat sakit akan menjadi sarana bagi kita masuk surga. Berbahagialah wahai saudara-saudari seiman yang sedang sakit, sebab, sakit bisa menjadi sarana bagi seseorang untuk masuk surga.

Suatu saat Ibnu Abbas Ra bertanya kepada salah seorang sahabatnya, “maukah aku tunjukkan seorang wanita penduduk surga?”, sahabat menjawab “Ya”. Lalu Ibnu Abbas menjelaskan, “wanita tersebut adalah seorang wanita berkulit hitam yang datang kepada Nabi SAW kemudian berkata,”wahai Rasulullah, aku terkena penyakit ayan (epilepsy) dan pakaianku tersingkap ketika penyakitku kambuh, maka doakanlah kesembuhan untukku wahai Rasulullah”, kata wanita itu yang kemudian rasulullah bersabda,”Jika engkau mau bersabar maka bagimu surga, dan jika engkau mau akan aku doakan kesembuhan untukmu,”. Wanita tersebut menjawab,”aku bersabar wahai Rasulullah, tapi pakaianku tersingkap ketika aku kambuh, maka doakan agar pakaianku tidak tersingkap,” maka Rasulullah mendoakan untuknya (HR Bukhari dan Muslim).
Jadi karena wanita itu ingin mandapatkan surga saja, maka dia lebih rela untuk menikmati penyakitnya dari pada didoakan agar sembuh. Dan bagi kita, tentu bukan untuk menginginkan surga atau takut neraka, tetapi keridhaan Allahlah yang kita harapkan. Amin.

Selasa, 17 Maret 2009

-sudah-Kerusakan Otak Fatal Karena Selingkuh

Sebuah posting di suatu maling list yang saya ikuti ada statemen yang menggelitik urat batin saya. Cerdasnya teman yang memposting itu memberi judul postingannya dengan sangat ramah lingkungan. Bayangkan, apa tidak akan kita anggap itu suatu petuah yang sangat berharga bagi kita. Apalagi bagi yang masih lajang dan ingin segera mengarungi hidup dalam pernikahan. “5 cara mencari istri yang sempurna” wow.. demikian judul postingan itu.

Dan isinya adalah : (1). Seorang istri yang cantik, pintar bersolek, memasak, mengurus rumahdan anak adalah hal penting (2). Seorang istri yang periang, enerjik, dapat membuat kita tertawa danmenghibur di kala susah juga penting (3). Seorang istri yang pengertian, salehah, jujur taat beribadah dandapat dipercaya sangatlah penting (4). Seorang istri yang dapat memahami dan memuaskan suami secara lahir dan bathin juga sangat penting (5). Namun yang sangat penting sekali adalah, keempat istri-istri tersebut tidak saling mengenal satu dengan lainnya.

Pembaca, saya termasuk yang setuju dengan konsep poligami asalkan suami bisa berbuat adil dan mendapat ijin dari istri pertama dan selanjutnya. Karena memang populasi wanita jauh lebih banyak dari pada pria. Bahkan sebagai salah satu tanda akan datangnya kiamat adalah perbandingan antara pria dan wanita sangatlah mencolok, yaitu 1 pria : 5 wanita atau lebih. Pemahaman yang kurang tepat terhadap poligami kadang justru membawa orang masuk ke dalam tindakan dosa yang jauh lebih besar dari pada sekedar berbuat tidak adil tadi. Disini mungkin hampir semua pria dewasa mengakui bahwa potensi dirinya cukup besar untuk memiliki lebih dari satu istri. Tentu ini tidak semuanya, tetapi menjadi mayoritas, karena memang inilah sunatullah. Yang menjadi masalah adalah kemudian muncul penyakit sosial yang berkembang bak jamur di musim hujan, perselingkuhan.

Banyak yang beranggapan bahwa selingkuh itu indah. Bahkan sebagian dari mereka sangat menikmati hubungan yang harus dijalani dengan mencuri-curi kesempatan tersebut. Padahal sebenarnya perbuatan selingkuh adalah satu bentuk pengkhianatan yang jelas menjadikannya seorang munafik. Bukankah ciri munafik yang tiga itu bila berkata berdusta, bila berjanji menyalahi dan bila dipercaya berkhianat. Peselingkuh biasanya melakukan ketiganya.
Di banyak tempat, di berbagai instansi bahkan bukan saja selingkuh dijalani dengan cara darat yang bertemu langsung, tetapi juga bisa ditrial dari jalur hubungan maya. Internet melalui chating, handphone melalui telepon dan SMS (Short Massage Service) dan berbagai media canggih telah menjadi titik tolak maraknya perselingkuhan yang tentu saja endingnya dengan temu darat, langsung bertatap muka. Kemudahan yang ditawarkan media itu akan sangat mendukung suksesi majlis Iblis yang memang saat ini sedang sukses besar membodohi lembaga Adam yang bernama manusia.
Sebenarnya perselingkuhan bukan hanya terjadi pada era canggih yang kata Pak Dahlan Iskan disebut dengan era informasi ini. Tanpa jalur itupun potensi manusia untuk melakukan tindakan mendekati zina itu terus dan akan terus berlangsung, Bermula dari sekedar iseng dan saling menggoda, selanjutnya terserah maunya mereka, karena kata pepatah jawa “witing tresno jalaran soko kulino, cinta itu datang disebabkan oleh kebiasaan dan seringnya bertemu dan bercanda. Dari canda dengan lawan jenis lalu muncul rasa nikmat yang sebenarnya itu adalah kenikmatan semu yang sengaja ditaburkan oleh seorang setan canggih bernama Al A’war.
Al A’war yang benar-benar menjadi andalan Iblis dalam mengajak manusia ke jurang kesesatan memiliki integritas dan militansi yang amat tangguh. Ribuan bahkan jutaan cara dan strategi ditempuh untuk mendapatkan hasil maksimal dari misinya. Sepasang bahkan berpasang-pasang kekasih haram pun awalnya tidak terlalu peduli dengan percintaan semacam itu. Tetapi bisikan dan kemudahan yang disuguhkan A’war sungguh menggiurkan bagi mereka, sehingga transaksi mesum yang bermula dari malu-malu dan sangat hati-hati sangat dinikmati. Namun biasanya memang Iblis dan laskarnya sudah diset untuk tidak bertanggung jawab. Pelakulah yang kemudian menyesal telah mau mengikuti anjurannya. Tetapi memang penyesalan selalu berada di belakang. Kalau menyesal di depan berarti antisipasi. Orang yang pandai membuat antisipasi dari kejahatan yang dia lakukan pun masih jauh dibawah standar kemampuan A’war dalam menyusun strategi dan menembak lawan. KO-lah mereka dan stress-lah mereka akibat ulahnya sendiri yang tanpa kontrol terhadap potensi dirinya yang bernama nafsu.
Apalagi sekarang ini ada media komunikasi yang makin canggih dengan datangnnya blackberry. Dengan blackberry seseorang acap tidak peduli dengan lingkungan disekitarnya. Senyam-senyum dan cengengesan sendiri sudah menjadi kebiasaan mereka. Bahkan ditegor orang pun sering tidak sadar saking asyiknya bercanda dengan orang di seberang sana. Seandainya semua orang memiliki blackberry dan semua asyik dengan hoby-nya itu, maka egoisme akan kian merajai kehidupan dunia ini. Rasa gotong-royong dan saling menolong sesama akan kian luntur dari persada pertiwi ini. So, ke depan perlu aturan main dengan segala macam media canggih itu. Tentu aturan main ini harus yang sangat-sangat bijak dan mengakomodir serta menguntungkan semua pihak.

Orang belum akan sadar dan menyesal ketika kenikmatan laten yang kadang datang tanpa diundang itu menyapa. Transaksi syur pun sering digelayuti secara masyuk meski harus tetap waspada. Dan ketika perbuatan dosa besar yang tidak sekedar mendekatinya telah dilakukan, penyesalan lalu merengkuhnya di bahu kiri dan kanan. Kadang juga menggayut di tengkuk korban rayuan setan yang mengundang bulu kuduk untuk berdiri tegak. Istghfar pun kemudian terlontar dari mulutnya ketika kesadaran hadir ‘astaghfirullahal adzim ,apa yang telah aku lakukan?’ katanya. Rasa takut kepada Tuhannya mendera dirinya, seakan setelah kejadian itu dia benar-benar kapok dan tidak akan mengulanginya. Lemaslah dia…

Tetapi bukan Iblis kalau tidak bisa menyelesaikan permasalahan kecil itu. Adam As yang sudah bersikukuh tidak akan memakan buah quldi saja kemudian lupa dan mau melanggarnnya kok atas rayuannya. Lalu satu lagi dari kabilah Iblis bernama Maswat dihadirkan untuk melindungi si pendosa zina yang tengah menyesali perbuatannya itu. Dibisikkanlah ke telinganya bahwa dia akan selamat dan bisa tenang dalam menjalani hidup ini dengan bantuan dan bimbingannya. Ajakan berdusta kemudian diajarkan Maswat kepada semua orang yang telah berbuat khilaf dan dosa yang ingin ditutupi aibnya.

Maka tiba-tiba orang ini menjadi pandai bermain drama. Seandainya produser tahu bahwa ada aktor andalan berada di sini mungkin orang ini akan diaudisi untuk sebuah atau beberapa buah sekenario sinetronnya. Setiap ditanya dia akan selalu bisa menjawab. Tentu sebagian besar dari jawaban yang diberikan adalah dengan cara berbohong. Dari kebohongan yang satu kemudian muncul puluhan, bahkan ratusan kebohongan di belakangnya. Untuk menutupi kebohongan yang pertama, dia harus membuat kebohongan baru demi menyelamatkan dirinya. Benarkah dia akan selamat dengan terus berbohong? Apakah apabila mulutnya berbohong anggota tubuh lain bisa melakukannya? Jawabannya tidak… bila selama di dunia dia tidak ketahuan, maka di akherat akan tetap tertangkap. Bila dia merasa aman dengan dosa yang selalu diperbuatnya. Hati kecilnya tidak akan pernah menerima. Nuraninya akan terus berontak untuk mendobrak dinding tebal yang bernama dosa atas kebohongan itu.

Jadi jangan sangka mempunyai hubungan terlarang seperti selingkuh akan aman selama di dunia. Bahkan selingkuh kata seorang ahli saraf asal Italia dapat menyebabkan kerusakan otak. Lorenzo Pinessi adalah orangnya yang menjelaskan bahwa memiliki hubungan terlarang atau selingkuh dapat berakibat fatal bagi kesehatan otak. Lorenzo dan tim melakukan penelitian terhadap pasien yang menderita migrain.

Dari tes yang ia lakukan, Lorenzo menemukan, pria-pria yang berselingkuh lebih banyak terserang migrain. Tak hanya itu, penyakit tersebut kemudian bisa berkembang menjadi penyakit yang mematikan. Demikian kutip detikhot dari Dailystar, Rabu (8/10/2008).

