Rabu, 21 Desember 2011

Iblis dan orang ikhlas (dikutip dari buku Iblis Guruku/IG karya Moeslih Rosyid)


Konon dikisahkan ada seorang dari Bani Israil yang rajin beribadah. Ia beribadah kepada Allah dalam kurun waktu yang cukup lama. Kemudian datanglah orang-orang kepadanya. “Di daerah ini ada suatu kaum yang bukan menyembah Allah Swt tetapi menyembah pohon”. Marahlah ia mendengar hal tersebut. Diambilnya kapak dan pergi untuk menebang pohon itu.

            Sampai di tempat, Iblis yang telah mengetahui hal tersebut menghalanginya dengan menjelma seorang tua renta tak berdaya. “Hendak pergi kemana engkau?, Tanya Iblis kepada lelaki itu. “Aku hendak menebang pohon ini,” kata orang alim ini kepada Iblis.

            “Ada keperluan apa engkau menebang pohon ini?, engkau meninggalkan ibadah dan memusatkan diri selain itu. Buat apa?,” Tanya Iblis. “Ketahuilah, sesungguhnya ini termasuk ibadahku,” jawab orang alim itu. “Hai orang alim, aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon ini,” sergah Iblis yang karena dianggap menghalangi jihadnya dibantinglah dia  dan diduduki dadanya.

            Lalu Iblis barkata: “lepaskan aku supaya aku dapat menjelaskan maksud dari perkataanku.” Orang alim itu kemudian berdiri dan meninggalkan Iblis yang kemudian berteriak “hai orang alim, sesungguhnya Allah menggugurkan kewajiban ini darimu dan tidak mewajibkan hal ini atas dirimu. Engkau tidak akan menyembahnya, apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah mempunyai nabi dan rasul yang akan melaksanakan tugas ini. Andaikata Allah menghendaki, niscaya Dia mengutus nabi dan rasul kepada penduduk bumi dan menyuruh mereka untuk menebangnya.” Namun orang alim tersebut tak ambil pusing. “Pohon ini harus ditebang,” sungutnya seraya menuju pohon dimaksud.

            Melihat semangat yang pantang mudur tersebut  lalu Iblis menyerangnya yang kemudian berhasil dibanting lagi oleh orang alim itu dan diduduki dadanya, maka kembali Iblis tidak bisa bergerak. Berkatalah Iblis kepadanya : “Maukah engkau mendapatkan sesuatu yang dapat memutuskan antara aku dengan engkau?”.  “Apa,” tanya orang alim tersebut.

            “Lepaskan dulu aku, supaya aku dapat mengatakan kepadamu,” kata Iblis yang kemudian dilepaskannya. “Engkau seorang fakir miskin yang tidak mempunyai apa-apa. Engkau juga sering meminta-minta kepada orang-orang untuk kelangsungan hidupmu,” tebak Iblis yang diiyakan oleh orang alim itu. “Tinggalkan kebiasaanmu yang jelek dan memalukan itu, dan aku akan memberimu setiap malam dua dinar untuk kebutuhanmu. Dan kamu tidak perlu lagi meminta-minta. Hal itu lebih bermanfaat untukmu dan untuk kaum muslimin yang lain dari pada kamu menebang pohon ini. Penebangan pohon ini tidaklah berguna bagimu dan  bagi muslimin lain,” ceramah Iblis yang direnungkan dan dibenarkannya. (Padahal nyogok nih. Payah Pak kyai ini…., red).

            “Aku ini bukan seorang nabi maupun rasul  yang wajib menebang pohon ini. Allah Swt tidak memerintahkan aku untuk menebang pohon ini. Berarti aku tidak berdosa . Janjinya itu lebih bermanfaat bagiku dan muslimin lainnya,” kata hati ulama itu yang kemudian meminta Iblis untuk berjanji dan bersumpah akan menepati janjinya.

            Benarlah adanya, ketika ia kembali beribadah seperti biasanya, setelah pagi didapatinya di dekatnya ada uang dua dinar. Maka ia pun mengambilnya. Begitupun keesokan harinya. Tetapi pada hari ketiga dia tidak mendapatkan apa-apa. Iblis telah melakukan wan prestasi (ingkar janji). Maka iapun  marah, mengambil kapak lalu pergi untuk menebang pohon itu.

            Iblis pun menyambutnya dengan menjelma seorang tua renta seperti dulu. Dan dikatakanlah oleh Iblis : “engkau tak akan mampu untuk menebang pohon itu lagi. Percayalah. Lebih baik engkau urungkan saja niatmu.”  Mendengar ejekan itu sang ulama murka dan menyerang Iblis. Tetapi apa lacur?, justru dia yang dibanting oleh Iblis dan diduduki dadanya. Orang alim itu lemah tak berdaya. Lalu berkata : “hai, engkau telah mengalahkan aku sekarang. Lepaskan aku dan beritahu kepadaku, mengapa engkau dapat mengalahkan aku. Padahal dulu engkau dengan mudahnya aku kalahkan.” Pintanya kepada Iblis.

            “Itu karena pada waktu yang pertama engkau marah karena Allah dan berniat demi kehidupan akhirat. Tetapi kini engkau marah karena kepentingan dunia, yaitu ingin uang dua dinar dariku. Jadi yang pertama aku kalah karena Allah membantumu. Dan sekarang aku dapat mengalahkanmu karena Allah tidak membantumu”, demikian urai Iblis tentang ikhlas.

Cukup menarik dan terkandung pelajaran yang amat dahsyat. Ada ketulusan, ada sogokan, ada kuat dan lemah. Allah memang maha kuasa untuk berbuat apapun. Subhanallah.

            Ikhlas itu menyucikan diri dari segala niat dan tujuan yang bukan karena Allah. Sehingga kedekatannya kepada Allah murni tanpa terkotori oleh riya, keinginan dipuji keinginan duniawi lainnya. Bahkan orang ikhlas rela untuk dimaki-maki, bahkan dibunuh sekalipun. Dia hanya berbuat karena Allah. Dan karena itulah Iblis bersumpah hanya akan mengibarkan bendera putih tanda menyerah kepada para Mukhlishin (orang-orang yang ikhlas).

            Orang ikhlas tidak sakit dalam penderitaan, baik fisik maupun mental. Orang ikhlas sangatlah sakti, seperti terurai dalam kisah di atas. Ini sudah sangat sering kami buktikan, betapa ikhlas memang sakti. Contoh sederhana saja. Ketika saya sedang masuk angin dan dikerik badan saya oleh istri, wow… sakit banget. Tetapi ketika kuda-kuda ikhlas kami pasang, hilanglah rasa sakit itu. Yang ada malah uenak tenan. Tidak percaya? Buktikan. Dan kalau sudah dibuktikan tidak berhasil juga, memang Anda perlu belajar serius untuk berbuat ikhlas. Karena sabar memang ada batas dan tingkatannya. Tetapi ikhlas tak terbatas. Ikhlas hanya menyentuh satu titik. Yaitu bertemu dan berbicara kepada Allah saja. Tidak kepada yang lain. Tidak pula terpengaruh oleh serangan. Serangan penyakit, pukulan, bahkan santet sekalipun.

            Untuk kelas seperti saya, aplikasi ikhlas sebisa saya hanya berusaha berbuat karena Allah meskipun kadang susah. Menurunkan standar keingianan dan cita-cita, hidup sesuai dengan kemampuan dan bukan keinginan, serta menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong adalah cara-cara menjadi ikhlas. Sementara guru kami memberikan pesan yang berulang-ulang agar melaksanakan tiga kalimat berikut.

            Tersenyum dalam kesedihan, tenang dalam kesenangan dan sopan dalam kemarahan. Tersenyum dalam kesedihan karena bila Allah sudah mau, tak seorang pun bisa menghalangi. Dan sebaliknya kalau Allah tidak mau, meskipun  semua makhluk berkumpul untuk mengusahakannya, niscaya tidak akan mampu mengegolkannya. Tenang dalam kesenangan diartikan sebagai mencari sasaran untuk sadaqah dan amal shaleh kita ketika mendapatkan nikmat dari Allah. Sedangkan sopan dalam kemarahan menghitung dengan benar ketika hendak ber’amar ma’ruf nahi mungkar.  Tentu kata kuncinya hanya satu. Yaitu ikhlas karena Allah dan bukan karena yang lain. Karena memang ikhlas sangat sakti.

            Saya mengajak diri saya sendiri dan pembaca yang mulia. Mari gunakan ketiga kalimat tersebut, dan buktikan akan kesaktiannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Setelah itu, insya Allah, katanya kita akan ditempatkan pada derajat yang tinggi serta tidak akan memurkai-Nya ketika Dia membinasakan orang-orang yang dimurkai-Nya. Amin

0 komentar: