“setan itu memberikan
janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada diri
mereka. Padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka, selain tipuan
belaka,” (Qs An-Nisa : 120)
Dalam sebuah hadits
dijelaskan, bahwa sesungguhnya datanglah Iblis laknatullah, lalu duduk
didekat kepala seorang hamba yang sedang sakit keras, seraya berkata kepada
hamba itu : “Tinggalkan agamamu ini, dan katakana bahwa Tuhan itu ada dua,
sehingga kamu bisa selamat dari
kesakitan.”
Apabila terjadi
peristiwa seperti ini pada anak Adam, maka sesungguhnya suatu bahaya yang
sangat mengerikan dan suatu ketakutan yang amat besar. Untuk itu, menangislah
selalu karena bertaubat, merendahkan diri dihadapan Allah Ta’ala dan senantiasa
menghidupkan waktu malam, dengan memperbanyak ruku’ dan sujud, sehingga kamu selamat
dari siksaan Allah Ta’ala.
Ketika Abu Hanifah RA
ditanya : “Dosa manakah yang lebih dikhawatirkan bila Iblis merobekkan iman
seseorang?.” Lalu ia menjawab ; “Yaitu (1) meninggalkan syukur atas iman, dan (2)
meninggalkan rasa takut di akhir umurnya, serta (3) menganiaya orang lain.
Sesungguhnya orang yang melakukan tiga perkara ini dalam hatinya , pada umumnya
ia akan keluar dari dunia ini dalam keadaan kafir, kecuali orang yang menemukan
keberuntungan.
Dikatakan, sesungguhnya
yang paling mengenaskan bagi seseorang adalah, ketika ia sedang dalam naza,’ ia dalam keadaan haus dan
terbakar hatinya. Pada waktu itu, setan dan Iblis mendapatkan kesempatan untuk
melepaskan iman seorang hamba mukmin. Kerena merasa kehausan, maka kesempatan
Iblis untuk memberinya minum dengan air kekafiran.
Disebutkanlah, manakala
seorang hamba dalam keadaan naza’ (sakaratul maut), datanglah Iblis di dekat
kepalanya, dengan membawa semagkuk air kental. Lalu diperlihatkan mangkuk
berisi air kental itu kepada seorang yang
sedang naza’ itu. Maka berkatalah orang mukmin itu “Berilah aku air !”
Saat itu seorang mukmin
tidak mengetahui bahwa yang membawa air itu adalah Iblis laknatullah. Dan
berkatalah Iblis itu tadi kepada orang mukmin : “Katakanlah bahwa tidak ada
yang menciptakan alam ini, sehingga akan aku beri air ini kepadamu!.”
Jika orang ini termasuk
orang yang di takdirkan oleh Allah Ta’ala mendapatkan keberuntungan, maka ia
tidak akan memperdulikan perkataan setan itu. Kemudia Iblis itu datang kepada
orang mukmin tadi dari arah telapak kakinya, dengan memamerkan mangkuk itu
kepada orang mukmin. Lalu ia memohon, “Berikanlah aku air!. Iblis pun berkata
lagi” Katakan bahwa rasul itu seorang pembohong, sehingga aku akan memberikan
air ini!.” Jika orang tersebut ditakdirkan
untuk mendapatkan celaka, maka ia akan menuruti permintaan Iblis itu. Karena
sesungguhnya orang itu tidak sabar dengan kehausan dirinya. Maka keluarlah ia
dari dunia ini dengan kekafiran. Na’udzubillah min dzalik !
Adapun bagi orang-orang
yang mendapatkan keberuntungan, ia tidak akan memperdulikan sedikit pun ajakan
orang yang berada dihadapannya. Ia akan berfikir, siapakah sebenarnya yang ada
dihadapannya itu. Sebab tidak ada suatu apapun yang selalu mengajak kepada
kemungkaran, selain Iblis dan setan.
Dalam sebuah hikayat
diceritakan bahwa sesungguhnya Abu Zakariah adalah seorang yang zuhud. Ketika
ia sedang dalam keadaan sakratul maut (diambang ajal), datanglah
teman-temannya. Lalu teman-temannya itu mengajarkan kepadanya kalimah-kalimah thayibah
yaitu lafadz “Laa ilahi
haillallahu muhammadar rasulullah”
Akan tetapi ia memalingkan
wajah dari tema-temannya. Tidak sedikitpun kalimat thayibah itu
diucapkan. Lalu teman-temannya mengucapkan itu untuk kedua kalinya. Namun ia
tetap diam dan memalingkan wajah dari teman-temannya, yang membisikkan kalimah
tauhid itu. Ketika temannya mengajaknya untuk yang ketiga kalinya, justru Abu
Dzakariah yang sedang sakratul maut itu berkata : “Aku tidak akan mengucapkan
itu.” Sehingga teman-temannya menjadi bingung. Ketika Abu Zakariah telah
sembuh, setelah satu jam lamanya mengalami naza’ dan keadaannya
bertambah ringan, pelan-pelan ia membuka matanya dan berkata kepada
teman-temannya ; “Apakah kamu semua telah mengatakan sesuatu kepadaku?.” Mereka
menjawab ; “Ya, kami telah mengajarkannya kepadamu, kalimah syahadat tiga kali,
namun engkau berpaling dua kali. Dan yang ketiga kalinya, engkau
mengatakan : “Aku tidak akan
mengucapkannya!.”
Kemudian Abu Zakariah
bercerita : “Iblis telah datang kepadaku dengan membawa semangkuk air. Ia
berdiri disebelah kananku sambil menggerak-gerakkan mangkuk itu seraya berkata
kepadaku : “Apakah engkau membutuhkan air? katakanlah bahwa Isa itu anak Allah.
Lalu aku berpaling dari arah kakiku. Iblis mengulangi permintaannya lagi, dan
aku pun berpaling lagi. Untuk ketiga kalinya iblis berkata : “katakanlah, tidak
ada Tuhan. Maka aku menjawab perkataan Iblis itu, dengan ucapan “Tidak, aku
tidak akan mengucapkan itu”. Kemudian Iblis itu membanting mangkuknya di atas
bumi, lalu mundur dan berlari meninggalkanku.
“Aku ini menolak pada
iblis, bukan kepada kalian. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”. Tegas Abu Zakaria.
Sebuah hadits yang
diceritakan dari Man’shur bin Ammar. Ia berkata ; “Apabila telah dekat matinya
seorang hamba, maka terbagilah keadaannya menjadi lima bagian, yaitu : (1)
hartanya untuk ahli warisnya (2) Ruhnya untuk Malikat Maut (3) Dagingnya untuk
makanan ulat, dan tulangnya untuk tanah (4) Kebaikannya untuk musuhnya (5)
Kesempatan setan untuk imannya.
Kemudian ia berkata lagi :
“Bila ahli waris menghilangkan hartanya, adalah diizinkan. Kalau malaikat maut
mencabut nyawanya adalah diizinkan. Kalau
ulat dan cacing tanah memakan daging dan tulangnya adalah diizinkan.
Kalu musuh-musuhnya menghilangkan kebaikannya adalah diizinkan. Semoga imannnya
tidak hilang saat ia hendak mati. Sesungguhnya hilangnya iman berarti berpisah
dari agama. Sedangkan pisahnya ruh dari jasadnya, tidak sedikitpun memisahkannya dari Tuhan. Dan berpisahnya ruh
itu, tak seorang pun yang mengetahui
setelah pisahnya itu. Jika sampai
pisah iman dari hatinya, maka rugilah ia
dunia dan akhirat.”
Seorang mukmin pasti telah
mengetahui propaganda Iblis dalam menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan. Menilik
kisah diatas, ternyata Iblis tidak hanya menggoda seorang mukmin dikala mereka
masih sehat dan bisa berpikir saja. Namun Iblis juga terus memburunya sampai
diambang ajalnya. Bahkan ketika para manusia sedang mengalami sakratul maut itu,
setan dan Iblis melancarkan serangannya dengan gencarnya, untuk menyesatkan
manusia sesasat-sesatnya. Sebab di akhir hayatnya, ketika anak Adam sedang di
ambang kematiannya itulah yang merupakan final dari segala lakonnya di dunia.
Jika pada waktu itu setan dan Iblis laknatullah berhasil membawanya ke
dalam kekafiran dan kemurtadan, maka
rugilah anak Adam itu di dunia dan akhirat. Namun jika ia tetap berpegang teguh
pada agama sampai akhir hayatnya maka dialah hamba-hamba yang beruntung. Untuk
itulah perlunya seorang mukmin mawas diri. Sebab sekali terjerumus, ia akan
menjadi pengikut setan selama-lamanya.
Ingat, Iblis dan tentaranya
akan terus berjuang agar misinya berhasil. “Dan setan bermaksud menyesatkan
mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya,” (Qs An Nisa’ : 4)
Sehingga Nabi Ayyub As
sempat mengeluhkan dirinya. “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan
kepayahan dan siksaan.” (Qs Shad : 41)
0 komentar:
Posting Komentar