Senin, 09 Januari 2012

Istri minta cerai karena Friska (dari buku MPIM karya Moeslih Rosyid)


Istri tidak seperti biasa

Seperti biasa setiap bulan kami harus ‘setor’ kepada keluarga yang ketika kami pendidikan di Bandung tahun 2002/2004 harus saya tinggal di Sidoarjo Jatim. Maklum dengan alasan pendidikan anak dan penghematan (meski sebenarnya sama saja) kami harus berpisah. Padahal justru ada dua dapur? Tapi sudah kadung, biarkan saja.

Beberapa kali mudik ke Sidoarjo yang selalu bareng dengan Minto Pujisantoso sahabat saya yang mudik ke Blitar, istri saya biasanya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Masakan favorit gule kambing sampai persiapan pendaratan karena pesawat akan segera landing he…he… Tetapi aneh banget, kali ini lain. Jangankan mempersiapkan semua itu, bertanya-tanya selama dalam perjalanan via SMS saja tidak dilakukan lagi. Sampai di rumah, biasanya sambutan meriah sudah dipersiapkan, anak-anak sudah menunggu di depan pagar, kali ini ditegor saja tidak. Ada apa lagi ini, kataku mengeluh.

Sebagai orang yang terus dan terus belajar sabar, saya terus mempelajari apa sebenarnya yang terjadi. Kan kita harus menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong. Terlebih prinsip ikhlas yang tanpa batas membuat saya harus mampu untuk bersabar ditengah suasana tanpa saling menegor. Habis mau menegor bagaimana, orang dia sibuk dengan keluarganya yang sedang ada gawe dan menghindari saya. Perdebatan kecil sih sudah terjadi tadi pagi. Tetapi belum jelas ada apa dengan semua ini karena dia tetap bungkam ketika saya paksa. Tragisnya ini berlangsung lebih dari 11 jam, mulai jam 08.00 sampai jam 20.00 apa tidak kacau ini.

Tidur terpisah dengan emosi

Usai Isya, di kamar yang mau tidak mau kami harus bertemu, dia menyentak saya sambil mulai berurai air mata. “Siapa perempuan di kamar itu?”, tanyanya tanpa sudi melihatku yang membuatku semakin tidak paham. “perempuan rambut pirang!, ceraikan saja aku!”, pekiknya sembari ngeloyor meninggalkan saya yang masih belum nge’h. Akhirnya menjelang waktu istirahat, karena kamar dikunci dari dalam bersama anak-anak, saya harus tidur di depan TV dimana saat itu nyamuk Sidoarjo sangat ganas. Dia masih emosi, kataku.

Sambil terus berfikir dan sedikit berdzikir dengan membaca shalawat nuril anwar sebanyak-banyaknya, nonton TV menjadi hiburan yang tetap tidak bisa menghibur. “cerai” apa tidak heboh kata itu?, itu kan perbuatan halal yang dilaknat Allah. Namun tetap saja saya lakukan menghibur diri demi menghabiskan waktu yang hanya dua hari di rumah mertua. Pikir saya, besok ketika semua sedang pergi akan saya selesaikan masalah dengan istri ini. Biar orang pada gak tahu dan cukup kami berdua saja yang tahu. Rupanya keputusan ini sedikit menenangkan hati saya.

Dan seperti biasa, ambil kertas dan pena untuk menyusun langkah-langkah penyelesaiannya di kertas agar tidak lupa. Maklum memori ini sangat terbatas untuk mengingat semua hal. Apalagi waktu itu memang momen menjelang ujian semester. Sehingga buku-buku yang saya bawa dari Bandung sama sekali tidak tersentuh. Mungkin lupa, malas atau bagaimana, setiap pulang dengan membawa buku-buku mata kuliah selalu saja tidak mendapat perhatian dari saya. Padahal rencananya buku yang dibawa itu akan dilahap dan dikuasai selama liburan sabtu untuk meringankan beban belajar di Bandung. Tetapi, rencana tinggal rencana yang ternyata susah untuk direalisasikan. Main dengan anak dan ngobrol dengan saudara dan teman-teman ternyata lebih asyik dan menyita cukup banyak waktu.

