Rabu, 18 Januari 2012

Membenci Iblis Berarti membenci Penciptanya (dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Saat saya kecil sering orang di sekitar saya mengatakan Allah dengan sebutan ‘sing medeske lombok’ (yang menciptakan lombok menjadi pedas ; Jawa).  Jadi waktu itu kalau saya mengeluh dengan pedasnya sambal, saya dibilang mbalelo, menentang ketentuan Allah.

            Maklum sewaktu masih kecil kehidupan di tempat saya masih sangat minim. Nampaknya hal ini juga terjadi dengan orang-orang di sekitar saya, para tetangga. Sarapan ikan asin, dengan sambal bawang putih. Nasinya nasi ‘thiwul’ atau nasi gaplek. Nasi thiwul ini adalah makanan khas Pacitan, yang saat itu rasanya uenak tenan kalau dimakan dengan ikan ‘gereh’. Ikan gereh adalah ikan tongkol yang diasinkan dengan sangat asin, sehingga satu ekor sebesar ibu jari bisa dibagi tiga dan bisa untuk menghabiskan tiga piring nasi. Sampai di sekolah pun mulut masih membawa aroma bau bawang putih. Maklum sikat gigi hanya dilakukan saat menjelang tidur dan sambil mandi pagi. Itupun pasta giginya bukan dengan pepsodent atau merek lainnya, tetapi dengan batu merah yang ditumbuk. Keren bukan? Tetapi kalau mau, pembaca bisa mengamalkan doa nurbuah agar gigi kita kuat. Setidaknya saya menjadi bukti.

            Jangan mengeluh, itulah yang diajarkan oleh orang tua saya dan Mbah Mukri, kakek sekaligus guru spiritual saya yang pertama. Dan saya seperti biasanya termasuk murid yang sabar dan tekun, serta sangat mencintai guru saya. Jadi memijat guru adalah kebiasaan saya sejak kecil.  Tetapi kan ada buktinya, guru saya sangat menyayangi saya.

            Kembali kepada topik benci membenci. Ketika saya mengatakan makanan tidak enak, maka Ibunda mengatakan kalau saya sedang menghina Allah. ‘sebenarnya tidak ada makanan yang tidak enak itu Slih,’ demikian kata Ibunda. ‘yang membuat makan enak atau tidak itu ya kita sendiri. Dan itu harus diawali dengan rasa syukur kepada Allah, selanjutnya menikmati makanan itu,’ lanjut Ibunda menasehati saya. Karenanya, sejak saat itu doa sebelum makan saya bukan hanya, “Allahuma bariklana fiima razaqtana waqina ‘adzaban nar,” tetapi saya tambah dengan, “Ya Allah berikanlah kenikmatan yang luar biasa dalam saya makan ini ya Allah. Dan berkahilah makanan ini. Amin.

            Dan memang terbukti, ketika saya sudah bisa melakukannya, setiap makan menjadi sangat nikmat. Bahkan tidak jarang kemudian kami berebutan dalam makan. Ibunda pun tak kalah cerdik, dari anak tujuh, setiap waktu makan, Ibunda sudah menyediakan tujuh piring untuk anak-anaknya. Allahlah pencipta alam dan semua yang hidup di dalamnya. Tak terkecuali binatang dan tumbuhan yang diperuntukkan bagi manusia. Semuanya ciptaan Allah, sekaligus bukti bahwa Allah adalah maujud, ada. Dan Dia Maha Adil, Pengasih dan Penyayang. Mengasihi semua makhluk-Nya tanpa pandang bulu.

            Jadi menurut saya, Iblis yang oleh Allah telah diberi tugas untuk menjadi penjahat, ya jangan kita benci. Pemeran di sinetron yang harus melakoni tindakan keji dan sangat jahat, ya jangan dibenci. Kalau dia tidak melakukan itu, pasti akan dipecat. Kalau mau membenci bencilah produsernya atau sutradaranya yang membuat film seperti itu. Tetapi beranikah Anda membenci Allah yang telah membuat film seperti itu? Beranikah Anda membenci Allah yang telah menempatkan Iblis sebagai penjahat yang bertugas menjerumuskan kita? Rasanya tidak pantas dan tidak boleh.

            Penulis skenario, produser dan juga sutradara film non pornografi saya kira mempunyai tujuan  yang mulia. Pasti mereka ingin memberikan contoh untuk menjadikannya sebagai pelajaran bagi kehidupan nyata sehari hari. Dan kalau produser kemudian melakukan hitung-hitungan untuk keuntungannya, itu sangat bisa dipahami. Mereka membuat film kan untuk bisnis. Dan saya sangat yakin bahwa diantara misi bisnis yang mereka emban, ada misi sosial yang juga dilaksanakannya. Semoga..

            Misi sosial tadi salah satunya memberikan pengajaran kepada pemirsa. Demikian juga dengan Allah, membuat hidup yang dikatakan-Nya sebagai ujian ini dimaksudkan untuk diambil pelajaran oleh orang-orang beriman yang berakal. Semoga kita termsuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya. Amin. So, saya tidak akan membenci Iblis, meski saya tidak mencintainya. Karena membencinya tidak berbeda dengan membenci Allah Swt.

0 komentar: