Rabu, 18 Januari 2012

Jangan pernah membenci, bahkan kepada iblis sekalipun (dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Dalam Buku Mengobati Penyakit Itu Mudah (MPIM),  saya menekankan adanya ‘zero action’ bila seseorang ingin hidup sehat. Dalam meraih ridha Allah pun zero action ini sangat penting untuk kita persembahkan kepada orang sekitar kita.  Zero action adalah aksi mengosongkan pikiran dari hal-hal negatif yang ada di dunia ini. Misalnya iri, dengki, benci, dendam, marah dll. Meminjam  istilah Pak Riayan Amin pimpinan Bank Muamalat Indonesia, “janganlah kita terlalu percaya diri, tetapi percayalah kepada Allah Swt”.

            Coba pembaca mengingat angka nol atau 0. coba diperhatikan, 0 X 25 =  0. 0 X 9000 = 0. Apakah 25 = 9000? Mulai pusing kan? Ayo silakah diotak atik, dan pasti akan benar.

            Intinya adalah bahwa angka nol bisa berada dimana saja. Nol yang saya sebut dengan zero disini, bisa menjadi apa saja. Zero disini adalah mengosongkan diri dari segala hal yang negatif. Dengan zero, seseorang akan memandang sesuatu dengan bersih. Bersih dari prasangka, bersih dari kecurigaan dan bersih dari hal-hal yang akan menyesatkan kita.

            Tetapi tidak semudah itu. Untuk menempati posisi zero tadi seseorang bisa saja harus melalui angka-angka lain dengan penuh onak dan duri. Jadi, belajar dan belajar adalah hal penting yang harus dilakukan orang. Karena dengan mengetahui ilmu dan pengetahuan, kita bisa memilih dengan benar sesuai yang ditetapkan dan diinginkan oleh goal yang kita tuju, Allah Swt.

            Ketika berhadapan dengan orang yang pikiran kita sudah tidak zero kepadanya, maka apapun yang dilakukannya, niscaya hasilnya jelas sesuai dengan pola  pikir kita itu. Misalnya, kita sudah curiga pada seseorang dan kecurigaan itu menghasilkan tertumpuknya kebencian pada alam bawah sadar kita. Maka apapun yang dilakukan oleh orang itu, meski itu suatu kebaikan, pasti akan dipandang miring oleh kita. salahlah dia, dan seterusnya.

            Iblis, dalam tataran syariah memang adalah satu nama yang kita harus membencinya, kata teman saya. Padahal bukan harus membencinya, tetapi tidak melaksanakan apa yang menjadi bagian atau domainnya. Kita punya tugas mulia dan dia memiliki tugas yang berlawanan dari tugas kita itu. Pertanyaannya? Haruskah kita  saling membenci sementara dia tidak pernah keluar dari kesepakatan dan ijin dari Tuhannya? Menurut saya tidak.

            Karenanya  saya sangat setuju dengan statemen Ustadz Ikram saat kami bertemu pada Idul Fitri tahun 2008 lalu. Statemen itu adalah, “Janganlah engkau pernah membenci kepada siapa pun,  bahkan kepada Iblis sekalipun.”  Tidak setuju? Silakan alasannya dicatat dengan membadingkan pendapat saya pada buku ini secara holistic, total. Kemudian hasilnya dikirim ke moes0569@yahoo.com.

0 komentar: