Selasa, 10 Januari 2012

Orang gendut bisa terbang (dari buku MPIM karya Moeslih Rosyid)


Sedang enjoy menikmati alunan musik plesetan ala ‘Timlo’ bersama Mas Jumadi dan Mas Minto sahabat saya, tiba-tiba sekelompok mahasiswa menghampiri kami. Ditengah nafas beratnya, mereka menarik kami untuk datang ke GOR yang ada di bagian belakang POLTEKPOS. Ada apa lagi di GOR?, tanyaku dalam hati. Mendapat firasat ada ulah jin, doa Nurbuah kubaca sekonsentrasi mungkin, sambil berjalan menuju Tempat kejadian Perkara (TKP). ‘Ayat wanunazzilu minal qur’ani ma huwa syifau warahmatu lil mu’minin’ saya baca berulang-ulang.

Tragedi penutupan Ospek

Ospek POLTEKPOS 2002 usai yang ditandai dengan penutupan di lapangan merah. Lapangan merah ini sebutan untuk tempat parkir POLTEKPOS yang luasnya lebih 40 X 40 Meter. Lapangan ini juga digunakan untuk upacara bendera pada momen momen tertentu. Lapangan merah plus halaman depan dan samping gedung Administrasi dimana panggung dibuat dan sekitarnya memiliki luas sekitar 1 hektar untuk acara itu. Jadi lumayan luas.

Hingar bingar acara penutupan mengajak kami yang lagi khusuk belajar untuk turun dari kamar menikmatinya. Musik rap lagi ngetrend di kalangan mahasiswa. Tari patah-patah (break dance) pun nampak turut meramaikan ajang seni itu. Beberapa teman seangkatan kami terlihat mulai melakukan ‘kikuk kikuk’ dengan sekelompok mahasiswa/si POLTEKPOS yang usianya jauh di bawah kami. Dinginnya udara malam kota kembang masih terasa menembus jaket tebal yang kami pakai.

Sedang enjoy menikmati alunan musik plesetan ala ‘Timlo’ bersama Mas Jumadi dan Mas Minto sahabat saya, tiba-tiba sekelompok mahasiswa menghampiri kami. Ditengah nafas beratnya, mereka menarik kami untuk datang ke GOR yang ada di bagian belakang POLTEKPOS. Ada apa lagi di GOR?, tanyaku dalam hati. Mendapat firasat ada ulah jin, doa Nurbuah kubaca sekonsentrasi mungkin, sambil berjalan menuju Tempat kejadian Perkara (TKP). ‘Ayat wanunazzilu minal qur’ani ma huwa syifau warahmatu lil mu’minin’ saya baca berulang-ulang.

Benar adanya, seorang gadis gendut bernama Harfa sedang kesurupan. Beberapa mahasiswa laki-laki mengejar cewek dengan berat badan 75 kg itu, namun tak berhasil menangkapnya. Berputar putar di lapangan basket di dalam GOR membuat yang mengejar kelelahan. Aneh memang, Harfa sendiri seperti tidak punya rasa lelah. Saat pengejar beristirahat, Harfa berteriak-teriak agar gedobrak-gedabruk di depan segera disudahi.

“Cepaaaat!! Sudahi gedobrak-gedabruk di depan itu. Kalian ini bisanya hanya mengganggu saja. Berisik, tahu nggak?, Dasar manusia tidak tahu diri”, sergahnya sambil berkacak pinggang naik ke deretan kursi penonton di dalam GOR. Tentu saja pesan tersebut kemudian akan kami komunikasikan kepada panitia. Karena saat itu sudah Pukul 23.00 Wib. Memang selayaknya acara sudah harus selesai, pikir saya.

Harfa terbang

Tengah asyik berfikir dan mengatur strategi untuk memanggil panitia hiburan, tiba-tiba Harfa berlari dan kakinya tidak menapak di lantai. Subhanallah. Terus dan terus demikian, akhirnya kaki besarnya yang dibungkus dengan celana jeans dengan pakaian atasan muslimah yang serba putih mengangkat Harfa naik ke atas udara sambil menapak ke dinding papan di bagian dalam GOR. Luar biasa pemandangan tersebut. Maha besar Allah yang memperlihatkan kepada kami kebesaran-Nya. Ternyata ada orang bisa terbang, gendut lagi. Jadi mungkin benar sebuah kubah di suatu masjid di Jailolo Maluku Utara bisa terbang menempati tempatnya. Bila pembaca sudah melihat filmnya di beberapa telepon genggam, betapa luar biasanya kejadian tersebut. Sama deh dengan kejadian itu.

Panitia datang, namun dengan jawaban yang belum memuaskan. Karena masih ada beberapa acara yang diisi oleh seniman Bandung belum tampil katanya. Ya ampun, bagaimana ini. Sementara Harfa yang berhasil kami taklukkan setelah terbang tadi sedang tidur di pangkuan sahabat perempuannya. Dengan bacaan Allahu rabbuna warabbukum, lana a’maluna walakum a’malukum, la hujatan bainana wabainakum, allahu yajma’u bainana wailaihil mashir tiba-tiba Harfa lemas dan patuh pada perintah saya. Ia pun lalu minta tidur di pangkuan teman perempuannya. Alhamdulillah, Jin yang saya sudah malas bertanya namanya itu sebelum pergi mengatakan bahwa anaknya terinjak oleh penonton. Ealah.. ada-ada saja.

Mendengar ada informasi belum selesai, jin itu masuk lagi dan melalui Harfa membentak-bentak panitia yang baru datang dan membodoh-bodohkannya. Kembali Harfa dengan jin di dalam tubuh gendutnya berlari kesana kemari. Maka saya ambil wudhu dan shalat hajad dua rekaat disana di bagian pojok bagian tenggara dalam GOR. Saya memohon kepada Allah untuk mengembalikan paksa jin tersebut pada tempat tinggalnya di Pohon depan Gedung Administrasi. Alhamdulillah berhasil tanpa kami sentuh. Harfa jatuh, dan pergilah jin tersebut tanpa sempat berkenalan dengan kami. Capek ah…

Barang siapa mengenal dirinya,  sungguh dia akan mengenal Tuhannya (Hadits Qudsi) Seiring dengan selesainya masalah Harfa, panggung pun mulai sepi dan bubarlah penonton yang tadinya memadati POLTEKPOS. Bisa jadi keluarnya jin tadi bukan karena permohonan saya, tetapi karena acara sudah usai. Kan permintaan mereka hanya agar acara rame-ramenya segera disudahi. But Whatever, emang gua pikirin?. Besok kan hari Minggu. Tidur yang enak, jam 06.00 joging ke Gasibu. Asyik, rame lo..!!? mau ikut? Hehehe..

0 komentar: