Dalam sebuah riwayat dikatakan
bahwa di padang Mahsyar nanti akan ada sekelompok orang yang memncarkan sinar
lebih terang dari Matahari. Tantu saja ini sangat menyilaukan mata. Saya hanya
akan membahas sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan saya disini. Yaitu kelompok
orang yang wudhunya bagus.
Dalam
sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda, “Awalu man yuhasabu min abdi fi
yaumil qiyamati Ash shalah,” Yang pertama kami dihitung (dihisab)
bagi umatku di Hari Kiamat adalah shalat. Sementara tidak ada shalat tanpa
wudhu. Dan sebaik-baik seorang mukmin adalah yang wudhunya bagus dan selalu
menjaga wudhu.
Untuk
menjaga wudhu terus menerus, memang saya mengalami kesulitan. Tetapi kalau saya
sedang di rumah atau tidak sedang
bersepatu, akan saya coba untuk melaksanakan nasehat leluhur Sumbawa NTB. Yaitu
“Shalat No Putis, Wudhu No batal,” Shalat (ingat Allah) tak terputus dan
wudhu yang tak pernah batal.
Kalau
di kantor atau pada saat sedang dalam pertemuan atau kondisi yang sangat
tidak mungkin saya berwudhu, saya hanya bisa beristghfar. Tetapi kalau
saya sedang mampu untuk melakukannya, insya Allah saya akan terus berusaha suci
dari hadats kecil. Saya pun merasakan betapa baru mengamalkan yang demikian itu
saja sudah begitu banyak manfaat hadir kepada saya. Ketenangan, kenikmatan
mencintai-Nya, suasana haru mengingat-Nya dan kemudahan serta terkabulnya
setiap permintaan yang saya ajukan kepada-Nya. Subhanallah, luar biasa.
Mungkin inilah salah satu yang dipesankan Ustadz Ikram pada pertemuan saya
dengan beliau tahun 2009 lalu. Pesan ini disampaikan di hadapan muridnya yang
lain. Yaitu, “Barangsiapa takut kepada Allah, maka makhluk akan takut
kepadanya. barangsiapa taat kepada Allah, maka makhluk akan taat kepadanya.”
Wallahu a’lam
Cara wudhu yang mendatangkan cahaya
Rukun
adalah sesuatu yang harus ada. Dan bila tidak ada, maka sesuatu itu tidak akan
sah hukumnya. Rukun Wudhu hanya ada 6,
yaitu :
1. Niat (menyengaja
berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, karena Allah taala)
2. Membasuh Muka
(menyiram dan menggosok muka)
3. Membasuh kedua
tangan sampai siku
4. Mengusap kepala
5. Membasuh kedua
kaki sampai mata kaki
6. Tertib
(berurutan, tidak boleh dibolak balik)
Pelaksanaan wudhu
1. Sebelum menyentuh air membaca doa :
“Allahumaghfir li danbi wawasi’li fi
daari wa barikli
fi rizqi” Ya Allah,
ampunilah dosaku, perluaskah
pergaulanku dan berkahilah rejekiku. Amin.
2. Kemudian membaca
doa agar air yang digunakan adalah air suci
“Allahuma thahuru hadzal
ma’i,” Ya Allah, sucikanlah air ini.
3. Berniat untuk
wudhu (bisa diucapkan atau dalam hati saja, atau bermaksud wudhu
menghilangkan hadats kecil karena Allah taala)
“Nawaitu wudhu’a
liraf’il hadatsil asghari fardha lillahi ta’ala,” Saya berniat wudhu untuk
menghilangkan hadats kecil, wajib karena Allah Ta’ala.
4. Disunatkan
mencuci tangan, membersihkan hidung, berkumur dan bersiwak (membersihkan gigi),
kemudian membasuh muka sambil membaca :
“Allahuma bayidh wajhi
yauma taswada fihil wujuh, wala tusud wajhi yauma tabyadhu fihil wujuh,” Ya
Allah, putihkanlah wajahku pada saat Engkau hitamkan wajah wajah orang yang Kau
hitamkan. Dan janganlah Engkau hitamkan wajahku, pada saat Engkau memutihkan
wajah orang-orang yang Kau putihkan.
5. Membasuh kedua tangan
Tangan kanan 3 X sambil membaca
:
“Allahuma’thini kitabi
biyamini walhuladi wahasibni hisaban yasira,” Ya Allah, berikanlah kitabku
dengan tangan kananku, dan mudahkanlah perhitunganku.
Membasuh tangan kiri 3 X
sambil membaca :
“Allahuma la tu’thini
kitabi bi syimali wala taj’alha maghlulatan ila ‘unuqi waaudzubika min muqatha
ani niran,” Ya Allah, janganlah Engkau berikan kitabku dengan tangan kiriku.
Dan janganlah Engkau jadikan belenggu kepada tengkukku. Dan aku berlindung
kepada-Mu dari terputusnya rahmat-Mu.
6. Mengusap kepala dengan air sambil mambaca
“Allahuma ghatsani
birahmatika wa’afwaka wabarakatika,” ya Allah, basuhlah (dosaku) dengan
rahmat-Mu, ampunan-Mu dan berkah-Mu.
Diteruskan
dengan membersihkan telinga dan tengkuk sampai ke leher.
7. Membasuh kedua kaki sampai dengan mata kaki,
sambil membaca :
“Allahuma tsabitni ‘ala
shirathi yauma tazalu fihil aqdam waj’al sa’id fima yurdhika anni,” Ya Allah,
tetapkanlah aku atas jalan yang pada
hari di dalamnya sangat utama. Dan jadikanlah kebahagiaan menyelimutiku atas
ridha-Mu.
8. Berdoa sesudah wudhu :
“Asyhadu anla ilaha
illallah wahdahu la syariika lah. Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh. Allahumaj ‘alni minattawabiina
waj’alni minal mutathahiriina, waj’alni min ibaadikash shalihiin,” Saya
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan Yang Maha Tunggal dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Alla, jadikanlah
saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang menucikan
diri, dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang shalih.
9. Membaca Al-Qur’an
Surat Al Qadar empat kali dengan maksud
untuk mendapatkan ampunan. Bacaan pertama ampunan untuk
dosa kepala sampai leher. Bacaan kedua, ampunan untuk dada sampai pusar. Bacaan ketiga,
ampunan untuk pusar sampai kemaluan. Dan bacaan keempat, ampunan
untuk di bawah kemaluan sampai ujung kaki.
10. Selanjutnya memperhatikan untuk mengulang masing-masing
rukun 3 kali dan melaksanakan amalan sunah. Yang disunahkan dalam wudhu antara
lain, (1) membaca basmalah sebelum berwudhu. (2) Membersihkan tangan dan
jari-jari. (3) Membersihkan kotoran pada hidung. (4) Berkumur dan kalau bisa
bersiwak atau sikat gigi. (5) Tidak berkata-kata saat berwudhu. (6) Berdoa
setelah wudhu, dan amalan sunah lainnya.
Ada empat hal yang
tidak dapat diketahui nilainya, kecuali dengan empat hal lain. Yaitu (1) nilai
kehidupan tidak dapat diketahui oleh orang yang mati. (2) Nilai kekayaan tidak
dapat diketahui oleh orang yang fakir. (3) Nilai kesehatan tidak dapat
diketahui oleh orang yang sakit. (4) Nilai masa muda tidak bisa diketahui oleh
orang yang sudah tua.
Sahabat
Umar Bin Khatab ra, berkata, “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, dan
timbanglah amal kebaikan kalian sebelum kelak ditimbang (Umar bin Khatab).
Mari kita laksanakan nasehat yang sangat baik tersebut, demi keselamatan dan
kebahagiaan kita di dunia ini dan di akhirat kelak.
Jadi
Kiamat adalah batas perang kita melawan Iblis dan tentaranya. Disana tinggal hitung-hitungan,
apakah kita akan beruntung atau tekor dalam menjalani bisnis selama di dunia.
Mari kita ikuti petuah dari sesepuh Jawa, “Sak beja-bejane wong kang lali,
luwih bejo wong kang eling lan waspada,” Seberapa pun beruntungnya orang
yang lupa, lebih beruntung orang yang ingat dan waspada,” Semoga kita termasuk
ke dalam golongan orang yang senantiasa ingat kepada Allah dan melaksanakan
perintah-Nya, serta dimampukan untuk menjauhi larangan-Nya. Amin