Rabu, 21 Desember 2011

1. Cara Iblis Merobek Iman Manusia (dari buku Iblis Guruku/IG karya Moeslih Rosyid)


setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada diri mereka. Padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka, selain tipuan belaka,” (Qs An-Nisa : 120)

Dalam sebuah hadits dijelaskan, bahwa sesungguhnya datanglah Iblis laknatullah, lalu duduk didekat kepala seorang hamba yang sedang sakit keras, seraya berkata kepada hamba itu : “Tinggalkan agamamu ini, dan katakana bahwa Tuhan itu ada dua, sehingga kamu bisa selamat dari  kesakitan.”

Apabila terjadi peristiwa seperti ini pada anak Adam, maka sesungguhnya suatu bahaya yang sangat mengerikan dan suatu ketakutan yang amat besar. Untuk itu, menangislah selalu karena bertaubat, merendahkan diri dihadapan Allah Ta’ala dan senantiasa menghidupkan waktu malam, dengan memperbanyak ruku’ dan sujud, sehingga kamu selamat dari siksaan Allah Ta’ala.

Ketika Abu Hanifah RA ditanya : “Dosa manakah yang lebih dikhawatirkan bila Iblis merobekkan iman seseorang?.” Lalu ia menjawab ; “Yaitu (1) meninggalkan syukur atas iman, dan (2) meninggalkan rasa takut di akhir umurnya, serta (3) menganiaya orang lain. Sesungguhnya orang yang melakukan tiga perkara ini dalam hatinya , pada umumnya ia akan keluar dari dunia ini dalam keadaan kafir, kecuali orang yang menemukan keberuntungan.

Dikatakan, sesungguhnya yang paling mengenaskan bagi seseorang adalah, ketika ia  sedang dalam naza,’ ia dalam keadaan haus dan terbakar hatinya. Pada waktu itu, setan dan Iblis mendapatkan kesempatan untuk melepaskan iman seorang hamba mukmin. Kerena merasa kehausan, maka kesempatan Iblis untuk memberinya minum dengan air kekafiran.

Disebutkanlah, manakala seorang hamba dalam keadaan naza’ (sakaratul maut), datanglah Iblis di dekat kepalanya, dengan membawa semagkuk air kental. Lalu diperlihatkan mangkuk berisi air kental itu kepada seorang yang  sedang naza’ itu. Maka berkatalah orang mukmin itu “Berilah aku air !”

Saat itu seorang mukmin tidak mengetahui bahwa yang membawa air itu adalah Iblis laknatullah. Dan berkatalah Iblis itu tadi kepada orang mukmin : “Katakanlah bahwa tidak ada yang menciptakan alam ini, sehingga akan aku beri air ini kepadamu!.”

Jika orang ini termasuk orang yang di takdirkan oleh Allah Ta’ala mendapatkan keberuntungan, maka ia tidak akan memperdulikan perkataan setan itu. Kemudia Iblis itu datang kepada orang mukmin tadi dari arah telapak kakinya, dengan memamerkan mangkuk itu kepada orang mukmin. Lalu ia memohon, “Berikanlah aku air!. Iblis pun berkata lagi” Katakan bahwa rasul itu seorang pembohong, sehingga aku akan memberikan air ini!.” Jika orang tersebut  ditakdirkan untuk mendapatkan celaka, maka ia akan menuruti permintaan Iblis itu. Karena sesungguhnya orang itu tidak sabar dengan kehausan dirinya. Maka keluarlah ia dari dunia ini dengan kekafiran. Na’udzubillah min dzalik !

Adapun bagi orang-orang yang mendapatkan keberuntungan, ia tidak akan memperdulikan sedikit pun ajakan orang yang berada dihadapannya. Ia akan berfikir, siapakah sebenarnya yang ada dihadapannya itu. Sebab tidak ada suatu apapun yang selalu mengajak kepada kemungkaran, selain Iblis dan setan.

Dalam sebuah hikayat diceritakan bahwa sesungguhnya Abu Zakariah adalah seorang yang zuhud. Ketika ia sedang dalam keadaan sakratul maut (diambang ajal), datanglah teman-temannya. Lalu teman-temannya itu mengajarkan kepadanya kalimah-kalimah thayibah yaitu lafadz  “Laa ilahi haillallahu  muhammadar rasulullah

Akan tetapi ia memalingkan wajah dari tema-temannya. Tidak sedikitpun kalimat thayibah itu diucapkan. Lalu teman-temannya mengucapkan itu untuk kedua kalinya. Namun ia tetap diam dan memalingkan wajah dari teman-temannya, yang membisikkan kalimah tauhid itu. Ketika temannya mengajaknya untuk yang ketiga kalinya, justru Abu Dzakariah yang sedang sakratul maut itu berkata : “Aku tidak akan mengucapkan itu.” Sehingga teman-temannya menjadi bingung. Ketika Abu Zakariah telah sembuh, setelah satu jam lamanya mengalami naza’ dan keadaannya bertambah ringan, pelan-pelan ia membuka matanya dan berkata kepada teman-temannya ; “Apakah kamu semua telah mengatakan sesuatu kepadaku?.” Mereka menjawab ; “Ya, kami telah mengajarkannya kepadamu, kalimah syahadat tiga kali, namun engkau berpaling dua kali. Dan yang ketiga kalinya, engkau mengatakan  : “Aku tidak akan mengucapkannya!.”

Kemudian Abu Zakariah bercerita : “Iblis telah datang kepadaku dengan membawa semangkuk air. Ia berdiri disebelah kananku sambil menggerak-gerakkan mangkuk itu seraya berkata kepadaku : “Apakah engkau membutuhkan air? katakanlah bahwa Isa itu anak Allah. Lalu aku berpaling dari arah kakiku. Iblis mengulangi permintaannya lagi, dan aku pun berpaling lagi. Untuk ketiga kalinya iblis berkata : “katakanlah, tidak ada Tuhan. Maka aku menjawab perkataan Iblis itu, dengan ucapan “Tidak, aku tidak akan mengucapkan itu”. Kemudian Iblis itu membanting mangkuknya di atas bumi, lalu mundur dan berlari meninggalkanku.

“Aku ini menolak pada iblis, bukan kepada kalian. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”. Tegas Abu Zakaria.

Sebuah hadits yang diceritakan dari Man’shur bin Ammar. Ia berkata ; “Apabila telah dekat matinya seorang hamba, maka terbagilah keadaannya menjadi lima bagian, yaitu : (1) hartanya untuk ahli warisnya (2) Ruhnya untuk Malikat Maut (3) Dagingnya untuk makanan ulat, dan tulangnya untuk tanah (4) Kebaikannya untuk musuhnya (5) Kesempatan setan untuk imannya.

Kemudian ia berkata lagi : “Bila ahli waris menghilangkan hartanya, adalah diizinkan. Kalau malaikat maut mencabut nyawanya adalah diizinkan. Kalau  ulat dan cacing tanah memakan daging dan tulangnya adalah diizinkan. Kalu musuh-musuhnya menghilangkan kebaikannya adalah diizinkan. Semoga imannnya tidak hilang saat ia hendak mati. Sesungguhnya hilangnya iman berarti berpisah dari agama. Sedangkan pisahnya ruh dari jasadnya, tidak sedikitpun  memisahkannya dari Tuhan. Dan berpisahnya ruh itu, tak seorang pun yang mengetahui  setelah pisahnya  itu. Jika sampai pisah iman  dari hatinya, maka rugilah ia dunia dan akhirat.”

Seorang mukmin pasti telah mengetahui propaganda Iblis dalam menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan. Menilik kisah diatas, ternyata Iblis tidak hanya menggoda seorang mukmin dikala mereka masih sehat dan bisa berpikir saja. Namun Iblis juga terus memburunya sampai diambang ajalnya. Bahkan ketika para manusia sedang mengalami sakratul maut itu, setan dan Iblis melancarkan serangannya dengan gencarnya, untuk menyesatkan manusia sesasat-sesatnya. Sebab di akhir hayatnya, ketika anak Adam sedang di ambang kematiannya itulah yang merupakan final dari segala lakonnya di dunia. Jika pada waktu itu setan dan Iblis laknatullah berhasil membawanya ke dalam kekafiran  dan kemurtadan, maka rugilah anak Adam itu di dunia dan akhirat. Namun jika ia tetap berpegang teguh pada agama sampai akhir hayatnya maka dialah hamba-hamba yang beruntung. Untuk itulah perlunya seorang mukmin mawas diri. Sebab sekali terjerumus, ia akan menjadi pengikut setan selama-lamanya.

Ingat, Iblis dan tentaranya akan terus berjuang agar misinya berhasil. “Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya,” (Qs An Nisa’ : 4)

Sehingga Nabi Ayyub As sempat mengeluhkan dirinya. “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Qs Shad : 41)

0 komentar: