Ketika
masih kecil saya sering tidur di masjid bersama teman-teman. Bukan karena ingin
sok mandiri, bukan. Malahan tren tidur di masjid memang saya akui juga
karena pengaruh dari teman-teman. Sebenarnya antara senang dan takut tidur di
masjid yang tanpa penerangan listrik kala itu. Bayangkan sudah sekian banyak
teman-teman generasi kakak saya sedang nyenyak tidur, dipindah ke kamar keranda
jenazah atau di bibir sumur. Memang yang dipindah rata-rata yang celananya kena
air kencing akibat suka kencing tanpa bersuci (taharah). Tetapi kan
jadi ngeri kalau kejadian aneh seperti itu sering terjadi.
Di masjid
Ngemplak Sirnoboyo Pacitan, saya, Sumardi dan Sodiq sahabat saya, sering
belajar bersama dan menginap. Disana kami
belajar sambil sedikit mengaji dan kadang juga ditemani oleh Pak Miswandi seorang kyai. Beliau juga ustadz
yang saat tulisan ini dibuat sedang menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) Pacitan.
Almarhum ayah
Pak Miswandi ini, kata beliau, konon suka tidur di masjid sendirian dan berteman
dengan jin penunggu Masjid Al-Huda tersebut. Ketika beliau meninggal, jin
sahabatnya masih hidup dan suka main ke rumah Pak Miswandi. Usil memang, karena
kedatangan demi kedatangannya acap kali membuat geram pria berjenggot itu.
Mengetok pintu dan menghilang hampir setiap
malam dilakukannya. Menghilangkan menu makanan di meja makan juga tidak jarang.
Dan yang mengharuskan mantan Ketua Partai Persatuan Pembangunan Pacitan itu
menghardik dan memindahkan jin yang katanya muslim tersebut ke laut, adalah
tindakan isengnya memasukkan ular ke tempat tidur.
Dari sana kemudian seorang Kyai sekaliber beliau yang
bisa berkomunikasi jin, mengatakan bahwa sebaik-baik jin adalah sejahat jahat
manusia. Wallahu a’lam maksud dari statemen beliau, mungkin hanya agar kami
tidak bersentuhan dengan jin. Tetapi justru dengan doktrin yang tidak lengkap tersebut membuat saya makin penasaran.
0 komentar:
Posting Komentar