Rasa bersalah terhadap pasangan membuat mereka berusaha mati-matian untuk merahasiakan perselingkuhannya. Seribu satu cara dan strategi digunakan untuk menutupi dosa itu, termasuk marah-marah pada pasangan sejatinya bila disinggung. Namun di satu titik, para pria yang berselingkuh itu tak bisa menahan beban di pikirannya sehingga kesehatan mereka terganggu. Masalahnya mengapa pria yang menjadi terpojok? Karena wanita sebagai lawan dalam sekenario ini biasanya menyerahkan segalanya kepada sang pria. Wanita dengan cinta dan perasaannya yang maksimal biasanya tidak terlalu pusing dengan affair ini. Benar dia juga mendapatkan tekanan dari lingkungan, tetapi kepasrahannya membuat sebagian besar dari mereka tidak sampai mengundang penyakit yang merusak otak itu.

Wanita saking percayanya kepada pasangan transaksi dosanya, dia justru akan mengidap pengakit semacam itu tatkala dikhianati oleh pasangan selingkuhnya. Sepanjang pasangannya masih membelanya dan siap bertanggung jawab dia akan enjoy aja. Bahkan cenderung mengambil kesempatan untuk mendapatkan beberapa keuntungan dari kondisi itu. Kecuali kemudian Allah menyadarkannya dengan cara-Nya sendiri. Terlalu kasar untuk disebut dengan mengail di air keruh, tetapi banyak kejadian menunjukkan bahwa kartu truf yang dimiliki wanita yang masih terimage sebagai makhluk lemah bisa dijadikan senjata pada saat dibutuhkan. Kebutuhan ini akan muncul ketika ketenangannya terusik. Yaitu ketika rasa tanggung jawab yang dijanjikan dan disuguhkan sang pria kepadanya mulai luntur. Dan ini acap menjadi momok bagi para pria yang mencoba bertualang di dunia itu yang memilki jabatan strategis di mata masyarakat, pejabat misalnya. Iseng-iseng berhadiah. Coba-coba, kalau aman akan diteruskan. Kalau tidak aman, ya mandeg. Tetapi kalau aman dan tiba-tiba tertangkap, ya nasib, katanya.

Kembali ke sang pria, keasyikan berbuat itu yang selama ini dijalani mungkin aman dilakukannya secara kasat mata, tetapi dari alam bawah sadarnya terus menggugatnya dan tekanan tersebut kemudian akan menimbulkan migrain. Tak hanya itu, hal tersebut juga menyebabkan timbulnya gangguan aliran darah di otak. Hasilnya otak pun menjadi rusak dan berakibat fatal bagi kesehatan. Tentu otak sebagi pemerintah di dalam tubuh tidak mau berkorban sendirian bukan? Jantung pun akan sering lebih kencang berdegup dan berbagai penyakit akibat stress dan bahkan depresi akan muncul mengiringi perjalanan orang-orang itu ke alam kubur lebih cepat dari yang seharusnya.

Kalau masih mau meneruskan silakan. Kalau mau menghentikan, maka resep istghfar, membaca Al Qur’an, shalat malam, berpuasa sunah, berdzikir malam dan sering mengikuti majlis taklim insya Allah akan bisa menjadi jalan keluar melawan sang A’war. Adukan semua keluhan kepada Allah meski sebelum kita lapori telah mengetahui semuanya. Maka ketenangan dan kecenderungan untuk meninggalkan perbuatan itu insya Allah akan mendapat jalan lempeng. Tetapi perselingkuhan ini pun bukan hanya masalah asmara loh, perselingkuhan keuangan juga bisa merusak otak. Namun menurut saya, segala bentuk ketidaktransparansi di biduk rumah tangga sebaiknya ditinggalkan. Kesepakatan tak tertulis bisa menjadi solusi disini. Artinya tidak perlu ada yang disembunyikan yang ketika ketahuan akan membuat pertengkaran yang tak bertepi. Ingat, lascar canggih Iblis yang lain bernama Dasim siap untuk menghancurkan ikatan perkawinan.

Semoga kita terselamatkan dari yang demikian itu, yaitu dari setiap sisi kehidupan kita tidak memungkinkan untuk ada potensi berselingkuh. Pasangan kita misalnya, semoga saja kelemahan dan kekurangannya tidak menyebabkan kita terjerembab kesana. Semoga kekurangan itu memang dihilangkan oleh Allah atau mata kita tertutup untuk mengetahuinya. Jadi resep di atas insya Allah akan bermanfaat. Amin@Moeslih Maret 2009

Minggu, 15 Maret 2009

MARI BERSIHKAN PANTAT

Mari bersihkan pantat

Ada sebuah pomeo yang menarik untuk kita simak bersama. Dalam sebuah pertemuan yang dilakukan oleh seluruh anggota tubuh, dicarilah siapa pemimpin yang paling cocok untuk anggota badan manusia. Tentu pembaca bertanya-tanya dan mungkin sebagian pembaca sudah menentukan jawabannya. Pilihan pembaca hati kan?. Atau otak? Atau yang lain?. Saya beri kesempatan lima menit untuk menyodorkan calon. Setelah itu mari kita putuskan bersama.


Seperti biasa mulut sebagai juru bicara menyampaikan pengumuman kepada seluruh anggota tubuh manusia. “Saudara-saudara, mari kita mulai pertemuan ini dengan bersama-sama melafalkan Basmalah. Bismillahirrahmaanir rahiim. Pada kesempatan kali ini, agar organisasi badan kita menjadi organisasi terbaik dan disegani seluruh dunia dan akherat, kita akan memilih seorang pemimpin. Karena tanpa pemimpin kita akan kehilangan arah dan tujuan ”, kata mulut membuka acara.


“Saudara-saudara sekalian, aku punya usul”, kata kepala lantang memotong pembukaan yang dilakukan oleh mulut, yang kemudian disambut sorak hadirin dengan pertanyaan,’apa?’. “Karena di dalam diri saya ada mata, telinga, otak, hidung dan juga mulut, maka menurut saya yang paling cocok menjadi pemimpin di tubuh kita ini adalah saya. Lagi pula dimana-mana yang menjadi pemimpin itu kan disebut dengan kepala”, usul kepala yang disambut dengan koor hadirin “huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”. “Yang paling cocok menjadi pemimpin disini adalah saya”, sanggah kaki yang merasa berjasa bisa membawa badan kemana-mana.


Tetapi forum tetap tidak setuju. Bahkan sidang berubah menjadi anarkis dan saling olok, saling ejek antara satu dengan lainnya. Anjuran mulut sebagai moderator untuk diam pun tidak ada yang menggubris. Sampai akhirnya : “karena sidang tidak terkendali, untuk sementara pertemuan kita skors dulu!”, tandas mulut yang jengah melihat kekacauan itu setengah membentak. Serta merta suasana menjadi hening meskipun sidang belum dibubarkan.


“Saudara-saudaraku sekalian yang saya cintai. Saya sangat menghargai usaha dari kalian semua. Saya bangga dengan saudara-saudaraku yang mau dan siap menjadi pemimpin disini. Saya tidak bermaksud sombong. Tetapi saya sangat berharap saudara-saudara mengerti akan kondisi kita semua. Selama ini saya telah mengendalikan sebagian besar dari saudara sekalian. Saya yang mengatur hampir seluruh aspek kehidupan kalian semua. Oleh karena itu, agar sidang ini terarah dan ada kepastian hukum yang kita peroleh, izinkan saya memberikan usulan agar yang menjadi pemimpin di sini adalah….. saya saja”, ucap otak di tengah keheningan yang sempat membuat hadirin berfikir.


“Tetapi tidak bisa. Dia hanya enak-enak memerintah kita, tanpa mau berfikir kita ini sudah lelah atau masih siap bekerja. Track record-nya tidak baik di mata saya. Jadi saya tidak setuju dengan usulan otak”, sergah tangan yang diamini oleh sebagian besar forum. Akhirnya sidang berhenti lagi dan semuanya diam membisu. Sepi, hening, hanya terdengar jantung yang tetap berdetak melaksanakan tugasnya. Darah pun mulai sibuk mendistribusikan bahan-bahan yang diperlukan organisasi tubuh untuk tetap beroperasi. Lama kebekuan ini terjadi, sampai berdirilah S-hole (dubur) yang sedari tadi diam, angkat bicara.


“Saudara-saudaraku yang saya cintai. Jujur saya katakan, bahwa saya bukan siapa-siapa di sini. Tetapi menurut saya, yang paling cocok menjadi pemimpin disini adalah saya”, kontan keheningan yang sudah ada berubah menjadi kekacauan yang lebih parah dari sebelumnya. Semua anggota sidang marah dan menganggap S-hole terlalu bermimpi.


“Hai pantat, ngaca dong, ngaca…!! Mana mungkin tempat sampah menjadi pemimpin? Huuuuuuuuuuuuuuu!!!”, ungkap hidung yang memang sudah sejak lama ada masalah dengan S-hole disambut sorak anggota lain. Kekacauan makin menjadi dan tak terkontrol sama sekali. Usaha S-hole untuk memberi penjelasan pun kemudian tidak bisa dilakukannya.


“Ok deh, kalau begitu kita buktikan. Bisa atau tidak bangsa pantat (dubur) menjadi pemimpin dan bukan pemimpi”, ujar S-hole lesu seraya ngeloyor ke belakang. Tentu saja hal tersebut justru membuatnya semakin diolok, dicibir dan dimaki-maki. S-Hole sendiri sudah berencana akan melakukan demo atas penghinaan forum kepadanya. Karena dia tidak diberi hak untuk berbicara lebih panjang agar semuanya jelas. Demo yang akan dilakukannya adalah berupa mogok kerja. Dia tidak akan lagi memberikan pelayanan kentut dan Buang Air Besar (BAB).


Mendengar akan hal tersebut yang diketahui dari beberapa anggota tubuh di sekitarnya, anggota tubuh yang lain semakin congkak menghinanya. Hari pertama S-hole demo tidak berdampak apapun terhadap mereka, S-hole semakin ditendang-tendang dan diinjak-injak. Tetapi hari kedua di malam hari kepala mulai pening. Wajah mulai pucat. Sampai pada hari ketiga S-hole demo, perut mulai teriak-teriak menahan rasa sakit yang melilit. Jantung pun lunglai tak berdaya. Organisasi hampir macet dibuatnya. Dan menjelang hari keempat semua pihak tidak sanggup lagi beroperasi dan mereka menyerah tanpa syarat. Semua mengakui bahwa S-hole memang pantas menjadi pemimpin mereka.


Mungkin tidak lucu hasil pilkada tadi. Memang ini bukan lawak, tetapi sesuatu yang memerlukan kita untuk menyisihkan waktu memerhatikannya. Merenungkan, memahami dan memikirkan jalan keluar terbaik yang bisa kita lakukan. Karena tak bisa dipungkiri, sebagai manusia kita selalu memiliki dua sisi yang berlawanan, dan tak jarang kita ditempatkan oleh Allah pada posisi sulit.


Mengapa S-hole bisa mengalahkan semua rivalnya, meskipun dengan cara kekerasan. Mengapa anggota tubuh lain tidak melakukan demo seperti yang dilakukan S-hole?. Sebenarnya mereka ingin. Tetapi dengan demo yang telah dilakukannya tadi membuat anggota tubuh yang lain tidak perlu demo, karena semuanya akan macet dengan sendirinya. So, bisa dikatakan bahwa sebenarnya menurut cerita tadi S-hole adalah tokoh sentral yang patut untuk diperhitungkan keberadaannya.


Tetapi tentunya tidak sesederhana yang kita saksikan tadi bukan?. Ada sebuah rahasia yang mungkin sebagian pembaca belum pernah mendengarnya. Suatu rahasia hakekat yang jarang orang memikirkan tentangnya. Yaitu mengapa S-hole penting di mata Allah SWT?


Mengapa Allah paling menyukai sujud diantara keempat gerakan shalat?. Mengapa tidak berdiri dimana kita nampak kokoh?, mengapa bukan ruku’ yang menyejajarkan status?, dan mengapa bukan duduk yang nampak tenang dilihat?. Jawabannya adalah karena berdiri mengandung unsur kemanusiaan. Berdiri menempatkan otak diatas, hati di tengah dan S-hole di bawah. Ruku’ mengandung unsur kebinatangan dimana otak, hati dan S-hole sejajar. Duduk mengadung unsur Muhammad yang belum waktunya untuk dijelaskan disini. Sedangkan sujud, mengandung unsur ilahiah yang memosisikan S-hole di atas, hati di tengah dan otak di bawah. Dimana kebersihan seseorang akan terlihat jelas di sana.


Shalat yang minimal kita laksanakan lima kali sehari, bertujuan untuk meningkatkan sisi ilahiah manusia. Di dalam shalat tidak dibutuhkan logika berfikir, apalagi tindakan lain di luar gerakan-gerakan shalat, selain safar spiritual muslim dan mikraj menuju kerajaan Allah SWT. Di sini kemudian shalat saya sebut sebagai kesalehan spiritual. Sayidina Ali Karamallahu Wajhah, bergetar ketakutan ketika datang waktu shalat. Khalifah ke-empat ini merasa takut kalau-kalau ketika menghadap kepada Allah dalam keadaan kotor. Kalau kita bagaimana?, up to you deh.


S-hole diibaratkan sebagai selokan. Sebuah rumah dengan selokan atau tempat pembuangan airnya bersih, menandakan bahwa sumber airnya juga bersih. Ketika seseorang sedang sujud dimana Allah memeriksa S-hole-nya, akan nampak bahwa yang dimasukkan ke dalam perut orang tersebut baik atau tidak, bersih atau tidak, halal atau tidak.


Maka Qad aflaha man tazakka, beruntunglah orang yang menyucikan dirinya. Celakalah orang yang mengotori dirinya. Setidaknya orang yang mengotori darahnya dengan makanan yang subhat, apalagi haram, pasti akan mendapatkan kesialan dalam hidupnya. Kalaupun tidak, tentu balasan Allah akan sangat keras kepadanya kelak.


Karenanya, mari bersihkan pantat kita. Kulu Wasyrabu min rizqillahi halalan thayiba. Mari kita makan makanan yang halal dan baik. Mari beri dan aliri darah daging kita dengan yang halal. Setidaknya khusus yang akan kita makan dalam arti memasukkan ke dalam perut kita, kita pastikan kebersihannya. Dari hasil keringat kita. Sedangkan apabila ada rejeki yang menurut kita tidak terlalu bersih (subhat), meragukan, bisa digunakan untuk keperluan selain makan, bila tidak ada pilihan lain. Mari kita periksakan pantat kita kepada Allah yang sehari lima kali, dengan ketenangan karena kita sudah siap diperiksa. Setidaknya tangisan dalam shalat kita salah satunya disebabkan oleh ketidakterlalusucinya kita. Memang benar. Jadi sebagai orang pada umumnya, menangis ketika shalat mungkin setengah wajib. Berarti mengganggu kekhusukan dong?. Tidak, karena menyesalnya sudah kita lakukan sebelum takbiratul ihram. Dan setelah takbiratul ihram kita sudah tidak ingat apa-apa selain Allah azza wa jala.


Ya Allah, Engkau telah menciptakan kami sebagai manusia. Engkau berikan potensi beragam kepada kami, berbeda dengan malaikat yang hanya memiliki satu potensi. Malaikat Engkau ciptakan dengan ketaatannya kepada-Mu. Sedangkan kami, harus memilih yang terkadang kami sulit bahkan tidak bisa memilihnya dengan benar. Ya Allah, jadikanlah kami kedalam golongan orang yang beruntung. Golongan orang yang mendapat ridha-Mu. Golongan orang yang kau pilih untuk Kau berikan tempat yang baik di sisi-Mu kelak. Amin ya rabbal alamin@Muslih.

Jumat, 13 Maret 2009

Manusia Makhluk Ghaib

Manusia adalah makhluk gaib

Logika bahwa manusia adalah makhluk gaib
Pada sesi ini saya akan memohon bantuan pembaca untuk memegang suatu benda. Benda tersebut bisa berupa apa saja yang kelihatan, bisa dilihat dan terlihat. Handphone misalnya, coba anda perhatikan dan pandangilah benda tersebut pada malam hari di bawah terang cahaya. Tentu mata kita bisa melihat dengan jelas bahwa itu handphone. Mengapa kita bisa melihat handphone itu?, karena kornea mata kita menangkap cahaya yang dipantulkan olehnya.

Sekarang coba anda matikan lampu sehingga benar-benar gelap di tempat anda sekarang. Dan handpohne itu juga jangan anda dinyalakan, percobaan kita akan sia-sia bila ini anda lakukan. Dalam kegelapan tersebut tentu mata anda tidak bisa melihat handphone itu. Hal ini terjadi karena korne mata kita tidak menerima pantulan cahaya dari benda bernama handphone tadi. Sampai disini tentu kita berpendapat bahwa yang bisa melihat adalah mata kita. Masalah kelihatan dan tidak hanya karena masalah pencahayaan.

Ijinkanlah saya untuk bercerita Saudara. Saya punya anak laki-laki yang bernama Muhamamd Syifaul Ikrom Al Masyriqi yang kalau tidur matanya terbuka. Tetapi ketika saya tanya meski matanya benar-benar terbuka, dia tidak tahu apa-apa. Bahkan barang berupa apapun yang saya sajikan kepadanya tak satupun berpengaruh kepadanya. Tentu saya hanya menunjukkan barang-barang itu, dan bukan membangunkannya kemudian memberikan kepadanya atau menanyakannya. Bahkan ketika hal kedua itu saya lakukan, dia juga tidak serta merta tahu apa yang dilihatnya.

Jadi siapa sebenarnya yang bisa melihat itu?. Nah, sampai disini pasti pembaca mulai paham bahwa yang bisa melihat adalah kita kalau saya adalah Muslih, dan bukan mata. Pertanyaan selanjutnya, siapakah sebenarnya Muslih itu?, yang manakah yang disebut dengan Muslih? Coba anda tanyakan pada diri anda sendiri mana yang anda dari bagian tubuh anda yang mana, bingung kan?. Sampai disini saya sangat berharap kepada pembaca untuk memahami dan meyakini bahwa kita sebagai manusia memang adalah makhluk gaib.

Sebagai contoh dan bukti yang nyata adalah saya. Sekarang saya yang ganteng ini adalah Muslih. Tetapi ketika saya mati jasad saya sudah bukan Muslih lagi, tetapi mayatnya Muslih. Jadi kemanakah si Muslih? Akan kita bahas pada kesempatan yang lain.


Siapa sebenarnya Kita ini dan Untuk apa kita ada?
Seperti yang pernah disinggung pada bab sebelumnya bahwa Allah ingin dikenal, dan melalui manusialah Allah ingin dikenal. Disana Rasulullah bersabda “man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu”, barang siapa mengenal dirinya maka dia menganal Tuhannya.

Kita yang makhluk gaib tadi kata orang adalah bernama roh yang dalam firman-Nya Allah menegaskan bahwa bila ada yang bertanya tentang roh untuk dikatakan bahwa roh adalah urusan Tuhan. Dan Allah tidak memberikan pengetahuan kepada kita tentang roh melainkan sedikit (Qur’an). Diibaratkan rumah, maka roh adalah penghuninya, manusianya. Sedangkan jasad yang cantik-cantik, yang ganteng-ganteng, yang kadang galak-galak dan seterusnya itu adalah hanya rumahnya yang tentu tak akan dibawa mati. Kecuali kita memiliki ilmu dan amalan untuk bisa membawanya ke alam baka. Misalnya melalui kedekatan kita pada Mukjizat terbesar rasulullah, yaitu Al Qur’an.

Sebagaimana sebuah ayat Al Qur’an yang sering kita sebut dalam keseharian bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Menjawab pertanyaan untuk apa kita hidup, untuk apa kita diciptakan Allah ya, itulah fungsi kita berada di dunia ini, untuk mengabdi kepada Allah seperti yang telah dicontohkan oleh rasulullah SAW.

Bagaimana agar pengabdian itu benar?
Telah ditegaskan di depan bahwa cara kita mengabdi telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW utusan yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dan untuk lebih memberikan kepastian perihal keberhasilan atau kinerja dalam kita mengabdi tersebut, sangat dianjurkan bagi kita untuk bisa berperilaku tawadhuk dan tadharu’an wahufyatan. Tawadhuk adalah merendahkan diri di hadapan makhluk, sedangkan tadharu’an wahufyatan adalah merendahkan diri di hadapan Allah Aza wa jala.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kita ini bukan siapa-siapa. Kita tidak bisa berbuat apapun tanpa ijin dari-Nya. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk berlaku sombong yang adalah satu-satunya sifat yang hanya boleh dimiliki oleh Allah SWT yang Mahakuasa. Bukankah Allah sengaja menciptakan mati dan hidup hanya sebagai ujian, siapakah diantara kita yang paling baik amalnya. Siapakah diantara kita yang paling pandai berterima kasih kepada-Nya (Al Mulk 2).

Sebagai kesimpulan agar kita bisa benar-benar bisa dekat kepada Allah yang akan dekat bila kita merasa dekat dan akan menjauh bila kita merasa jauh, minimal dengan mengamalkan tiga kalimat kunci andalan kita. Tentu sembari kita yakini dan praktekkan bahwa Allah hanya akan berbuat sesuai dengan prasangka kita. Tiga kalimat yang banyak dibahas pada buku ini adalah “Tersenyum dalam kesedihan, Tenang dalam kesenangan dan Sopan dalam kemarahan”. Laksanakan dan lakukanlah, niscaya Allah akan tetap dekat dengan kita. Karena pikiran dan perilaku kita terus dan terus melibatkan Allah dalam setiap momen dalam hidup kita. Setiap hembusan dari desah nafas kita. Bahkan disini kita akan dibimbing untuk selalu berdialog dengan Allah tidak saja ketika shalat, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Maka benarlah bahwa bila aku dekat, Allah akan sangat dekat, dan bila aku jauh Allah akan jauh dariku.

Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Dan aku telah membuat perjanjian dengan-Mu ketika dalam kandungan ibuku dulu. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan rutinitas duniawiku. Aku telah berbaur dan mengeksploitasi segala nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan aku selalu datang kepada-Mu dengan membawa dosa. Oleh karena itu ampunilah aku ya Allah, karena hanya Engkaulah yang bisa mengampuni dosa. Ya Allah ya Tuhanku, terimalah amal shalehku sesungguhnya Engkau adalah maha penerima taubat lagi maha penyayang. Amin.@Muslih

Senin, 09 Maret 2009

IBLIS, DURHAKA ATAU TAAT?

IBLIS, DURHAKA ATAU TAAT?
Bagaimana kita memposisikan diri ?

Tatkala Allah memerintahkan kepada para Malaikat yang tak terkecuali Iblis untuk bersujud kepada Adam AS, maka semua malaikat bersujud kepada Adam, kecuali Iblis (Qs 2 : 34 ). Dalam kesempatan lain kemudian Iblis sempat ngobrol dengan Adam perihal kelakuannya yang membangkang pada perintah Allah SWT tersebut.


Adam bertanya, “kenapa kamu berani sekali berkelakuan seperti itu, melawan perintah Allah?”. Kemudian Iblis menjawab bahwa menurutnya hanya dia yang telah melaksanakan perintah Allah dengan benar.


“Wahai Adam, ketahuilah bahwa perintah pertama Allah kepada kita adalah untuk menyembah Allah dan tidak ada dzat lain yang boleh disembah selain Dia, masa kamu lupa?. Jadi apabila saat aku disuruh menyembahmu dan aku menurut, maka aku telah berbuat musyrik yang menyekutukan Allah dengan yang lain”, jawab Iblis tegas.
“Mungkin kamu yang salah paham, sebenarnya perintah Allah tadi bukan perintah untuk menyembah aku, tetapi memberikan penghormatan atau penghargaan atas kelebihanku terhadap yang lain”, sanggah Adam.


“Begini Adam, menurutku perintah tadi adalah suatu ujian bagi kita yang ujungnya akan mengarah kepada skenario yang telah dibuat oleh Allah untuk posisi kita masing-masing. Dan saya sangat tidak menginginkan apa yang telah diprogram oleh Allah (sekenario Allah) menjadi bubar karena ketidaktaatan kita kepada perintah-Nya. Jadi sekali lagi, menurut kacamataku perintah Allah untuk menyembah Kamu tadi adalah benar-benar perintah untuk menyembah (bersujud). Atau apapun bentuknya, aku tetap tidak mau kalau disuruh menyembah selain Allah. Coba Kamu bayangkan, perintah Allah yang mengatakan bahwa kita, Aku dan Kamu tidak akan diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah. Jadi, tidak mungkin Aku akan menyembahmu, sorry la yow”, urai Iblis.


Pembaca yang budiman, Mari kita lihat sekenario Allah selanjutnya yang menciptakan seorang pendamping Adam yang bernama Siti Hawa. Dengan hadirnya Siti Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, kemudian Allah membuat suatu aturan yang pada saatnya harus dilanggar oleh Adam dan Hawa .
Allah telah membuat ketentuan bahwa Adam dan Hawa boleh berbuat apapun (karena berada di surga), tetapi satu hal yang tidak diperbolehkan yaitu memakan buah Quldi. Kembali Iblis yang pada saat itu telah secara resmi dipecat sebagai kepala Malaikat atas pembangkangannya, berhasil melakukan tugasnya dengan sangat baik. Allah telah mengangkat Adam sebagai penyandang gelar kholifah di muka bumi setelah melengserkan Iblis sebagai kholifah sebelumnya.


Tugas utama Iblis saat itu adalah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga dengan perantaraan pelanggaran ketentuan Allah tadi. Soal merayu dan bersiasat memang kita pantas untuk belajar dari Iblis. Kecerdasannya sungguh luar biasa dan memang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Inilah kebesaran Allah yang memberikan kelebihan dan kelemahan kepada makhluknya.
Tidak bisa dibayangkan oleh akal bagaimana seandainya ketentuan Allah yang mengatakan bahwa di surga tidak ada kehamilan dan persalinan, bahkan pusing dan mabuk akibat minuman keras saja tidak ada. Jadi apabila Iblis tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, tentu kemudian di dunia yang sudah terlanjur diciptakan ini tidak akan pernah ada Sadam Husain, Bung Karno, Hitler atau siapapun juga, karena Adam tidak turun ke Bumi dan tidak memberikan keturunannya. Dengan diturunkannya Adam dan Hawa ke Bumi meskipun dipisahkan dari satu ujung dunia ke ujung dunia lainnya, maka karena takdir Allah (sekenario Allah) memang seperti itu, mereka akhirnya bertemu di Padang Arafah dengan pertemuan yang sungguh sangat mengharukan.


Tak terhitung jumlahnya ungkapan Adam yang mengutuk dirinya karena merasa bersalah yang diiringi dengan cucuran air mata penyesalan. “Rabbana Dzalamna Anfusana Wainlam Taghfirlana Watarhamna lana kunana minal Khosirin”, Ya Rab, aku telah medzolimi diriku sendiri, dan apabila Engkau tidak mengampuni dosaku, niscaya aku akan menjadi orang yang merugi. Doa ini kemudian menjadi suatu istghfar yang sangat mujarab dan canggih untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan kita apabila dilakukan dengan sunguh-sungguh.
Kemudian yang harus kita ingat adalah dengan sangat jujur Iblis mengatakan kepada Allah dihadapan para Malaikat dan Adam, bahwa dia dan keturunannya akan terus mengajak keturunan Adam untuk melakukan pelanggaran atas perintah Allah kepadanya. Iblis dan pasukannya akan melakukan segala daya upaya untuk mengajak anak cucu Adam agar mau mengkhianati hakekat sebagai makhluk yang seharusnya berposisi sebagai manusia yang taat atas perintah Allah dan bukan menjalani posisi Iblis yang memang ditugaskan untuk membelokkannya. Usaha yang akan dilakukan oleh iblis dan pasukannya tadi ternyata tetap ada batasannya, yaitu mereka akan mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah, manakala menemukan anak cucu Adam yang ikhlas. Berhadapan dengan orang ikhlas, Iblis dan pasukannya tidak akan bisa berbuat apa-apa. Sedemikian jujur dan konsekuennya Iblis sehingga kita patut belajar tentang komitmen, daya juang dan militansi kepadanya.


Banyak bukti yang mungkin telah kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, betapa kadang kita menginginkan sesuatu dan ternyata sangat susah untuk mendapatkannya. Tetapi pada saat kita telah mengikhlaskannya (tidak lagi terlalu berharap), justru pada saat itu apa yang tadinya kita inginkan itu kemudian datang dengan sendirinya. Disinilah rupanya pasukan Iblis sedang angkat tangan. So secara matematis bisa digambarkan bahwa (Ikhlas lebih kuat dari pada pasukan Iblis), bagaimana dengan kita?


Dengan mencermati uraian di atas, yang kemudian menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana seharusnya kita menjalani ikhlas ini?, kenapa orang-orang yang katanya ikhlas masih mendapatkan godaan dan cobaan yang sangat berat yang akhirnya tumbang juga. Cobaan dengan penderitaan terkadang justru membuat manusia menjadi lebih baik, tetapi manakala diuji dengan kesenangan mereka malah terkapar jatuh.


Ada sebuah anekdot tentang adu kekuatan angin barat dan angin timur yang ada di Pulau Selayar Sulawesi Selatan, untuk menjatuhkan seekor monyet di atas pohon kelapa. Pada saat angin barat dengan kekuatan penuh menerjang, ternyata si monyet justru tidak bisa dijatuhkan karena mampu berpegangan dengan lebih kuat. Tetapi apa jadinya pada saat angin timur yang hanya meniupkan angin sepoi-sepoi?, karena merasakan kenikmatan, akhirnya si monyet terlena. Dengan kondisi yang tak sadarkan diri tersebut kemudian si monyet lengah dalam berpegangan dan akhirnya jatuh. Jadi angin timurlah yang kemudian menjadi pemenangnya.
Pepatah jawa kuno mengatakan “sak beja-bejane wong sing lali, luwih bejo wong kang eling lan waspodo”, artinya seberapapun beruntungnya orang yang lupa, lebih beruntung orang yang tetap ingat dan waspada. Mungkin ini saatnya bagi kita untuk terus menjadi orang yang ingat tentang hakekat kita sebagai manusia dan tujuan diciptakan kita yang tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Ingat kepada Allah di setiap keadaan akan menyelamatkan kita pada kehidupan saat ini dan sesudahnya. Bagaimanapun orang melihat kita, tidak perlu terlalu dipikirkan. Tetapi apakah mereka tahu apa yang sedang kita pikirkan?, apakah mereka tahu bahwa kita sedang menangisi diri kita yang telah berlumuran dosa?, yang penting kita tetap merasa bersama dengan Allah, merasa dilihat, disaksikan,diridhohi dan dilindungi oleh-Nya.
Ada tiga kalimat yang bisa kita lakukan untuk beramal ikhlas tadi, tentunya sebagai aktualisasi dari pengambilan posisi kita sebagai manusia, dan bukan sebagai pengikut iblis. Yaitu “Tersenyum dalam kesedihan, Tenang dalam kesenangan dan Sopan dalam kemarahan”, yang pernah terurai pada tuulisan berjudul Tak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk perantau.


Apabila kita bisa melakukan ketiganya, niscaya kata Allah dalam hadits Qudsi-Nya, Dia tidak akan memurkai kita pada saat Allah memurkai orang lain. Tersenyum dalam kesedihan mengajak kita pada suatu keikhlasan maksimal yang merelakan kejadian sesedih apapun yang menimpa kita., kejadian yang jelas tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan sebagai manusia normal. Tetapi karena kecintaan kita pada Allah melebihi segalanya, maka apapun yang terjadi, pasti atas kemauan Allah. Dan apabila Allah sudah mau, tak seorangpun bisa menolaknya, sebaliknya apabila Allah tidak menginginkan sesuatu terjadi, apapun yang diusahakan oleh makhluk niscaya tidak akan pernah terjadi.


Tenang dalam kesenangan, mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dengan lingkungan kita. Ini adalah sisi kemanusiaan kita sebagai makhluk sosial yang oleh Aristoteless disebut dengan Zoon Politicon. Pada saat kita mendapatkan kesenangan, Rosulullah mencontohkan agar senantiasa ingat dengan lingkungan kita. Bahkan Nabi mencontohkan bahwa orang lain lebih penting dari pada dirinya.


Sopan dalam kemarahan membimbing kita untuk menjadi orang yang tawadhu, tadhoru’an wahufyatan, wara’ dan santun berhadapan dengan siapapun. Kita juga dituntut untuk bisa marah apabila harga diri kita diinjak-injak, tetapi kemarahan itu tidak boleh dibarengi dengan emosi yang akan merugikan kita. Kita boleh marah sesuai dengan ajaran nabi yang hanya diekspresikan lewat perubahan raut muka, sehingga semuanya benar-benar sangat terkontrol dan terarah.


Apabila ini bisa dilakukan oleh setiap orang , niscaya dunia ini akan aman dan manusia akan hidup tentram dan bahagia selamanya. Tetapi kembali ke Laptop, bahwa Allah memiliki sekenario yang selalu melibatkan Iblis di dalamnya. So, kita lihat apa yang terjadi?, sekenario Allah akan tetap jalan, dan dunia akan tetap menjadi tempat yang fana, sementara dan penuh dengan kenisbian, bukan tempat tujuan yang abadi. Dunia tetap akan dihancurkan dan dimusnahkan untuk menuju kehidupan yang sebenarnya di kampung halaman, yaitu kampung akherat.


Menjawab pertanyaan apakah Iblis taat atau durhaka pada Allah, itu bukan domain kita untuk mengurusnya. Tugas kita adalah mengabdi kepada Allah secara total dengan beriman dan beramal shaleh sebanyak-banyaknya yang disertai dengan ketulusan dan kikhlasan yang tinggi karena Allah taala. Siapkah Anda? Wallahu A’lam @Moes, medio 21-4-2007