Selama ini kita sering bertarung
tanpa melihat musuh kita. Padahal kita sudah yakin bahwa setan adalah musuh
yang nyata bagi kita. Bagaimana sebenarnya logika ini?. Orang kita tidak bisa
melihatnya kok dibilang musuh yang nyata.
1. Orang sering
salah dengan peran
Dalam
banyak ayat dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa setan adalah musuh yang
nyata bagi kita. Mengapa Allah mengatakan bahwa setan itu nyata, sementara kita
tidak bisa melihatnya. Secara harfiah yang disebut dengan nyata selama ini
hanya untuk sesuatu yang bisa dilihat
dengan mata, bisa diraba dan bisa dirasakan keberadaannya.
Bukan
Allah yang aneh, tetapi kitalah yang tidak mau berusaha untuk
menemukannya. Sama halnya kita membenci
Iblis secara membabi buta, sementara tugas Iblis memang seperti itu. Coba
pembaca ingat, atau kalau tidak suka dengan sinetronnya coba tanyakan kepada
orang yang menonton. Mengapa ada sebagian penonton yang membenci tokoh
‘Misyka’ pada sinetron ‘Cinta Fitri’
hanya karena dia mengambil peran antagonis. Bahkan ketika pemeran Misyke sedang
berada di luar aktingnya pun orang masih membencinya seperti yang telah diurai
di depan. Apa dia salah dengan berakting seperti itu. Tidak bukan?
Ada
lagi pada era tahun sembilanpuluhan, ada tokoh ‘Bu Subangun’ dalam sinetron
‘Rumah Masa Depan’ kalau saya tidak salah adalah termasuk yang tidak disukai
orang dengan pemerannya. Saya termasuk yang membencinya. Maklum anak masih SD,
jadi cepat terpengaruh. Mohon maaf ya bu? Ternyata cara saya ini salah. Ibu
hanya mengikuti skenario yang ada pada naskahnya. Bahkan bisa jadi honor tidak
akan dibayar kalau peran itu tidak dijalankan secara baik. Atau Sinetron itu
menjadi tidak enak ditonton kalau tidak ada yang antagonis.
2. Tidak adilkah Allah?
Dengan menjadikan
setan yang tidak kelihatan itu sebagai musuh yang nyata, bukan berarti Allah
tidak adil. Dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 2-5 Allah memberikan
kisi-kisi tentang musuh kita.
Predikat
takwa yang akan kita sasar sehingga bisa mengalahkan Iblis dan setan bawahannya
dicirikan pada penjelasan berikutnya. Yaitu (1) percaya kepada yang ghaib (2)
mendirikan shalat (3) menafkahkan sebagian hartanya (4) beriman kepada
kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur’an (5) yang yakin akan adanya
akhirat.
Nah,
agar kita tidak bertarung seperti ‘petinju di ring tinju melawan hantu’ mari
kita telusuri satu per satu kelima hal itu. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan
kita akan menjadi bulan-bulanan setan. Di ring tinju kita akan KO tanpa bisa
melihat musuh kita.
Syarat
pertama untuk memenangkan pertarungan adalah dengan percayai
kepada yang ghaib. Banyak hal yang ghaib di dunia ini. Selain Allah, malaikat,
surga, neraka, hari dan sejenisnya, ternyata manusia adalah juga ghaib.
0 komentar:
Posting Komentar