Istri mengagetkan tidur saya

Kira-kira Pukul 02.00 Wib ketika mata ini baru mulai bisa terpejam tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Seseorang berjalan tergesa-gesa dan menindih saya yang sedang tidur di lantai dari atas. Dipeluknya saya erat-erat sampai susah nafas ini dihela, seraya berucap penuh emosi dan tangis “maafkan saya Pa”, kata perempuan yang ternyata istri saya itu membuat saya mulai siuman dari tidur. Tetapi masih belum paham ada kejadian apa yang menimpa dirinya sehingga didera rasa takut seperti itu. Untung saya sudah lama tidak latihan kungfu. Kalau pas rajin-rajinnya atau tidak sedang kelelahan mungkin dia akan terkena tendangan maut refleks kaki saya seperti yang pernah dialaminya dulu sewaktu baru menikah. Habis ngagetin sih…

Dalam kondisi saya yang setengah teler itu kemudian istri saya bercerita bahwa baru saja dia kedatangan seorang tua berjubah putih yang masuk ke kamar terkunci itu. “Dalam keadaan mulut saya tercekat, takut dan bingung, kyai itu bilang kepada saya katanya nak Muslih tidak seperti itu”, urai istri saya masih dengan nafas tersengal, pucat dan miris melihat penampakan aneh tersebut. Hanya itu?, “iya hanya itu”, kata istri saya yang lantas nyerocos bercerita tentang pengalaman uniknya. Lupa kalau dia habis marah besar. Dasar wanita, susah ditebak, batinku.

Mimpi istri saya persis dengan kenyataan

Dua hari sebelum saya datang ternyata istri saya yang memang pernah ingin saya jadikan sebagai mediator ini bermimpi aneh. Mediator bukan makelar atau negosiator, tetapi mediator untuk saya masukkan jin ke dalam dirinya, siapa tahu bisa ditanya-tanya hehehehe.. Jangan ditiru ya? Ini tidak boleh dilakukan. Apalagi bila iman, amal dan ilmunya masih meragukan seperti saya. Itu hanya pekerjaaan orang stress atau orang yang tidak punya kerjaan.

Dia bermimpi datang ke asrama Anggrek di POLTEKPOS Bandung dimana saya tinggal. Betapa kagetnya katanya di kamar saya ada seorang gadis cantik berambut pirang yang juga sedang berada di situ. Sebagai istri setia, api cemburu kemudian membakar dadanya. Padahal gadis tersebut adalah Friska yang tidak lain jin qarin yang memang sedang belajar di kamar saya. Anehnya kenapa semua yang dilihat istri saya dalam mimpi tersebut dirinci persis dengan keadaan yang sebenarnya. Padahal dia sama sekali belum pernah saya ajak kesana. Jangankan kesana, ke Bandung saja dia belum pernah. Bahkan sampai saat tulisan ini dibuat hehehehe… Habis salahnya sendiri tidak mau diajak...

Di kamar itu katanya ada dua tempat tidur tingkat, di belakang ada jemuran , kamar mandi dan jendela dengan pemandangan (view) sungai dan sedikit semak, serta meja belajar sekaligus lemari khusus, yang memang dipersiapkan untuk mahasiswa. Persis dengan keadaannya. Lagian memang Friska juga kurang ajar, dimarahi istri saya kok malah cengengesan katanya dia juga suka sama saya. Ya ampun… kok jadi ribet begini, kataku dalam hati. Tapi geli juga sih jadi rebutan dua cewek.

Akhirnya terjawab sudah mengapa istri saya marah besar dan minta cerai. Ternyata keyakinan akan mimpinya membuat api cemburu benar-benar membara dalam hatinya. Cukup beralasan dia berbuat seperti itu. Karena pengalaman beberapa kali memang apa yang dimimpikannya selalu menjadi kenyataan dan terjadi. Mungkin benar bahwa mimpi adalah 1/46 (seper empat puluh enam) dari kenabian. Wallu a’lam

0 komentar: