Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Mei 2014

Selamanya berbuat baik

  Shbt, jika Anda merasa ada seseorang atau kelompok yg mendholimi Anda, jangan jadikan hal itu sbg alasan untuk Anda berbuat dholim juga. Teruslah berbuat baik meski semua orang berbuat jahat dan dholim. Dapatkan hakikat syurga yang adalah rasa nikmat dan kepuasan dalam berbuat baik. Jangan pula Anda batasi perbuatan baik itu hanya pd beberapa orang, tp kepada siapa saja tekadkan untuk berbuat baik sesuai dg porsinya. Selamat menjadi 24 karat

Rabu, 07 Mei 2014

semuanya baik, demi mendekatkan diri pada Allah

  Shbt, jgn menyesal atas pilihan yg tlh diambil. Semua pasti ada risikonya. Seburuk apapun kondisinya ia akan mengantarkan kita pd ilmu, pengalaman kedekatan dg Allah. Dari sana intuisi akan semakin tajam atas kekayaan jiwa yg tertabung slm ini. Teruslah berjuang n fokus pd pencapaian2 program dg militansi yg tinggi. Allah akan memberi penghargaan pd proses itu n mengabulkan cita2 n harapan Anda. Ucap syukur, nikmati semuanya, n tebar senyum ke alam raya. Wow, betapa indahnya bersyukur. Memang kita harus bisa bertahan dlm kebaikan dan pasti akan berTuhan. Buku Menguak Kehidupan Islam di Bali (MKIB) msh tersedia

jangan bergantung pd keajaiban tetapi kpd Allah saja

  Sahabat, percayalah pd keajaiban tetapi jangan bergantung kepadanya. Mengapa dunia ini tetap nisbi dan terus menjadi misteri? Karena kita disuruh bergantung pd Allah setelah upaya maksimal. Intinya, setelah kecerdasan kita tdk cukup menyelesaikan masalah, serahkan saja kepada kecerdasan Allah. But whatever harus tetap bersyukur dan tdk mencari kambing hitam. Selamat menjadi 24 karat

Bahagiakan, minimum satu orang

    Shbt, jika Anda membuat seseorang bahagia hari ini, Anda juga membuat dia berbahagia sepuluh atau dua puluh atau sekian tahun lagi, saat ia mengenang peristiwa itu? Tunggu apa lagi? Perbanyak tabungan ini, niscaya Anda bukan hanya bahagia juga tetapi sehat. Selamat menjadi 24 karat

Sabtu, 12 April 2014

Zaenal Sania : Datangi Hati-hati Manusia (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB karya Moeslih Rosyid)



Mengenai saya :
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh… Saya ini sebenarnya tidak suka dengan hal-hal yang berbau mejeng atau apalah namanya yang memunculkan wajah di muka umum. Saya hanya ingin berusaha untuk melayani dan tidak dilayani. Semoga Allah memampukan saya untuk melakukannya.
Kalau tentang saya, saya ini lahir di Enrekang, 4 Januari 1963. Enrekang itu bisa ditempuh sekitar 5 sampai 7 jam dari Makasar Sulawesi Selatan yang dulu bernama
Ujung Pandang. Saya ke Bali ini tahun 1987 untuk menjumpai sahabat. Saya pikir waktu itu Bali merupakan destinasi orang asing, sehingga dalam pikiran saya ‘pasti ada bisnis yang bisa dijalankan di Bali.’

Tahun 1983-1985 saya pernah kerja di Project Kelok Pusri pertama di Bontang Kaltim. 1985-1986 selama dua tahun kerja di Karawang Multi Project. Ini perusahaan Thailand. Saya ke Bali membuka konsultan toko. Selain itu saya juga kerja di bar. Saya orangnya tidak mau diam, jadi ya gitu deh, semuanya saya jalani.

1987 saya mendirikan perusahaaan garmen bersama orang Amerika. Jadi saya ekspor produk batik ke Amerika tahun 1988 sampai 1993. Tujuannya New york dan Wasington. Karyawan saya sebagian orang asing. Dia bertugas sebagai designer di CV Karma milik saya itu. Sebagian besar karyawan saya tukang batik Pekalongan. Namun saat itu saya sadar bahwa bisnis seperti itu tidak akan lama karena bahan kimianya akan merusak air. Orang Amerika tidak mau yang demikian.

Sambil menyelam minum air, saya juga mendirikan kargo dengan nama SASJO Kargo. Jadi tahun 1990-an saya bergerak di bidang garmen dan kargo. Kalau kargo ini sebenarnya hanya pendamping untuk pengiriman produksi kami. Daripada diberikan kepada orang lain, mending sendiri, betul?

Belajar dari kerugian
Dari situ lalu saya matang di dunia kargo dan garmen. Bayangkan 75.000 pcs harus terkirim selama 4 bulan. Kalau terlambat dicancel dan mereka tidak mau bayar. Apa tidak stress. Untung saya orangnya suka dengan pekerjaan yang mengadu adrenalin. Jadi saat ditipu orang Brazil sebanyak dua container Alhamdulillah masih bisa beridiri. Lumayan kerugiannya sekitar 300 ribu Usd atau setara dengan 3 M kalau sekarang.

Seiring dengan kerugian itu Ayah saya meninggal dunia. Untung ada sahabat saya anaknya Pak Fuad Hasan, namanya DR Rusdi Ambodale alumni Mesir. Beliaulah yang menggantikan mendiang Shopan Sopian di DPRRI.

“Antum baru dicubit oleh Allah, jadi jangan stress. Memangnya antum membawa apa sebelumnya?,” demikian kata beliau kepada saya yang membuat saya sedikit tegar. So, saya putuskan untuk banting stir bisnis saya. Mesin dan tanah saya jual dan menyisakan toko dan laundry-nya saja. ‘Ini pilihan dan saya harus memilih,’ pikir saya saat itu.

Jangan bayangkan yang aneh-aneh pikiran saya saat itu. Memang saya ketipu dan saya harus mencari solusi. Maka saya mulai sering bersilaturahim dan berkonsultasi dengan orang yang agamanya lebih dari saya. waktu itu ya Rusdi ini dan H. Syukron di Mushala Al-Hijriah Gunung Sanghyang.

Tetapi Pembaca jangan ngetawain saya ya? Umur 36 saya baru menikah. Maka setiap ketemu teman lama selalu dipesan agar segera menikah. Akhirnya atas kemurahan Allah, dapat juga saya seorang istri dari Blitar keturunan Singapore. Makanya tahun 1997 saya menikah.

Kepada ulama, layani saja, jangan pakai logika
Bisnis yang benar-benar saya pertahankan adalah laundry dan konsultan property. Saya belajar property sampai bisa menjadi seperti ini dari alam. Dan Mr Steward  warga Jerman yang adalah warga Australia banyak mengajari saya tentang hal ini. Selain itu saya juga belajar ke senior H Zaenal Tayeb.

Sejak saat itu saya terus dan terus ingin dekat dengan para ulama. Sampai saya mendapatkan sebuah prinsip yang bila diterapkan luar biasa. “Saya mau berhidmat dan tidak mau dihidmat,” Artinya, saya bersedia melayani dan tidak mau dilayani. Kepada siapa saja.

Ulama, hikmad saja, santuni saja dan jangan berdebat dengan ulama. Nanti Allah yang akan membalasnya.

Tahun 1998 saat Pak Soeharto lengser, bisnis property di Bali booming. Disitulah saya memberikan jatah kepada orang alim dan yatim piatu. Hasilnya sungguh luar biasa. Allah memang kaya.

Tahun 2001 saya join dengan Mr Angus dari Inggris, maka berdirilah House of Bali yang disingkat HOB.  Kami menangani Bali dan Thailand. Dan tahun 2003 dengan alasan ingin lebih berkembang lagi, Mr Angus ingin memisahkan diri dari kamia. Maka saya setujui dan dia mendirikan EXOTIC dan saya masih tetap HOB sampai sekarang (tahun 2013, red).

Da’wah di dalam kafe
Yang mungkin dinilai orang aneh adalah saat saya punya café Banjar Seme yang setiap bulan rugi 20 jutaan. Insya Allah saat itu kami adalah satu-satunya café yang tidak menjal minuman beralkohol. Namun agar semakin berkah saya memang harus berhijrah. Jadi café itu saya tutup.

Disinilah kebesaran Allah saya temui. Datang orang New Zealand. Mustahil hal ini terjadi, pasaran waktu itu Rp 35 juta per tahun dan dia berani membayar saya Rp 95 juta per tahun. So, kalau kita konsen di jalan Allah insya Allah banyak keajaiban.

Memang di perusahaan saya, untuk  karyawan yang muslim belum boleh menyentuh kantor sebelum shalat dhuha terlebih dahulu. Dan karyawan semuanya mau dipotong gajinya 5% untuk zakat dan sedekah. Disana minimum satu kali diadakan majels ta’lim dalam sehari.
Kehidupan dan cara-cara islami terus berusaha kami bangun dalam usaha kami. Setidaknya inilah da’wah kecil yang bisa kami lakukan dalam pekerjaan kami. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-
Nya kepada kita semua.

Bali bagus untuk da’wah
Saat ini (tahun 2013, red) kami merambah ke Sumbawa, Sumba dan Labuhan bajo. Dalam bisnis property kami hunting tanah sambil mencari tahu ada berapa muslim di daerah itu. Saat kesana saya selalu meluangkan waktu satu sampai tiga hari bersama ta’mir masjid.

Rata-rata mereka mendapat honor Rp 900 ribu kata mereka. Dan kami ajak mereka datang ke masjid dengan menyediakan kopi di masjid. “Mari kita ngopi di masjid Pak, sudah kami siapkan dan kita bisa ngobrol-ngobrol disana,” demikian yang biasa kami lakukan. Alhamdulillah akhirnya orang pada mau datang ke masjid dan meramaikannya.

Tentang Bali, saya sudah kemana-mana dan Bali adalah tempat yang bagus untuk da’wah. Orang Bali sangat welcome dengan pendatang. Sehingga kejadian bom Bali itu tidak mengakibatkan kita menderita seperti di Sampit dan daerah lain yang sangat rawan SARA. Di Bali, islam sebagai rahmatan lil alamin benar-benar terasa dan bukan hanya simbol.

Saya di Canggu, tinggal di tengah sawah dan bebas berda’wah. Raja-raja kecil kalau di rumah dihormati orang sehingga bisa berhikmad kepada orang non muslim. Kalau Galungan dan Kuningan saya membantu mereka. Kitalah yang mewarnai dan bukan dipengaruhi. Sampai saya dikritik saudara saya “Pak Slamet” namanya. Katanya haram saya menyumbang mereka. Tetapi saya tidak peduli. Saya tinggal disini dan harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar saya. saya tidak mau menjadi parasit. Keberadaan saya harus menjadi rahmat bagi mereka.

Sambil duduk-duduk di Banjar, saya ajari anak-anak untuk berbisnis, bekerja dan lainnya. Saya selalu menekankan kepada pemuda-pemuda disana “How to start if You don’t have skill.”  Karena saya praktisi dan bukan dosen maka mereka senang dengan penjelasan saya.

Dalam da’wah itu ada yang disebut dengan innercycle da’wah. Jadi jangan sekali-sekali tidak merespek orang yang lahir di Bali. Mereka yang menghibur turis, kita yang cari uang. sebenarnya untuk menghilangkan kesan pendatang yang oleh orang Bali disebut dengan Nak Jaba, mudah lho… ikram dia, layani dia dan jangan bilang saya asli mana asli mana. Katakan saya orang Indonesia lahir di Makasar dan numpang di Bali.

Mindset di Amerika, orang yang tidak putih selain giginya, mereka mengatakan, “I am American,” saat ditanya where are from? Dari mana asalmu, mereka dengan tegas mengatakan saya dari Amerika hmmmm…  cinta tanah air benar-benar mendarah daging pada mereka. Jadi mari kita mulai dengan mengatakan, “saya orang Indonesia.”

Untuk keberkahan, datangi hati-hati manusia
Negeri kita perlu dihikmad kalau tidak mau mendapat bala. Caranya dengan mendatangi hati-hati manusia, datangi pint-pintu rumah mereka di seluruh alam. Jangan hanya berkoar-koar di mimbar saja. Mahabah tertinggi adalah mahabah yang tanpa pamrih. Sebagaimana matahari menyinari bumi tanpa berharap apa-apa. Puncak kebahagiaan adalah saat kita bisa berkhikmad kepada orang lain, bukan saat mendapat banyak harta. Bahagia adalah saat memberi dan bukan saat menerima.

Ini tentang anak-anak saya, saya ingin berbuat seperti para sahabat.  Usia sekolah dasar memang mereka bersama kami, namun setelah lulus SD, saya usir mereka. Mereka harus merantau. Sukses anak-anak sahabat karena ditinggalkan. Ibunya berda’wah dan anak-anaknya matang. Saya ini laki-laki yang suka pergi. Tujuannya dua, da’wah dan bisnis. Ini yang dilakukan Rasulullah sebelum menjadi Rasul.

Maka say terus berusaha untuk bisa mendatangi hati-hati manusia sebisa mungkin. Siapa tahu dengan upaya kecil ini bukan saja saya yang tentu saja akan beruntung, tetapi semoga orang lain turut menikmatinya. Minimal mereka mendapat hidayah Allah.

Libatkan Allah dalam segala urusan
Jika untuk Allah, jangan terlalu banyak mikir, “deal done” lakukan. Istikharah bukan disini tempatnya. Istikharah untuk perbandingan dua hal dan kita akan memilihnya. Jadi deal dan selesaikan. Kalau ada orang butuh bantuan, jangan dilihat siapa dia, lakukan. Jangan sampai ada orang kecelakaan, dilihat agamanya apa. Subhanallah, benar-benar tidak punya peri kemanusiaan kalau ini yang dilakukan.

Penda’wah itu energinya tidak ada habisnya. Tidak pernah putus tenaga, pikiran dan hartanya untuk Alah. Dan Allah yang akan ngecas dirinya dengan berbagai kecukupan. Bantu Allah dan islam, datang ke hati-hati manusia. Dimana? Yaitu anak yatim, pesantren, masjid-masjid dan tempat-tempat yang Allah ada disana, orang miskin.

Dalam bisnis atau dalam hal apapun, ketika sudah melibatkan Allah di dalamnya, maka dijamin akan sukses. Bisnis property misalnya, impian itu penting, tetapi hanya akan ada bila ada kehendak Allah. Kalau hanya membantu muslim saja tidak cukup yang kita lakukan, tetapi membantu semua makhluk baru namanya rahmatan lil alamin.

Rasul kirim sahabat ke daerah-daerah  dan mereka sukses bukan karena kehebatannya, tetapi karena keberkahannya. Tugas kita sekarang bagaimana hidup ini menjadi berkah dan bukan sekadar yang nampak di mata manusia. Semuanya harus didasari niat, setting, loby dan kedekatan pada Allah.

Tangisan di malam hari bisa hilangkan berbagai penyakit
Untuk Pembaca, pesan saya juga untuk diri saya sendiri, “jangan pernah menggurui orang, tetapi harus siap melayani mereka.”  Memberi sudah tidak bisa dilakukan lagi ketika sudah meninggal. Jangan mau diladeni tetapi meladeni.”

Saya ingin melayani dan tidak mau dilayani. Saya tidak ingin diangkat di atas podium dunia, tetapi nanti saja diangkat di akhirat. Demikian mau saya dan saya terus berusaha melakukannya.

Ini sangat penting untuk bisa kita lakukan. Dan kalau belum bisa, mari terus belajar dan berusaha untuk bisa mencapainya. “Menangis di malam hari, bisa menghilangkan berbagai penyakit. Toksin air mata tengah malam bisa membuat kita sehat jasmani dan rohani, sehat lahir batin dan keuangan,”

Air mata kita yang keluar usai shalat tahajud, nilai sangat tinggi dan member manfaat bukan saja bagi jiwa, tetapi juga fisik kita. Dengan ibadah sunah itu, bukan saja jiwa kita yang kuat, tetapi badan kita insya Allah akan semakin sehat. Semoga uraian sederhana ini bisa member manfaat bagi saya khususnya dan Pembaca pada umumnya. Amin…

@@@@@@@

Drs Bambang Santoso : Ingin Hidup mulia dan Bahagia, Datangi Masjid (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB)



Ulul albab memaksimalkan fungsi otak
Bismillah, alhamdu lillah, semoga apapun yang kita lakukan muaranya adalah ridha Allah Swt. Sebagai manusia yang merupakan makhluk paling sempurna yang dikaruniai bukan hanya jasmani yang demikian harmoni juga kemampuan akal yang demikian tinggi. Dalam bahasa Qur’an, bagi mereka yang bisa mengoptimalkan fungsinya dikelompokkan sebagai ulul albab. Ulul albab yang bermakna memiliki otak dan dimaksimalkan fungsinya. Hal ini sesuai dengan sebuah ayat yang menjadi favorit Rasulullah Saw selalu baca dalam shalat malam. Ayat tersebut adalah Qs Al Imron : 190-200.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, ( Qs Al Imron : 190) dan seterusnya….
Konsideran dari Al Imran : 190 adalah Al Baqarah : 152 sebagai berikut :

Fadzkuruni adzkurukum, wasykuru li wala takfuruun,”  Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Jadi orang yang berfikir, ulul albab pada akhirnya adalah orang yang pandai bersyukur. Jika bersyukur akan ditambah nikmatnya, sebaliknya jika ingkar, maka siksa Allah amatlah pedih.



Belajar  dari masjid untuk tegakkan islam
Kalau kita melihat dunia sekarang yang jumlah penduduknya hampir 7 milyard. Dari 7 milyar itu 1,8 milyar diantaranya adalah umat islam. Khusus di Indonesia, sensus 2010 jumlah kita sudah sampai 236 juta penduduk. Dari jumlah itu umat islam kurang lebih 200 juta. Ketika diteliti lebih jauh, ternyata yang memiliki AlQur’an dirumahnya hanya 15%.

Artiya hanya 30 juta orang islam yang di rumahnya ada Qur’an. Dan dari 30 juta muslim yang punya Qur’an itu, ternyata yang bias membaca dengan baik dan mengkhatamkannya hanya 2%. Kemudian jumlah masjid di Indonesia sebanyak 863.000 ini data dari Kementrian Agama 2011. Bahkan menurut Lembaga Ta’mir NU jumlahnya ada 1.070.000 masjid se Indonesia.

Namun dari jumlah yang besar tersebut, setelah diteliti ternyata yang berfungsi sebagaimana masjid sebagaimana yang dilaporkan oleh Direktur Pemberdayaan Zakat Bpk DR Rohadi Abdul Fattah, ketika meluncurkan gerakan maghrib mengaji bersama, ternyata hanya 10,1% yang berfungsi sebagaimana masjid dan kalau diteliti lagi, yang 10,1% ini pun yang meramaikan adalah orang-orang yang usianya sudah ashar menjelang maghrib.

Dengan kondisi ini, bagaimana mungkin membangun peradaban yang lebih beradab diatas pilar ilmu yang kokoh dan otoritas keulamaan yang mengakar kuat. Bagaimana mungkin pula, muncul pemimpin-pemimpin yang memiliki visi jihad dan beroreontasi hidup ke akhiratan. Karena umat sudah jauh dari masjid bahkan jauh dari Qur’an. Kalau kita lihat, proses demokrasi yang ada di Indonesia ini sejujurnya sudah sangat jauh dari semangat UUD 1945 dan falsafah Pancasila. Lihat saja, dalam setiap proses demokrasi, yang menang PEMILU dia menang, karena dia tenar atau terkenal walaupun cacat moral. Dia menang karena dia kaya walaupun sebenarnya seorang koruptor. Dan lebih menjijikkan lagi dia menang dalam PEMILU walaupun menangnya itu dengan cara yang culas.

Kalau arah cara pemilihan pemimpin seperti ini, sungguh sangat jauh dari cita-cita para pendiri bangsa ini. Dan cara yang terbaik adalah kembali ke masjid. Karena di masjidlah peradaban dimulai dan dibangun.

Sebagai contoh inspiratifnya adalah Usamah bin Zaid r.a yang dalam usia 17 tahun sudah ditunjuk dan dipilih Nabi menjadi panglima perang memimpin ribuan pasukan.  Beliau dididik dan besar di masjid. Begitu juga Thariq bin Ziyad, Tuanku Imam Bonjol, sampai Pengeran Diponegoro, mereka adalah orang-orang yang besar dan dididik di masjid.

Sebagaimana di Padang Sumatera Barat, ketika adat syara’ basandi. Syara basandi  bi kitabullah dan nagari dibudayakan, disana lahir banyak ulama dan pahlawan negeri. Hal ini karena orang yang terdidik di masjid insya Allah, Allah akan tanamkan rasa bagaimanaislam ini didakwahkan dan syariat ini ditegakkan. Dan tentu muaranya adalah rahmatan lil alamiin…

Sayangnya banyak muslim, dia shalat, puasa, zakat, haji, bahkan umroh berkali-kali, di dalam hatinya tidak ada misi bagaimana islam didakwahkan. Begitu juga banyak tokoh islam, dia kaya, kuat, terkenal, mempunyai jabatan, bahkan dia menjabat pun konstituennya adalah orang islam. Tetapi di dalam dirinya tidak ada visi bagaimana syariat islam ditegakkan. Rasulullah Saw tidak ajarkan ini, dan islam tidak akan berkembang dengan orang-orang semacam ini. Sebenarnya mereka hanyalah partisipan islam.

Banyak ormas islam, mereka sangat bagus dalam visi dan misi, tetapi payah dalam strategi organisasi, mamajemen, dan leadership. Ini kelemahan umum ormas islam. Sebagaimana kata seorang mujahid, “mudah membangun rumah tetapi sangat sulit membangun rumah tangga, mudah membangun organisasi tetapi sangat sulit membangun tim.”  Dan solusi semua itu adalah dating ke masjid. Karena disana sebuah tata aturan sosial diajarkan.

Peran Jamaah Haji terhadap Kemerdekaan sangat besar
Kemerdekaan Republik Indonesia tidak terlepas dari kerja keras dari jamaah haji Indonesia (para hujaj). Entah beliau sengaja atau tidak yang jelas dengan melihat dunia luar, cara pandang mereka berubah. Dan dari perubahan itulah terbangun visi jihad dan hidup berorientasi keakhiratan yang muaranya adalah bagaimana kita terlepas dari penjajahan.

Kuota jamaah haji Indonesia yang demikian besar. Bahkan terbesar di dunia, bukan gambaran dari kekuatan islam, karena sesungguhnya kekuatan islam adalah al ‘amal al islam al jama’i. inilah sebenarnya kekuatan islam yang beramal dengan berjamaah.

Dalam konteks kekuasaan, menurut theologinya, kekuasaan itu harus direbut, bukan diminta atau ditunggu. Apalagi kalau kekuasaan itu berada di tangan si dholim. Sebagaimana yang dilakukan para pandir. Dan ingat, yang bakal berkuasa adalah yang ditolong  olehAllah bukan yang menang kontes. Dalam konteks inilah, jamaah haji Indonesia, yang seharusnya menjadi contoh terdepan sebagai pelaku perubahan, sebagaimana salah satu dari tujuan berhaji adalah bagaimana menebarkan kebaikan seluas-luasnya.

Sayangnya para hujaj itu mendatangi ka’bah yang mempunyai nama lain “albaitul ‘atiq,” rumah perubahan, mereka sudah di depan pintu ka’bah, tetapi tidak bertemu dengan tuan rumahnya.

Sebagian besar agendanya bukan karena Allah tetapi bisnis dan yang lainnya. Doanya pun ingin digoalkan bisnisnya dan bukan ingin mencapai derajat takwa. Padahal sudah jelas kita disuruh berbekal untuk berhaji, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Jika demikian ridha Allah akan sangat dekat dan bukan sebaliknya.

Saya tidak menyalahkan siapa-siapa tetapi ini pekerjaan rumah kita untuk menjadi lebih baik. Maka dari masjid saya terus menyuarakan untuk kebaikan diri saya sendiri maupun umat islam. Peran masjid sangat besar dalam merealisasikan cita-cita tadi. Karena masjid adalah rumahnya orang-orang yang bertakwa,  bahkan Allah menjaminkan diri-Nya, “barangsiapa yang menjadikan masjid sebagai rumahnya.”

Hidup ini seperti menggerot sebuah pensil.  Tentu saja dengan melakukannya bertujuan agar tulisan menjadi indah. Gerotlah pensil Anda sampai habis batangnya sehingga yang tersisa adalah tulisan yang indah.

Kembali tentang masjid dan saya perlu memohon maaf kepada semuanya karena semua hal selalu saya kaitkan dengan masjid. Hal ini tentu saja saya secara pribadi dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw bahwa masjid harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dan gerakan ini harus dilakukan secara besar-besaran dan masiv. Karenanya saya sebagai ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) berpesan agar setiap masjid bukan hanya fisik sarana dan prasarana yang diptimalkan tetapi pengurus-pengurusnya juga sangat perlu ditingkatan kemampuan dalam manajemen dan keilmuannya.

Tentang DPD
Mohon ini disimak untuk saudara-saudara saya yang beragama islam. Ini sangat penting karena keterwakilan kita sebagai muslim dipertaruhkan disana. Karena tidak ada keadilan tanpa keterwakilan.

Sebagian orang marah dan benci itu sering disebabkan karena tidak paham dan tidak tahu. Dengan adanya keterwakilan kita di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) maka suara yang benar akan terdengar oleh semua orang. Sehingga informasinya tidak bias dan kemana-mana. Kalau toh kita sekarang memperjuangkan untuk memenangkan seorang tokoh yang telah kita sepakati (Drs. H. Masrur Makmur, M.Pdi) untuk menjadi wakil kita di DPD Bali, sesunguhnya bukan memperjuangkan dan memenangkan ansyikh Masrur Makmur pribadinya tetapi hakikatnya adalah memperjuangkan ‘izzah dan muru’ah umat islam.

Hidup yang bermakna, bersyukur sepanjang waktu
Saya setiap bertugas menjadi khotib, sebelum semuanya, saya berpesan kepada diri sendiri dan jamaah seperti ini : “Hadirin jamaah Jumat rahima kumullah, sungguh beruntung kita bisa mendatangi shalat Jum’at. Mengikuti jamuan Allah. Akan berlipat ganda sekaligus menjadi nikmat yang luar biasa apabila sepulang dari shalat Jum’at, ketaatan dan volume daya rasa taat kepada Allah terbawa ke dalam kehidupan nyata kita sehari-hari. Namun bila sebaliknya yang terjadi, maka gagallah ibadah jum’at ini.”

Pembaca, ciri ilmu yang berkah itu antara lain : (1) ketika ada berita surga dia bahagia dan sulit beristirahat karena rasa syukur yang tinggi. Seperti Rasulullah yang sudah ma’sum dan dijamin dengan surga dan segala bentuk kenimkatan dari Allah, beliau masih tetap shalat malam sampai kakinya bengkak. Hal ini ditanya oleh siti Aisyah. Lalu jawaban beliau, “Aisyah, memang benar, tetapi tidak bolehkah aku menjadi hamba yang  bersyukur? Subhanallah… semoga kita bisa melakukan hal yang demikian.

(2) ketika ada berita tentang neraka, ketakutannya bertambah-tambah. Sehingga dia selalu memohon ampun kepada Allah dan sulit tidur. Jadi sulit tidur bukan karena mikir hutang tetapi karena takut kepada Allah Swt.

Suhaib bin Sinan Ar Rummy r.a yang menadi asbab turunnya turunnya Qs Al Baqarah : 207 untuk dicontoh umat islam. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Pesan saya untuk umat islam seluruh dunia, “Jika Anda ingin hidup mulia di dunia dan bahagia dunia akhirat, maka jadikan masjid sebagai rumah Anda.”

Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi diri saya khususnya dan Pembaca pada umumnya. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabaraakuh.

@@@@@@@

KH Abdullah Ihsan : Bukan yang digoreng tetapi penggorengannya (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB)



Islam di Bali
Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallah, Allahu akbar.. tahun 1999 saya masuk Bali untuk ditugasi megang Hidayatullah. Semoga semuanya berjalan sesuai dengan harapan semua pihak. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari cita-cita saya yang mulai saya perjuangkan sejak 1987 dengan bergabung di Hidayatullah Surabaya. Tujuannya minimal berusaha untuk bisa mengakomodasi potensi pemuda pemudi islam.
Bali sungguh luar biasa. Di Bali kesibukan da’wah jauh lebih besar daripada di tempat lain. Hal ini bukan karena muslim di Bali minoritas, bukan melulu itu saja. Muslim di Bali sangat “agresif” yang sangat positif. Bukan agresif menyerang atau ingin membunuhi orang-orang kafir. Naudzubillah sama sekali tidak seperti itu. Semangat orang islam di Bali untuk terus belajar sangat tinggi.
Keberislaman kita di Bali dan di luar Bali sangat jauh di negeri ini. Ketika di Jawa atau di tanah kelahiran Pembaca mungkin akan biasa-biasa saja atau cenderung malas, tetapi di Bali, sungguh luar biasa. Orang yang biasanya tidak shalat di masjid, saat di Bali shalatnya di masjid. Orang yang saat di kampung halamannya jauh dengan islam, saat di Bali menjadi rajin bahkan menjadi aktivis. Insya Allah Bali adalah salah satu sumber hidayah Allah Swt.
Rejeki anak sudah dijamin Allah
Saya ditanya oleh tim redaksi buku ini, mengapa kok anak saya banyak. Lebih dari itu sebagian besar anak saya yang perempuan sudah saya nikahkan saat masih di bangku kuliah. Sehingga fakta ini sempat membuat puyeng mereka (tim redaksi, red).
Yang jelas setiap jiwa, setiap yang lahir sudah dijamin rejekinya oleh Allah Swt. Dan saya memang benar-benar KB. KB saya adalah Keluarga Besar. Saya punya 10 anak dan tiga orang perempuannya sudah saya nikahkan sejak kuliah. Alasannya adalah agar yang menjaga mereka di jalan dan di kampus adalah suaminya. Selain terhindar dari dosa, insya Allah mereka bisa saling mendukung untuk mencapai cita-citanya. Dan Alhamdulillah hasilnya juga demikian..
Rejeki sudah diatur oleh Allah. Setiap jiwa sudah dijamin rejekinya oleh Allah. Tinggal kita saja apakah yakin dengan janji Allah atau tidak. Semakin seseorang yakin pada sesuatu, maka sesuatu itu akan bekerja untuknya. Apalagi Allah. Saat kita yakin dengan segala sesuatu tentang-Nya, maka dia akan bekerja untuk kita.
Perluasan lahan dengan pinjaman bank
Hidayatullah Bali yang sebelum Timor Timur memisahkan diri, wilayah kami sampai disana. Dan luar biasanya Bali, dengan luas tanah yang dimiliki Hdayatullah periode Ustadz Ahmad Umar tahun 1994 sd 2000 masih 450 M2, sekarang sudah 4.000 M2 lebih. Insya Allah tahun depan (2014,red)  akan membuka cabang di Jembrana dengan lahan seluar 10 kektar. Itu kampus yang akan mencoba untuk memberitahu umat tentang contoh peradaban islam. Ini sedang mencari meskipun tidak punya uang, kami yakin bisa. Insya Allah mohon doanya, karena tanpa dukungan semua pihak, tidak akan bisa jalan program kami.
Anda bertanya-tanya kan, bagaimana kami mendapatkannya? Bukan dari sumbangan, hibah atau sejenisnya, semuanya kami dapatkan dengan swadaya. Ya sudah barang tentu semuanya atas izin dari Allah Swt yang Maha Memberi.
Kami mendapatkan penambahan lahan dan bangunan bekerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Ya, kami mencicil setiap bulan. Dan ternyata sebentar lagi semuanya sudah akan lunas dalam setahun lebih ini.
Tidak setuju dengan cara kami?  Membangun pesantren kok pakai pinjam bank? Wallahu a’lam, kami meyakini bahwa perbedaan antara bank syariah dengan konvensional itu pada akadnya, perjanjiannya.  Jadi bisa jadi kami dalam bahasa umum dianggap membayar bunga yang diidentikkan dengan rentenir, tetapi tidak, kami membayar bagi hasil. Sebenarnya bukan masalah bunga atau bagi hasilnya, bukan nominalnya, tetapi lebih kepada proses, sistem dan mengolahnya menggunakan cara apa. Itu saja. Insya Allah baik. Buktinya MUI dan pusat tidak menyalahkan cara kami ini, mereka setuju dengan cara kami.
Jadi sekali lagi orientasinya bukan pada murahnya, tetapi barokahnya. Bukan yang digoreng, tetapi pengorengannya itu lho..
Pembaca bertanya lagi, dari mana uang untuk mengangsur? Jujur kami membayar ansuran bank tadi dari beberapa sumber. Antara lain uang SPP, uang gedung, beberapa donator dan pengalian umum. Syukurlah Allah terus memudahkan kami. Semoga ini bisa seterusnya dan Pembaca pun mendapatkan kemudahan yang lebih untuk urusan mendekatkan diri kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Amin.
Tentang kegiatan Pesantren Alhidayah
Pesantren kami sekarang mendidik 800-an santri dari TK sampai Madrasah Aliyah (MA). Diantara mereka ada yang mukim (tinggal di pesantren) 70 orang. Sebagian besar dari MA dan sedikit yang dari MTs (sederajat dengan SMP). 
Disini bukan sekolah penghafal Qur’an  (hafidh) tetapi kami mewajibkan santri untuk hafal Qur’an. Setidaknya syarat bisa lulus dari sini kalau SD harus hafal Juz Amma. Untuk lulus MTS minimum harus hafal 2 juz dan MA minimum 3 juz. Dan kabar baiknya, dengan target minimum seperti itu ternyata anak-anak hampir semuanya menghafal jauh lebih banyak daripada target. Bahkan ada yang hafal 30 juz, Alhamdulillah.
Ohya, untuk santri yang di tingkat MA target kami atau orientasi kami adalah sebagai kader. Karena sebelum mereka lulus, sudah banyak perguruan tinggi yang sudah mengantri ingin memberikan beasiswa. yang akan memberi beasiswa itu antara lain  STI Syariah…., IAIN Sunan Ampel, IAIN yogyakarta Dll
Saya pun sebenarnya punya cita-cita pribadi untuk diri dan keluarga saya. (1) Semoga anak-anak, maksudnya bukan saja anak kandung saya tetapi juga semua santri, bisa menjadi mujahid da’wah. Profesi boleh menjadi macem-macem, tetapi harus berda’wah di bidangnya. Minimal da’wah bil hal, selanjutnya bi lisan dan semua cara ditempuh untuk da’wah. (2) Saya juga mendambakan semua alumnus atau yang masih belajar disini dan muslim pada umumnya professional semuanya. Kita membangun peradaban pada seluruh unsur kebutuhan manusia. Ini cita-cita besar kita. Jadi semua kebutuhan umat bisa dicukupi dengan ini. (3) Selanjutnya tentu saja tegaknya kalimah Allah. Bom bukan cara kita, sekali lagi naudzubillah untuk cara-cara kekerasan seperti itu. Kta menggunakan cara Rasulullah Saw yang damai dan santun.
Statemen tokoh yang menyulitkan
Masih terlalu pahit terasa, saat seorang tokoh nasional mambuat statemen bahwa agama Bu Megawati tidak jelas saja, pesantren kami hampir berhasil dibakar massa. Semoga muslim baik dari kalangan atas sampai bawah semakin paham akan maksud dari kalimat “rahmatan lil alamin” islam harus bermanfaat dan menjadi rahmat. Datangnya islam harus membawa kebahagiaan dan bukan bencana.
Salah satu peran kami di luar kan mendidik anak-anak baik secara formal maupun non formal. Kita juga sering mengangkat program-program sosial untuk kedamaian dan kerukunan. Dan tentu saja kerja bakti sangat sering kita lakukan di dalam masyarakat. Jadi saat Mas Muslih menanyakan kepada saya tentang bom Bali, saya jawab “no comment” saya tidak paham dengan pola pikir pelakunya.
Adapun bila ada desas desus bahwa muslim di Bali sedang melakukan islamisasi, itu tidak ada. Yang ada hanya da’wah. Islam adalah agama da’wah, tidak ada paksaan dan kalau ada yang benar-benar melakukan islamisasi itu sudah melanggar hak. Orang mau islam atau tidak itu urusan Allah. Kalau Allah tidak memberi hidayah, apapun yang dilakukan orang tak akan berhasil. Jadi terhadap semua hal yang terjadi dan terpaan isu, triknya dengan bersabar. Ya pasti bisa karena orientasi kami da’wah dan bukan profit. Kalau mau dihitung secara profit ya jelas gak nyucuk (tidak masuk).
Untuk muslim di Bali
Pesan saya untuk pembaca buku ini, utamanya yang muslim ya? Ada beberapa ini :
1.      Mohon orang islam jangan merasa  superior. Rasulullah mencontohkan semuanya dilakukan dengan cara damai dan menggunaka kedekatan pada Allah Swt.
2.      Kita harus akomodatif terhadap lingkungan. Dan sudah barang tentu tidak boleh larut utamanya dalam hal ibadah. Dalam hal sosial kemasyarakatan boleh saja dan memang harus mau bergaul. Jangan merasa eksklusif.
3.      Terjemahan rahmatan lil alamin itu “harish alaikum ma ‘anittum” peradaban yang tidak membuat orang sakit hati. Dan  ketiganya insya Allah akan diwujudkan di kampus percontohan peradaban islam. Rasulullah berhijrah itulah yang akan menjadi visi kita.
Saya juga punya harapan untuk saya dan umat islam. Kuntum khoira umatin, kalian adalah umat terbaik yang harus konsisten pada nilai-nilai islam. Kejujuran, konsisitensi, tidak munafik, istiqamah, dan akhlaqul karimah yang lain. Mengapa ada yang korupsi? Ya karena kekurangan yang ini. Memang memalukan yang korupsi di negeri ini justru sebagian besar orang islam. Betul kan? Makanya harus kembali konsisten pada nilai islam tadi.
Dengan sikap seperti di atas, itu sudah menjaga nama dan citra islam. Orang tidak terganggu dan siapapun yang melihat akan terpesona dengan sikap dan perilaku orang islam. Isyhad bi ana muslimuun, saksikan saya ini muslim dan saya akan berperilaku seperti Rasulullah Saw yang sangat santun dan damai. Harusnya demikian. Kalau ngebom dan membuat kekacauan itu menurut saya bukan muslim. Itu oknum saja. Atau ada yang ditumpangi.
Dan saya punya motto yang ingin saya tularkan kepada pembaca buku ini, “Nyatakan tiada ilah kecuali Allah pasti menang. Menang dunia akhirat. Caranya dengan sabar dan syukur.” Terima kasih dan mohon maaf bila ada yang salah. Wassalam..
@@@@@@@