Kamis, 22 Desember 2011

Apa yang harus diperbuat Manusia? (dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Menjawab pertanyaan ini, sebenarnya sangat sulit dan tidak bisa hanya dibahas dalam sebuah kitab. Mungkin kalau dijadikan kitab bisa puluhan gudang diperlukan. Itu pun belum tentu sudah bisa menghatamkan topik ini.

            Saya pun dalam pemaparan ini tidak mengurai secara khusus, tetapi menyerahkan kembali kepada pembaca. Bila buku ‘IG’ ini dirasa bagus dan cukup membantu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan, silakan dibaca dan didalami secara serius. Kalau tidak, tentu  banyak referensi lain baik berupa buku maupun guru. Orang sakit atau stres adalah hanya disebabkan oleh ketidaktahuan. Ia tidak mengetahui cara penyelesaiannya. Mereka tidak mengetahui lewat jalan mana masalah itu akan diselesaikan.

            Kembali saya mengajak pembaca dan diri saya sendiri untuk mengulang mencermati dan mengamalkan peringatan Allah ini. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak tahu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati ; semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (Qs Al Isra : 36)

A. Mengambil posisi masing-masing

            Diibaratkan sebuah film atau drama atau sandiwara tadi, pasti peran-peran yang sudah ditetapkan sudah diatur dalam naskah. Naskah itulah yang tadi saya sebut dengan skenario. Semua yang sudah dipilih untuk menjadi pemeran sesuai naskah tersebut harus patuh pada naskah yang telah ditetapkan. Apabila sebuah naskah sudah menjadi perdebatan, maka bisa dijamin film atau sandiwara itu tidak akan bisa selesai. Dan sudah barang tentu juga tidak bisa segera ditayangkan untuk dinikmati pemirsa atau pasar yang dituju. Kecuali naskah kejar tayang yang ending dan casting-castingnya masih bisa dirubah, bisa jadi berubah. Tetapi ketika hal itu sudah menjadi naskah, sepertinya itu pun sudah harus dilaksanakan. Setidaknya sebelum ada perintah merubah oleh pihak berwenang.

            Demikian juga dengan kita, hidup di dunia ini sudah diatur oleh Allah untuk menjadi bintang dalam film kolosal-Nya. Bisa dikatakan bahwa hidup ini adalah film tadi. Dan kita adalah lakon atau bintang film yang harus menjadi orang baik, heroik dan selalu menolong orang lain. Dimulai dengan syukur kepada-Nya yang telah memberi kesempatan kepada kita untuk ikut bermain dan dijanjikan akan diberi imbalan, maka tidak ada kata lain selain kerja keras yang kita tunjukkan kepada-Nya. Qs Al Mulk ayat 2 menyebutkan bahwa hidup dan mati diciptakan Allah sebagai ujian bagi kita semua. Siapakah yang paling baik amalnya diantara umat-Nya. Jadi puncak dari syukur adalah bekerja keras.

            So, tidak ada pilihan lain bagi kita yang telah menandatangani kontrak pembuatan film ini, selain mengambil peran masing-masing. Peran itu bagi kita adalah ‘sami’na wa atha’na’, mendengar dan menaati perintah-Nya. Setelah film selesai, maka di akherat kelak akan ada penyerahan raport dengan kitab yang telah dicetak rapi atas laporan Raqib dan Atid. Menindaklanjuti laporan itu, mahkamah Allah akan menjebloskan kita pada penjara yang tak akan bisa digugat oleh undang-undang HAM dimana pun, di neraka, atau menempatkan kita pada posisi mulia di surga-Nya kelak. Mari menjadi abdi yang bisa mencapai ‘radhiatan mardhiah’, Allah ridha dan kita ikhlas.  Bukan hanya level awam yang takut neraka dan ingin surga, Semoga.

            Bila ingin lebih mantap lagi, silakan pembaca membuka halaman depan tentang bagaimana Dinda Kanya Dewi memilih untuk tetap menjadi orang jahat di Sinetronnya ‘Cinta Fitri’. Itulah pilihan yang benar. Karena kalau dia tidak mengikutinya, pasti akan dipecat oleh Sutradara atau Produsernya. Marilah kita memilih sesuatu dengan dan dengan cara yang benar. Semuanya melalui ilmu.

*****

B. Memahami Iblis itu siapa?

Sesungguhnya kata iblis merupakan bentuk kata kerja dengan makna maf’ul  (pelaku) yang berasal dari kata kerja ablasa, yang mengandung arti “puncak putus asa.” Iblis artinya “yang berputus asa” dari rahmat dan kasih sayang, dan tidak memiliki harapan diterima taubatnya. Oleh karena itu kata tersebut  tidak digunakan kecuali baginya sebab pintu taubat terbuka bagi setiap manusia.

Sedangkan setan, berasal dari kata syaththa yang berarti  jauh dan tersesat. Dan kata asy-syathathu berarti perkataan yang salah serta jauh dari kebenaran. Isytaththa fi kalamihi artinya ia berbicara berlebih-lebihan dalam kemungkaran dan jauh dari kebenaran.

Perkataan setan, apabila diambil dari akar kata “syathana” maka ketika dikatakan syathanat ad daru syuthunan , maka artinya adalah “rumah itu jauh.” Adapun makna kata asy-syathin berarti yang jauh dari kebenaran. Dan perkataan setan memilki makna serta timbangan yang lebih buruk daripada asy-syathin. Oleh karena itu, perkataan setan bisa dikaitan kepada manusia dan jin. Sebab, ada diantara manusia dan jin yang menjauhkan diri dari kebenaran serta cenderung berbuat dosa dan kejahatan.

    1. Karakter Iblis
            Sesungguhnya Iblis mempunyai karakter yang tidak dimiliki manusia. Sebaliknya manusia juga memiliki karakter yang tidak dimiliki Iblis. Iblis akan dihidupkan oleh Allah SWT dalam masa yang sangat panjang (tidak mati) hingga hari Kiamat kelak. Jadi, Iblis itu tidak akan mati di dunia. Sebaliknya, manusia pasti akan menemui kematian di dunia ini. Untuk selanjutnya oleh Allah akan dihidupkan kembali pada hari Kiamat kelak.

            Secara alami, manusia makan dan minum, serta merasakan lapar dan haus. Oleh karena itu, manusia berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (sandang, pangan, papan) bagi diri dan keluarganya. Sedangkan Iblis, ia tidak makan dan minum, serta tidak merasakan lapar ataupun haus layaknya kita. Bagi dirinya dalam menjalankan misi untuk menggoda dan menyesatkan manusia sepanjang masa, Iblis akan melakukan apa saja.

            Manusia apabila merasakan letih atau lelah, maka ia akan tidur untuk beristirahat. Sedangkan Iblis tidak akan pernah merasakan letih dan lelah, makanya ia tidak akan pernah tertidur. Bahkan ia terus menanti manusia untuk pergi tidur, agar ia bisa leluasa mengganggunya.

            Iblis memiliki kelebihan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, sebagimana yang dijelaskan oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Iblis dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat kalian semua. Sesungguhnya kami telah menjadikan Iblis sebagai pemimpin bagi orang-orang  yang tidak beriman (Qs Al A’raf : 27).

            Senjata yang digunakan setan untuk menggoda manusia adalah syahwat (hawa nafsu), hasrat yang berlebih-lebihan, dan tamak (sikap rakus). Akan tetapi, didalam pertempuran ini, manusia memiliki senjata yang tidak dimiliki  oleh setan. Manusia juga memiliki kekuatan yang bila digunakan dengan maksimal, serta berlindung kepada Allah Ta’ala, maka ia akan dapat mengalahkan tipu daya setan. Bahkan setan akan lari tunggang langgang menjauh darinya.

            Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT di dalam firmannya “Faidza qara’tal Qur’ana fasta’idz billahi minasyaithani rajiim”, Apabila engkau hendak membaca Al Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari bujuk rayu setan yang terkutuk (Qs An Nahl : 98).

            Ketika kita hendak membaca Al Qur’an dan kita membaca doa ta’awud billah (Audzubillahi minasy syaitahir rajim, maka setan akan menjauh dari kita sejauh-jauhnya.

            Oleh karena itu, pada kesempatan dan dalam segala urusan hendaknya kita memohon pertolongan kepada Allah. Hanya sayangnya Allah juga menakdirkan bahwa ada kemungkinan kita meminta pertolongan kepada selain Allah juga ada. “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa serta kesalahan (Qs AL Jin : 6)

Padahal kekuatan yang akan menolong kita sehingga mendapatkan kemenangan dalam perang ini adalah Allah Swt. Kita tidak pernah mampu sampai Allah memberikan kemampuan kepada kita.

    2. Bandingkan dengan sifat malaikat
            Sebagai perbandingan bagaimana sifat malaikat yang bisa dipastikan tidak akan ada yang bisa mencapai posisi takwa dengan Iblis. Melaikat hanya memiliki satu potensi, sedangkan manusia memilikinya dua dan saling berlawanan. Sedangkan sifat dan karakter malaikat adalah : (1) Merasa malu (2) Tidak pernah durhaka kepada Allah SWT (Qs Al Anbiaya : 26-28). (3) taat terhadap segala perintah Allah (4) Senantiasa mengucapkan tasbih (5) Tidak memiliki hawa nafsu 6) Diciptakan dari unsure cahaya 7) Bukan laki-laki dan bukan perempuan (8) Bisa menjelma dalam bentuk yang macam-macam (9) Disucikan dari sifat-sifat manusia (10) Penciptaan malaikat agung dan mereka berbeda-beda

            Tetapi, sekali lagi mereka hanya memiliki satu potensi, yaitu kebaikan. Sehingga karena malaikat tidak mungkin melanggar larangan Allah, menurut saya mereka tidak bisa mendapatkan status takwa. Karena definisi takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka tidak perlu menjauhi larangan Allah, karena mereka tidak berpotensi untuk melanggarnya. Bagaimana dengan Iblis? Setelah memahami buku ini insya Allah pembaca bisa membandingkannya.

    3. Iblis dan Fir’aun
            Imam AL Ghazali pernah menceritakan sebuah riwayat tentang Fir’aun yang membuat penjagaan ketat. Penjagaan itu terdiri dari berlapis bala tentara dengan maksud agar tak seorang pun bisa masuk ke kamar mandinya. Hal itu disebabkan karena dia telah memproklamirkan diri sebagai tuhan yang wajib disembah. Ia tak menginginkan ada seorang pun yang melihat bentuk wajahnya yang asli ketika ia sedang mandi di dalam kamar mandi.

Tiba-tiba Firaun dikejutkan dengan munculnya seeorang yang belum pernah ia lihat (orang asing) yang masuk ke dalam kamar mandinya. Fir’aun segera bertanya “Siapa engkau?”  Orang asing  itu menjawab “Aku adalah iblis”

Fir’aun bertanya kembali, “Engkau Iblis yang terlaknat dan yang berputus asa  dari rahmat Allah “Iblis menjawab“ Engkau lebih buruk dari setan dan Iblis. Aku hanya mengatakan pada manusia. Janganlah menyembah Allah! sedangkan engkau mengatakan kepada mereka  “ Aku” adalah Tuhan Kalian Yang Tinggi.

Menurut saya Iblis lebih baik daripada Fir’aun. Tetapi sama saja, keduanya adalah juga pemeran-pemeran inti pada film kolosal Allah. Fir’aun juga pelajaran bagi jin dan manusia sebagaimana Iblis, saya anggap sebagai pelajaran pula.
    4. Iblis dan kekufuran manusia
Sebagian orang yang menganut paham  atheis mengira, bahwa makhluk hidup itu muncul di alam semesta ini secara kebetulan. (alami , tidak ada yang menciptakan). Yaitu pada mulanya semua makhluk hidup yang ada didalam ini berbentuk sel, lalu berkembang dan membentuk semua jenis makhluk yang bisa dilihat, sampai pada masa sekarang.

Ini berbeda dengan iblis. Ketika Allah memerintahkan kepadanya untuk bersujud kepada nabi Adam As, maka iblis menentang dan menolaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :

Iblis menjawab, “aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang ia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al –A’raf :12)

Jadi, Iblis sesungguhnya mengakui, bahwa Allah yang telah menciptakan dirinya. Sebagaimana manusia ada yang bersumpah atas nama nenek moyang mereka dan orang-orang yang mereka cintai, seperti para pemimpin dan penguasa mereka. Hingga mereka bersumpah dengan menggunakan nama para wali, sahabat, bahkan roti , gandum garam dan sebagainya.

Padahal Rasulullah Saw telah bersabda : “Barang siapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan menggunakan nama Allah. Atau kalau tidak, maka hendaknya ia diam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan Iblis, meskipun ia kufur dan ingkar akan rahmat Allah, namun ia tetap bersumpah dengan kemuliaan Allah swt. Sebagaimana dijelaskan mengenai hal tersebut di dalam firman-Nya.

“Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Shad : 82). Jadi meskipun iblis  sombong dan angkuh, akan tetapi ia bersumpah atas keagungan Allah.. Namun, ketika ia menggoda manusia untuk berlaku kufur kepada-Nya, lalu mereka  pun kufur kepada Allah, maka Allah menerangkan kepada kita tentang keadaan dan perkataan Iblis.

    5. Iblis dan Lucifer atau Azazil
            Sebelum Allah Swt menciptakan Adam As, makhluk yang memakmurkan bumi-Nya ini adalah bangsa jin. Akan tetapi karena mereka senantiasa melakukan perbuatan durhaka, bersikap kufur dan fasik, maka Allah ingin membersihkan serta menyucikan kembali bumi-Nya, dari mereka (para jin). Dan Allah  tidak menyisakan satupun dari mereka.

            Akan tetapi para malaikat yang bertugas mengitari bumi memohon syafaat kepada Allah bagi salah satu jin yang bernama Azazil. Mereka berkata, bahwa Azazil tidak pernah berbuat kufur sebagaimana jin lainnya. Bahkan ia menyembah Allah dengan ikhlas dan sangat taat.

            Kemudian Allah Yang Maha Mengetahui tentang bumi, apa dan siapa yang pantas berada di dalamnya, memerintahkan kepada para malaikat mengangkat Azazil untuk hidup di tengah-tengah mereka. Maka sejak saat itulah Azazil hidup diantara para malaikat. Namun ia kemudian menyombongkan diri pada mereka dengan ilmu dan ibadahnya. Demikian menurut riwayat yang menjelaskan masalah ini.

            Memang azazil berbeda dengan yang lain karena, malaikat menyembah Allah Ta’ala sesuai kodrat ciptaannya, dan mereka tidak mengetahui apapun kecuali apa yang telah diajarkan-Nya kepada mereka. Sedangkan Azazil, ia adalah mukalaf (yang dibebani hukum, Ed) dan menyembah Allah atas dasar kesadaran untuk berbuat taat kepada-Nya. Ia mengetahui ilmu-ilmu yang juga diketahui oleh makhluk Allah lainnya yang berketurunan serta berkembang biak melalui perkawinan. Mereka mempunyai nafsu syahwat, rasa cinta dan kasih sayang dan sejenisnya. Oleh sebab itulah , Azazil sempat dinamai “(burung) merak malaikat”. (Syihdul kalimat fi rahabu suratul fatihah, hal : 25)     

    6. Nasihat Imam Abu Hanifah
            Suatu hari seorang lelaki mendatangi Imam Abu Hanifah dengan cucuran air mata dan raut kebingungan. Tidak tahu apa yang harus diperbuat, katanya. Ia datang untuk mengadukan masalah yang tengah dihadapinya. Yaitu, semua harta benda yang ia simpan selama bertahun-tahun telah hilang.

            “Bagaimana semua harta bendamu bisa hilang?”, tanya sang Imam. Lelaki itu menjawab, “selama ini aku takut terhadap pencuri. Aku khawatir mereka akan mencuri semua harta benda yang telah aku kumpulkan dengan usaha serta kerja keras yang sangat melelahkan. Sementara itu, untuk hari depan bila  aku sudah tidak mampu bekerja lagi. Oleh karena itu aku menyimpan harta bendaku itu di dalam sebuah bungkusan dan aku sembunyikan di salah satu sudut rumahku. Karena rumahku cukup besar, maka aku pun lupa dimana aku meletakkannya,” jelas lelaki itu suntrut.

            “Apakah engkau telah memeriksa dan mencari bungkusan itu di semua sudut rumahmu?,” sang Imam bertanya kembali yang katanya semua tempat sudah ludes dia obrak abrik.

            “Dengarlah wahai lelaki, apakah engkau akan mengikuti apa yang akan aku perintahkan kepadamu?,” tanya Imam yang dijawab ‘ya’ oleh lelaki itu.

            “Sekarang kembalilah engkau ke rumahmu. Ambillah air wudhu, lalu lakukanlah shalat di tengah-tengah rumahmu dengan menghadap ke arah kiblat. Dan katakanalah dengan suara keras yang bisa terdengar telinga, “Aku berniat untuk melakukan shalat sepanjang malam ini karena Allah, sampai dia mengembalikan kepadaku semua harta bendaku yang hilang,” demikian nasehat Sang Imam yang membuat lelaki itu mulai sedikit sumringah.

            Sampai di rumah dilaksanakanlah petuah Sang Imam. Shalatlah ia seperti yang diperintahkan Imam. Namun sebelum ia menyelesaikan shalat dua rekaat dan mengucap salam, tiba-tiba ia teringat tempat dimana ia menyimpan hartanya itu. Usai salami ia pun bergegas memeriksa, dan benarlah semua harta itu ada disana. Tetapi sayangnya lalu ia lupa akan janjinya yang akan shalat semalam penuh. Baru dua rekaat yang kualitasnya buruk itu (teringat sesuatu), kemudian ia menyudahi.

            Padahal itulah cara Iblis menipu kita. Target Iblis hanya agar lelaki itu tidak shalat tahajud semalam suntuk. Jadi ketika harta disembunyikan dan ia akan shalat semalaman, maka dikembalikanlah harta yang disembunyikannya itu. Tetapi hasilnya, selanjutnya lelaki itu tidak shalat tahajud lagi sesuai dengan target Iblis.

            Imam Abu Hanifah telah mengingatkan kepada kita bahwa setan membuat lupa orang dengan target yang lebih tinggi. Sebagaimana setan membuat lupa seorang lelaki yang dipenjara bersama Nabi Yusuf as, agar menyampaikan pesannya kepada sang raja yang telah memenjarakannya. “Fa ansahusy syaithanu dzikra rabbihi,” Maka setan menjadikan ia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya (Qs Yusuf : 42)

            Demikian juga seperti lupanya Yusya bin Nun yang mendampingi Nabi Musa As, mencari gurunya (Nabi Khidzir As) saat ikan salem yang dibawanya telah melompat dimana tanda Nabi Khidzir berada disana. “Wama ansanihu illasy syaithanu  (Yusya’ bun Nun) Dan tidak ada yang mmebuat lupa untuk memberitahukannya, kecuali setan, (Qs Al-Kahfi : 63)

            Jadi untuk memenangi peperangan melawan setan kita saling memukul dan mengalahkan. Dan ksatrianya setan dipertunjukkan kepada kita sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits, “Ahlaktuhum bidzunubi fauhlikuni bil istighfari,” Aku (setan) menghancurkan manusia dengan perbuatan dosa, maka mereka menghancurkan diriku dengan istighfar.

Dst..............................

0 komentar: