Saat saya kecil sering orang di
sekitar saya mengatakan Allah dengan sebutan ‘sing medeske lombok’ (yang
menciptakan lombok menjadi pedas ; Jawa).
Jadi waktu itu kalau saya mengeluh dengan pedasnya sambal, saya dibilang
mbalelo, menentang ketentuan Allah.
Maklum
sewaktu masih kecil kehidupan di tempat saya masih sangat minim. Nampaknya hal
ini juga terjadi dengan orang-orang di sekitar saya, para tetangga. Sarapan
ikan asin, dengan sambal bawang putih. Nasinya nasi ‘thiwul’ atau nasi
gaplek. Nasi thiwul ini adalah makanan khas Pacitan, yang saat itu rasanya uenak
tenan kalau dimakan dengan ikan ‘gereh’. Ikan gereh adalah
ikan tongkol yang diasinkan dengan sangat asin, sehingga satu ekor sebesar ibu
jari bisa dibagi tiga dan bisa untuk menghabiskan tiga piring nasi. Sampai di
sekolah pun mulut masih membawa aroma bau bawang putih. Maklum sikat gigi hanya
dilakukan saat menjelang tidur dan sambil mandi pagi. Itupun pasta giginya
bukan dengan pepsodent atau merek lainnya, tetapi dengan batu merah yang
ditumbuk. Keren bukan? Tetapi kalau mau, pembaca bisa mengamalkan doa nurbuah
agar gigi kita kuat. Setidaknya saya menjadi bukti.
Jangan
mengeluh, itulah yang diajarkan oleh orang tua saya dan Mbah Mukri, kakek
sekaligus guru spiritual saya yang pertama. Dan saya seperti biasanya termasuk
murid yang sabar dan tekun, serta sangat mencintai guru saya. Jadi memijat guru
adalah kebiasaan saya sejak kecil.
Tetapi kan ada buktinya, guru saya sangat menyayangi saya.
Kembali
kepada topik benci membenci. Ketika saya mengatakan makanan tidak enak, maka Ibunda
mengatakan kalau saya sedang menghina Allah. ‘sebenarnya tidak ada makanan yang
tidak enak itu Slih,’ demikian kata Ibunda. ‘yang membuat makan enak atau tidak
itu ya kita sendiri. Dan itu harus diawali dengan rasa syukur kepada Allah, selanjutnya
menikmati makanan itu,’ lanjut Ibunda menasehati saya. Karenanya, sejak saat
itu doa sebelum makan saya bukan hanya, “Allahuma bariklana fiima razaqtana
waqina ‘adzaban nar,” tetapi saya tambah dengan, “Ya Allah berikanlah
kenikmatan yang luar biasa dalam saya makan ini ya Allah. Dan berkahilah
makanan ini. Amin.
Dan
memang terbukti, ketika saya sudah bisa melakukannya, setiap makan menjadi
sangat nikmat. Bahkan tidak jarang kemudian kami berebutan dalam makan. Ibunda
pun tak kalah cerdik, dari anak tujuh, setiap waktu makan, Ibunda sudah
menyediakan tujuh piring untuk anak-anaknya. Allahlah pencipta alam dan semua
yang hidup di dalamnya. Tak terkecuali binatang dan tumbuhan yang diperuntukkan
bagi manusia. Semuanya ciptaan Allah, sekaligus bukti bahwa Allah adalah maujud,
ada. Dan Dia Maha Adil, Pengasih dan Penyayang. Mengasihi semua makhluk-Nya
tanpa pandang bulu.
Jadi
menurut saya, Iblis yang oleh Allah telah diberi tugas untuk menjadi penjahat,
ya jangan kita benci. Pemeran di sinetron yang harus melakoni tindakan keji dan
sangat jahat, ya jangan dibenci. Kalau dia tidak melakukan itu, pasti akan
dipecat. Kalau mau membenci bencilah produsernya atau sutradaranya yang membuat
film seperti itu. Tetapi beranikah Anda membenci Allah yang telah membuat film
seperti itu? Beranikah Anda membenci Allah yang telah menempatkan Iblis sebagai
penjahat yang bertugas menjerumuskan kita? Rasanya tidak pantas dan tidak
boleh.
Penulis
skenario, produser dan juga sutradara film non pornografi saya kira mempunyai
tujuan yang mulia. Pasti mereka ingin
memberikan contoh untuk menjadikannya sebagai pelajaran bagi kehidupan nyata
sehari hari. Dan kalau produser kemudian melakukan hitung-hitungan untuk
keuntungannya, itu sangat bisa dipahami. Mereka membuat film kan untuk bisnis. Dan saya sangat yakin
bahwa diantara misi bisnis yang mereka emban, ada misi sosial yang juga
dilaksanakannya. Semoga..
Misi
sosial tadi salah satunya memberikan pengajaran kepada pemirsa. Demikian juga
dengan Allah, membuat hidup yang dikatakan-Nya sebagai ujian ini dimaksudkan
untuk diambil pelajaran oleh orang-orang beriman yang berakal. Semoga kita
termsuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya. Amin. So,
saya tidak akan membenci Iblis, meski saya tidak mencintainya. Karena
membencinya tidak berbeda dengan membenci Allah Swt.
0 komentar:
Posting Komentar