Menjawab pertanyaan ini,
sebenarnya sangat sulit dan tidak bisa hanya dibahas dalam sebuah kitab.
Mungkin kalau dijadikan kitab bisa puluhan gudang diperlukan. Itu pun belum
tentu sudah bisa menghatamkan topik ini.
Saya
pun dalam pemaparan ini tidak mengurai secara khusus, tetapi menyerahkan
kembali kepada pembaca. Bila buku ‘IG’ ini dirasa bagus dan cukup membantu
untuk mengetahui apa yang harus dilakukan, silakan dibaca dan didalami secara
serius. Kalau tidak, tentu banyak
referensi lain baik berupa buku maupun guru. Orang sakit atau stres adalah
hanya disebabkan oleh ketidaktahuan. Ia tidak mengetahui cara penyelesaiannya.
Mereka tidak mengetahui lewat jalan mana masalah itu akan diselesaikan.
Kembali
saya mengajak pembaca dan diri saya sendiri untuk mengulang mencermati dan
mengamalkan peringatan Allah ini. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak tahu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati ;
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (Qs Al Isra : 36)
A. Mengambil posisi masing-masing
Diibaratkan sebuah
film atau drama atau sandiwara tadi, pasti peran-peran yang sudah ditetapkan
sudah diatur dalam naskah. Naskah itulah yang tadi saya sebut dengan skenario.
Semua yang sudah dipilih untuk menjadi pemeran sesuai naskah tersebut harus
patuh pada naskah yang telah ditetapkan. Apabila sebuah naskah sudah menjadi
perdebatan, maka bisa dijamin film atau sandiwara itu tidak akan bisa selesai.
Dan sudah barang tentu juga tidak bisa segera ditayangkan untuk dinikmati
pemirsa atau pasar yang dituju. Kecuali naskah kejar tayang yang ending dan casting-castingnya masih bisa
dirubah, bisa jadi berubah. Tetapi ketika hal itu sudah menjadi naskah,
sepertinya itu pun sudah harus dilaksanakan. Setidaknya sebelum ada perintah
merubah oleh pihak berwenang.
Demikian
juga dengan kita, hidup di dunia ini sudah diatur oleh Allah untuk menjadi
bintang dalam film kolosal-Nya. Bisa dikatakan bahwa hidup ini adalah film
tadi. Dan kita adalah lakon atau bintang film yang harus menjadi orang baik,
heroik dan selalu menolong orang lain. Dimulai dengan syukur kepada-Nya yang
telah memberi kesempatan kepada kita untuk ikut bermain dan dijanjikan akan
diberi imbalan, maka tidak ada kata lain selain kerja keras yang kita tunjukkan
kepada-Nya. Qs Al Mulk ayat 2 menyebutkan bahwa hidup dan mati diciptakan Allah
sebagai ujian bagi kita semua. Siapakah yang paling baik amalnya diantara
umat-Nya. Jadi puncak dari syukur adalah bekerja keras.
So,
tidak ada pilihan lain bagi kita yang telah menandatangani kontrak pembuatan
film ini, selain mengambil peran masing-masing. Peran itu bagi kita adalah ‘sami’na
wa atha’na’, mendengar dan menaati perintah-Nya. Setelah film selesai, maka
di akherat kelak akan ada penyerahan raport dengan kitab yang telah
dicetak rapi atas laporan Raqib dan Atid. Menindaklanjuti laporan itu, mahkamah
Allah akan menjebloskan kita pada penjara yang tak akan bisa digugat oleh
undang-undang HAM dimana pun, di neraka, atau menempatkan kita pada posisi
mulia di surga-Nya kelak. Mari menjadi abdi yang bisa mencapai ‘radhiatan
mardhiah’, Allah ridha dan kita ikhlas.
Bukan hanya level awam yang takut neraka dan ingin surga, Semoga.
Bila
ingin lebih mantap lagi, silakan pembaca membuka halaman depan tentang
bagaimana Dinda Kanya Dewi memilih untuk tetap menjadi orang jahat di
Sinetronnya ‘Cinta Fitri’. Itulah pilihan yang benar. Karena kalau dia tidak
mengikutinya, pasti akan dipecat oleh Sutradara atau Produsernya. Marilah kita
memilih sesuatu dengan dan dengan cara yang benar. Semuanya melalui ilmu.
*****
B. Memahami Iblis itu siapa?
Sesungguhnya kata iblis
merupakan bentuk kata kerja dengan makna maf’ul (pelaku) yang berasal dari kata kerja ablasa,
yang mengandung arti “puncak putus asa.” Iblis artinya “yang berputus asa” dari
rahmat dan kasih sayang, dan tidak memiliki harapan diterima taubatnya. Oleh
karena itu kata tersebut tidak digunakan
kecuali baginya sebab pintu taubat terbuka bagi setiap manusia.
Sedangkan setan, berasal
dari kata syaththa yang berarti
jauh dan tersesat. Dan kata asy-syathathu berarti perkataan yang
salah serta jauh dari kebenaran. Isytaththa fi kalamihi artinya ia
berbicara berlebih-lebihan dalam kemungkaran dan jauh dari kebenaran.
Perkataan setan, apabila
diambil dari akar kata “syathana” maka ketika dikatakan syathanat ad
daru syuthunan , maka artinya adalah “rumah itu jauh.” Adapun makna kata asy-syathin
berarti yang jauh dari kebenaran. Dan perkataan setan memilki makna serta
timbangan yang lebih buruk daripada asy-syathin. Oleh karena itu, perkataan
setan bisa dikaitan kepada manusia dan jin. Sebab, ada diantara manusia dan jin
yang menjauhkan diri dari kebenaran serta cenderung berbuat dosa dan kejahatan.
1. Karakter Iblis
Sesungguhnya
Iblis mempunyai karakter yang tidak dimiliki manusia. Sebaliknya manusia juga
memiliki karakter yang tidak dimiliki Iblis. Iblis akan dihidupkan oleh Allah
SWT dalam masa yang sangat panjang (tidak mati) hingga hari Kiamat kelak. Jadi,
Iblis itu tidak akan mati di dunia. Sebaliknya, manusia pasti akan menemui
kematian di dunia ini. Untuk selanjutnya oleh Allah akan dihidupkan kembali
pada hari Kiamat kelak.
Secara
alami, manusia makan dan minum, serta merasakan lapar dan haus. Oleh karena
itu, manusia berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (sandang, pangan,
papan) bagi diri dan keluarganya. Sedangkan
Iblis , ia tidak makan
dan minum, serta tidak merasakan lapar ataupun haus layaknya kita. Bagi dirinya
dalam menjalankan misi untuk menggoda dan menyesatkan manusia sepanjang masa,
Iblis akan melakukan apa saja.
Manusia
apabila merasakan letih atau lelah, maka ia akan tidur untuk beristirahat.
Sedangkan Iblis tidak akan pernah merasakan letih dan lelah, makanya ia tidak
akan pernah tertidur. Bahkan ia terus menanti manusia untuk pergi tidur, agar
ia bisa leluasa mengganggunya.
Iblis
memiliki kelebihan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, sebagimana
yang dijelaskan oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Iblis dan pengikut-pengikutnya
melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat kalian semua.
Sesungguhnya kami telah menjadikan Iblis sebagai pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman (Qs Al A’raf : 27).
Senjata
yang digunakan setan untuk menggoda manusia adalah syahwat (hawa nafsu), hasrat
yang berlebih-lebihan, dan tamak (sikap rakus). Akan tetapi, didalam
pertempuran ini, manusia memiliki senjata yang tidak dimiliki oleh setan. Manusia juga memiliki kekuatan
yang bila digunakan dengan maksimal, serta berlindung kepada Allah Ta’ala, maka
ia akan dapat mengalahkan tipu daya setan. Bahkan setan akan lari tunggang
langgang menjauh darinya.
Hal
ini dijelaskan oleh Allah SWT di dalam firmannya “Faidza qara’tal Qur’ana
fasta’idz billahi minasyaithani rajiim”, Apabila engkau hendak membaca Al
Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari bujuk rayu setan yang
terkutuk (Qs An Nahl : 98).
Ketika
kita hendak membaca Al Qur’an dan kita membaca doa ta’awud billah (Audzubillahi
minasy syaitahir rajim, maka setan akan menjauh dari kita sejauh-jauhnya.
Oleh
karena itu, pada kesempatan dan dalam segala urusan hendaknya kita memohon
pertolongan kepada Allah. Hanya sayangnya Allah juga menakdirkan bahwa ada
kemungkinan kita meminta pertolongan kepada selain Allah juga ada. “Dan
bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki diantara jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa serta kesalahan (Qs AL Jin : 6)
Padahal kekuatan yang akan
menolong kita sehingga mendapatkan kemenangan dalam perang ini adalah Allah Swt.
Kita tidak pernah mampu sampai Allah memberikan kemampuan kepada kita.
2. Bandingkan dengan sifat malaikat
Sebagai perbandingan
bagaimana sifat malaikat yang bisa dipastikan tidak akan ada yang bisa mencapai
posisi takwa dengan Iblis. Melaikat hanya memiliki satu potensi, sedangkan
manusia memilikinya dua dan saling berlawanan. Sedangkan sifat dan karakter
malaikat adalah : (1) Merasa malu (2) Tidak pernah durhaka kepada Allah SWT (Qs
Al Anbiaya : 26-28). (3) taat terhadap segala perintah Allah (4) Senantiasa
mengucapkan tasbih (5) Tidak memiliki hawa nafsu 6) Diciptakan dari unsure
cahaya 7) Bukan laki-laki dan bukan perempuan (8) Bisa menjelma dalam bentuk
yang macam-macam (9) Disucikan dari sifat-sifat manusia (10) Penciptaan
malaikat agung dan mereka berbeda-beda
Tetapi,
sekali lagi mereka hanya memiliki satu potensi, yaitu kebaikan. Sehingga karena
malaikat tidak mungkin melanggar larangan Allah, menurut saya mereka tidak bisa
mendapatkan status takwa. Karena definisi takwa adalah menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka tidak perlu menjauhi larangan Allah, karena
mereka tidak berpotensi untuk melanggarnya. Bagaimana dengan Iblis? Setelah
memahami buku ini insya Allah pembaca bisa membandingkannya.
3. Iblis dan Fir’aun
Imam
AL Ghazali pernah menceritakan sebuah riwayat tentang Fir’aun yang membuat
penjagaan ketat. Penjagaan itu terdiri dari berlapis bala tentara dengan maksud
agar tak seorang pun bisa masuk ke kamar mandinya. Hal itu disebabkan karena
dia telah memproklamirkan diri sebagai tuhan yang wajib disembah. Ia tak
menginginkan ada seorang pun yang melihat bentuk wajahnya yang asli ketika ia
sedang mandi di dalam kamar mandi.
Tiba-tiba Firaun dikejutkan
dengan munculnya seeorang yang belum pernah ia lihat (orang asing) yang masuk
ke dalam kamar mandinya. Fir’aun segera bertanya “Siapa engkau?” Orang asing
itu menjawab “Aku adalah iblis”
Fir’aun bertanya kembali,
“Engkau Iblis yang terlaknat dan yang berputus asa dari rahmat Allah “Iblis menjawab“ Engkau
lebih buruk dari setan dan Iblis. Aku hanya mengatakan pada manusia. Janganlah
menyembah Allah! sedangkan engkau mengatakan kepada mereka “ Aku” adalah Tuhan Kalian Yang Tinggi.
Menurut saya Iblis lebih
baik daripada Fir’aun. Tetapi sama saja, keduanya adalah juga pemeran-pemeran
inti pada film kolosal Allah. Fir’aun juga pelajaran bagi jin dan manusia
sebagaimana Iblis, saya anggap sebagai pelajaran pula.
4. Iblis dan kekufuran manusia
Sebagian orang yang
menganut paham atheis mengira,
bahwa makhluk hidup itu muncul di alam semesta ini secara kebetulan. (alami ,
tidak ada yang menciptakan). Yaitu pada mulanya semua makhluk hidup yang ada
didalam ini berbentuk sel, lalu berkembang dan membentuk semua jenis makhluk
yang bisa dilihat, sampai pada masa sekarang.
Ini berbeda dengan iblis.
Ketika Allah memerintahkan kepadanya untuk bersujud kepada nabi Adam As, maka
iblis menentang dan menolaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :
“Iblis menjawab, “aku lebih
baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang ia Engkau ciptakan dari
tanah.” (Al –A’raf :12)
Jadi, Iblis sesungguhnya
mengakui, bahwa Allah yang telah menciptakan dirinya. Sebagaimana manusia ada
yang bersumpah atas nama nenek moyang mereka dan orang-orang yang mereka
cintai, seperti para pemimpin dan penguasa mereka. Hingga mereka bersumpah
dengan menggunakan nama para wali, sahabat, bahkan roti , gandum garam dan
sebagainya.
Padahal Rasulullah Saw
telah bersabda : “Barang siapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan
menggunakan nama Allah. Atau kalau tidak, maka hendaknya ia diam”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Sedangkan Iblis, meskipun
ia kufur dan ingkar akan rahmat Allah, namun ia tetap bersumpah dengan
kemuliaan Allah swt. Sebagaimana dijelaskan mengenai hal tersebut di dalam
firman-Nya.
“Iblis menjawab, “Demi
kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Shad : 82). Jadi meskipun iblis sombong dan angkuh, akan tetapi ia bersumpah
atas keagungan Allah.. Namun, ketika ia menggoda manusia untuk berlaku kufur
kepada-Nya, lalu mereka pun kufur kepada
Allah, maka Allah menerangkan kepada kita tentang keadaan dan perkataan Iblis.
5. Iblis dan Lucifer atau Azazil
Sebelum Allah Swt
menciptakan Adam As, makhluk yang memakmurkan bumi-Nya ini adalah bangsa jin.
Akan tetapi karena mereka senantiasa melakukan perbuatan durhaka, bersikap
kufur dan fasik, maka Allah ingin membersihkan serta menyucikan kembali
bumi-Nya, dari mereka (para jin). Dan Allah
tidak menyisakan satupun dari mereka.
Akan
tetapi para malaikat yang bertugas mengitari bumi memohon syafaat kepada Allah
bagi salah satu jin yang bernama Azazil. Mereka berkata, bahwa Azazil tidak
pernah berbuat kufur sebagaimana jin lainnya. Bahkan ia menyembah Allah dengan
ikhlas dan sangat taat.
Kemudian
Allah Yang Maha Mengetahui tentang bumi, apa dan siapa yang pantas berada di
dalamnya, memerintahkan kepada para malaikat mengangkat Azazil untuk hidup di
tengah-tengah mereka. Maka sejak saat itulah Azazil hidup diantara para
malaikat. Namun ia kemudian menyombongkan diri pada mereka dengan ilmu dan
ibadahnya. Demikian menurut riwayat yang menjelaskan masalah ini.
Memang
azazil berbeda dengan yang lain karena, malaikat menyembah Allah Ta’ala sesuai
kodrat ciptaannya, dan mereka tidak mengetahui apapun kecuali apa yang telah
diajarkan-Nya kepada mereka. Sedangkan
Azazil , ia adalah mukalaf
(yang dibebani hukum, Ed) dan menyembah Allah atas dasar kesadaran untuk
berbuat taat kepada-Nya. Ia mengetahui ilmu-ilmu yang juga diketahui oleh
makhluk Allah lainnya yang berketurunan serta berkembang biak melalui
perkawinan. Mereka mempunyai nafsu syahwat, rasa cinta dan kasih sayang dan
sejenisnya. Oleh sebab itulah , Azazil sempat dinamai “(burung) merak malaikat”.
(Syihdul kalimat fi rahabu suratul fatihah, hal : 25)
6. Nasihat Imam Abu Hanifah
Suatu hari seorang
lelaki mendatangi Imam Abu Hanifah dengan cucuran air mata dan raut
kebingungan. Tidak tahu apa yang harus diperbuat, katanya. Ia datang untuk
mengadukan masalah yang tengah dihadapinya. Yaitu, semua harta benda yang ia
simpan selama bertahun-tahun telah hilang.
“Bagaimana
semua harta bendamu bisa hilang?”, tanya sang Imam. Lelaki itu menjawab,
“selama ini aku takut terhadap pencuri. Aku khawatir mereka akan mencuri semua
harta benda yang telah aku kumpulkan dengan usaha serta kerja keras yang sangat
melelahkan. Sementara itu, untuk hari depan bila aku sudah tidak mampu bekerja lagi. Oleh
karena itu aku menyimpan harta bendaku itu di dalam sebuah bungkusan dan aku
sembunyikan di salah satu sudut rumahku. Karena rumahku cukup besar, maka aku
pun lupa dimana aku meletakkannya,” jelas lelaki itu suntrut.
“Apakah
engkau telah memeriksa dan mencari bungkusan itu di semua sudut rumahmu?,” sang
Imam bertanya kembali yang katanya semua tempat sudah ludes dia obrak abrik.
“Dengarlah
wahai lelaki, apakah engkau akan mengikuti apa yang akan aku perintahkan
kepadamu?,” tanya Imam yang dijawab ‘ya’ oleh lelaki itu.
“Sekarang
kembalilah engkau ke rumahmu. Ambillah air wudhu, lalu lakukanlah shalat di
tengah-tengah rumahmu dengan menghadap ke arah kiblat. Dan katakanalah dengan
suara keras yang bisa terdengar telinga, “Aku berniat untuk melakukan shalat
sepanjang malam ini karena Allah, sampai dia mengembalikan kepadaku semua harta
bendaku yang hilang,” demikian nasehat Sang Imam yang membuat lelaki itu mulai
sedikit sumringah.
Sampai
di rumah dilaksanakanlah petuah Sang Imam. Shalatlah ia seperti yang
diperintahkan Imam. Namun sebelum ia menyelesaikan shalat dua rekaat dan
mengucap salam, tiba-tiba ia teringat tempat dimana ia menyimpan hartanya itu.
Usai salami ia pun bergegas memeriksa, dan benarlah semua harta itu ada disana.
Tetapi sayangnya lalu ia lupa akan janjinya yang akan shalat semalam penuh.
Baru dua rekaat yang kualitasnya buruk itu (teringat sesuatu), kemudian ia
menyudahi.
Padahal
itulah cara Iblis menipu kita. Target Iblis hanya agar lelaki itu tidak shalat
tahajud semalam suntuk. Jadi ketika harta disembunyikan dan ia akan shalat
semalaman, maka dikembalikanlah harta yang disembunyikannya itu. Tetapi
hasilnya, selanjutnya lelaki itu tidak shalat tahajud lagi sesuai dengan target
Iblis.
Imam Abu Hanifah
telah mengingatkan kepada kita bahwa setan membuat lupa orang dengan target
yang lebih tinggi. Sebagaimana setan membuat lupa seorang lelaki yang dipenjara
bersama Nabi Yusuf as, agar menyampaikan pesannya kepada sang raja yang telah
memenjarakannya. “Fa ansahusy syaithanu dzikra rabbihi,” Maka setan
menjadikan ia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya (Qs Yusuf :
42)
Demikian
juga seperti lupanya Yusya bin Nun yang mendampingi Nabi Musa As, mencari
gurunya (Nabi Khidzir As) saat ikan salem yang dibawanya telah melompat dimana
tanda Nabi Khidzir berada disana. “Wama ansanihu illasy syaithanu (Yusya’ bun Nun) Dan tidak ada yang
mmebuat lupa untuk memberitahukannya, kecuali setan, (Qs Al-Kahfi : 63)
Jadi
untuk memenangi peperangan melawan setan kita saling memukul dan mengalahkan.
Dan ksatrianya setan dipertunjukkan kepada kita sebagaimana diceritakan dalam
sebuah hadits, “Ahlaktuhum bidzunubi fauhlikuni bil istighfari,” Aku
(setan) menghancurkan manusia dengan perbuatan dosa, maka mereka menghancurkan
diriku dengan istighfar.
Dst..............................
0 komentar:
Posting Komentar