Saya termasuk yang sangat sedih
dengan meninggalnya guru besar saya “Gus Dur” pada akhir tahun 2009 menjelang
awal tahun 2010 lalu. Meskipun saya belum pernah bertemu secara fisik dengan
beliau, tetapi secara batin sangat sering. Beliau adalah salah satu ulama yang
rutin saya kirimi fatihah semasa hidupnya. Dan menurut saya dengan pengalaman
spiritual yang saya lalui, dapat mengatakan bahwa beliau adalah seorang waliyullah.
Insya allah.
Beberapa
kali di televisi suara khasnya didengungkan. “ilahi laastu lil firdausi
ahla, walal aqwa alan naril jahimi,” Ya Allah Tuhanku, saya ini tidak
pantas masuk ke dalam surga-Mu, tetapi saya juga tidak kuat menjalani siksaan
di neraka jahim. Serasa hati ini ingin menangis sejadi-jadinya mendengar
lantunan itu.
Abu Nawas sebagai
penciptanya saya akui berpribadi mirip Gus Dur. Orangnya kocak, terkadang
ngacau dan sangat-sangat cerdas. Sehingga berkat Abu Nawas Baghdad mendapat
julukan “negeri seribu satu malam.” Beliaulah yang menjadi penghibur
khalifah Harun Al Rasyid.
Gus Dur yang adalah cucu
pendiri Nahdhatul Ulama, benar-benar Mr Pluralisme. Ketinggian ilmunya
membuatnya sangat mampu untuk bertoleransi. Kecerdasannya membuatnya tidak
mudah menyalahkan orang lain. Tuduhan-tuduhan minor pun dianggapnya sebagai
ilmu yang sangat berguna baginya.
Menurut saya, Gus Dur adalah orang
yang terus berusaha untuk bertawadhuk. Namun terkadang nampak mengalami
kesulitan. Hal ini karena semuanya beliau miliki. Kecerdasan, keluasan wawasan,
ketinggian ilmu dan banyak hal yang sangat kompleks yang membenarkan bahwa
dirinya ‘multi tallent’. Sehingga ketika mulai masuk ke dalam kancah
politik, hanya satu cara bagi beliau untuk bertawadhuk, yaitu dengan
memeprlihatkan seolah-olah beliau sombong.
Padahal kalau pembaca
mengetahuinya, ketika malam hampir menjelang subuh, beliau khusu’ menenteskan
air mata di hadapan raja segala raja Allah Swt. Ini yang saya lihat dengan mata
batin, sebagaimana saya ketahui pada saat saya mengirimkan doa kepada
beliau-beliau yang termasuk di dalamnya Gus Dur. Wallahu a’lam siapakah
yang saya lihat, tetapi saya yakin bahwa itu adalah bagian dari beliau.
“Ya Allah, ampunilah segala
dosa kami. Kami masih terus membuat dosa, baik yang disengaja maupun tidak.
Kami pun masih sering memikirkan dunia, meski kami terus meminta kepada-Mu agar
dunia hanya berada di tangan saja, dan tidak masuk ke dalam hati kami. Iman
kami masih sangat lemah ya Allah. Oleh karena itu kuatkanlah. Cinta kami
kepada-Mu masih pasang surut ya Allah. Oleh karena itu, mantapkanlah.
Jadikanlah kami ke dalam golongan orang yang bisa mencintai-Mu dan mendapatkan
cinta-Mu. Ya Allah, kami mengakui sejujurnya bahwa kami tidak pantas
mendapatkan surga-Mu. Tetapi mohon ya Allah, janganlah Engkau masukkan kami ke
dalam neraka-Mu. Jadikanlah kami termasuk ke dalam golongan orang yang
mendapatkan ridha dari-Mu dan kami puas menerima takdir-Mu, Amin.
0 komentar:
Posting Komentar