Minggu, 15 Januari 2012

Pengobatan haram (dari buku MPIM karya Moeslih Rosyid)

(1) Pengobatan dengan meminum khamr

Beberapa kalangan memercayai adanya penyembuhan dengan cara meminum khamr, minuman beralkohol yang diharamkan oleh Allah. Semestinya mereka segera sadar bahwa minuman keras yang dilarang bukan banyak atau sedikitnya, bukan mabuk dan tidaknya, tetapi zatnya. “Kulu muskirin haramun, semua yang memabukkan adalah haram” (hadits). Mungkin untuk sekedar menghilangkan masuk angin dan demam ringan khamr bisa segera mengusirnya. Dengan meminum khamr peminum segera bisa bersendawa dan mengeluarkan angin yang menumpuk dalam tubuhnya.

Mas Sutopo, kakak ipar saya sangat mengandalkan soft drink “sprit” (mohon maaf menyebutkan merk) untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin yang dideritanya. Ketika usai kerja keras dan ditengarai ada gejala masuk angin atau demam, sprite harus tersedia. Dan keyakinan yang dimiliki itulah yang ternyata menyembuhkannya. Hal ini sempat kami perdebatkan bahwa kesembuhan itu bukan karena minuman itu, tetapi jelas karena ijin dan maunya Allah SWT.

Nabi Musa As ketika sedang memimpin pasukan kemudian sakit perut, berlarilah beliau. Ketika sedang berlari menuju ke semak terpikirlah olehnya tentang pertolongan Allah. Kemudian Allah melalui Jibril memerintahkan Musa As untuk mengobatinya dengan mengunyah daun. Maka sembuhlah sang Nabi.

Beberapa saat kemudian sakit perut itu muncul lagi. Spontan Nabi Musa As melakukan hal yang sama, mengunyah daun seperti yang dilakukannya tadi. Tetapi???, ternyata cara tersebut tidak mendatangkan kesembuhan sama sekali. Bahkan sakitnya kian parah. Saat itulah kemuadian Jibril menjelaskan bahwa yang menyembuhkan bukanlah daunnya, tetapi Allah melalui media yang diingini-Nya.

Sama halnya dengan fenomena Ponari seorang siswa sekolah Luar Biasa yang kemudian pindah ke SD umum di Jombang Jawa Timur itu, semuanya adalah ijin Allah. Disana banyak pelajaran yang bisa dipetik yang menunjukkan bahwa masyarakat kita sangat menyedihkan saya. Saya tidak ingin terlalu banyak membahasnya karena logika iman saya tergetar dengan kondisi tersebut. Buku ini hadir salah satunya juga karena itu.

Jadi kalau dengan cara yang halal saja bisa, mengapa harus dengan yang haram. Kalau dengan meminum soft drink bisa mengobati penyakit, mengapa harus dengan hard drink? (minuman keras)?. Kalau banyak minuman hiegenes yang sehat, mengapa harus minum air yang kotor untuk kesembuhan?. Semoga kita semua bisa merenungkannya sebagai bentuk peningkatan iman kepada Dzat yang nyawa kita benar-benar ada di tangan-Nya, Amin.

(2) Pengobatan dengan menggunakan azimat

Azimat atau tamimah yaitu sesuatu benda berupa apa saja yang diyakini orang mempunyai kekuatan. Benda-benda itu bisa berupa manik-manik, kertas, batu aji, besi dan apa saja yang ditaruh di leher, pinggang, dompet atau bahkan di rumah. Benda itu diyakini bisa menangkal dan mengobati penyakit, menolak balak, mendatangkan rejeki dan sebagainya.

Ketika keyakinan bahwa benda itu memiliki kekuatan dan bisa membantu seseorang menyelesaikan permasalahannya seperti itu adalah suatu bahaya yang luar biasa. Bahkan itu adalah dosa terbesar yang diancamkan Allah dengan jaminan neraka, yaitu syirik,menyekutukan Allah.

Dalam sebuah pengajian yang saya sampaikan di hadapan Ibu-ibu kelompok pengajian di Sumbawa NTB, ada seorang ibu yang menyampaikan pertanyaan sangat kritis. “Bagaimana dengan tulisan Al Qur’an yang direndam dalam air dan bisa menyembuhkan penyakit, apakah itu juga salah satu bentuk perbuatan syirik?,” demikian bentuk pertanyaannya.

Kembali pada penjelasan awal bahwa sebagian besar kesembuhan adalah disebabkan oleh keyakinan pasien dalam proses penyembuhan. Selama ini orang banyak menyebutnya dengan sugesti. Nah, ketika kita menganggap kesembuhan itu atas ijin dan berasal dari Allah dengan segala kekuasaan-Nya, maka kita akan aman dari yang disebut syirik tadi asalkan teknis penyembuhannya bukan yang diharamkan. Tetapi manakala kita sudah berfikir bahwa yang menyembuhkan adalah dokternya, obatnya atau air yang dicelupi hurup Qur’an, maka itulah sebenarnya yang disebut dengan syirik.

Disini saya ingin mengajak pembaca untuk memaknai kata azimat dengan benar. Ingat kita manusia ini dan tentunya semua selain Allah adalah makhluk, tidak bisa berbuat apa-apa tanpa ijin dari-Nya. “Idza ara syai’an an yakula lahu kun fayakun, Apabila menghendaki sesuatu Allah cukup mengatakan jadilah, maka jadilah” (Qur’an). Banyak kebesaran Allah yang dipertontonkan kepada kita yang intinya adalah demi kian dalamnya iman kita kepada-Nya.

Bahkan saya dalam proses penyelesaian kasus kesurupan yang marak melanda sekolah sekolah, akhirnya memanfaat benda untuk kemudian ditinggali oleh jin. Kasus jin yang rumahnya acap dihancurkan untuk proses pembangunan sering menyisakan masalah bagi makhluk Allah yang jumlahnya mungkin sudah trilyunan ini. Mereka yang kata teman saya hanya berupa energi ini menurut saya tetap membutuhkan tempat bagi berlangsungnya kehidupan mereka. Ketika kebutuhan dasar tersebut tak terpenuhi, maka jasad manusialah yang paling cocok untuk ditempati. Lalu apa yang terjadi? Yang paling lemah yang sangat mungkin menjadi sasarannya, yaitu siswi di sekolah-sekolah, terutama yang bermasalah. Masalah ini ada yang benar-benar masalah keluarga, percintaan atau apa saja termasuk kelelahan fisik dan mental.

Bulan Februari 2009 sebagaimana diceritakan secara khusus di depan, atas permintaan beberapa pihak akhirnya saya turut membantu SMAN Lunyuk di Sumbawa yang digemparkan oleh aksi kesurupan massal. Seperti yang saya uraikan pada poin ini di atas, bahwa sebagian besar masalah mereka adalah tergusurnya tempat tinggal. Setelah melalui beberapa proses pencerahan yang saya tujukan juga bagi kalangan jin di sana, akhirnya kami bersepakat dan memberikan solusi bagi mereka dengan menempatkan yang mau di beberapa barang yang mereka ingini. Barang itu diantaranya berupa batu, kayu tua, dan beberapa besi kuningan untuk kemudian setelah mereka mendapatkan tempat yang lebih baik mereka akan keluar. Jadi barang-barang itu menjadi rumah sementara untuk mereka, dan bukan azimat.

(3) Pengobatan dengan menggunakan dukun yang meminta pertolongan setan

Dukun atau bahasa Sumbawanya Sandro atau bahkan seorang kyai yang memberikan pencerahan-pencerahan agar umat menjadi lebih baik masuk dalam pola berfikir saya, saya menyetujui cara konsultasi seperti itu. Misalnya ada seorang pemuda yang ingin lulus dalam ujian masuk CPNS kemudian dia mendapatkan pencerahan berupa amalan doa dan shalat serta dzikir shalawat nariyah. Dan itu dilakukan disertai dengan usaha secara fisik. Misalnya belajar dengan tekun dan seterusnya. Kemudian pemuda tersebut atas ijin Allah lulus ujian. Demikian juga ikhtiar seseorang yang ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya, dengan nasehat agar meningkatkan amal ibadah, istighfar dan shalat serta dzikir untuk mendapatkan kesembuhan patut diberikan apresiasi.

Tetapi dengan cara yang sama sang dukun atau kyai tadi hanya memberikan benda yang tadi kita sebut dengan azimat, saya tidak setuju. Tragisnya penyerahan benda itu tanpa dibarengi dengan penjelasan bahwa Allahlah yang berkuasa, maka ini sangat menyesatkan. Bukan hanya itu, membunuh pun acap menjadi tugas beberapa dukun yang sering disebut dengan dukun hitam. Sebaliknya tidak ada yang bisa membunuh kalau Allah belum memberikan ijin kepada malaikat Izrail, si pencabut nyawa. Yang seperti ini tentu tidak serta merta pembunuhan oleh dukun akan berhasil.

Apapun namanya, ketika pengobatan oleh dukun, kyai atau bahkan orang biasa yang merasa mampu, dengan cara memohon pertolongan setan, maka ini diharamkan. Bila mereka mampu menyembuhkan petolongan itu disebut dengan istijrad. Bagaimana cara mereka meminta bantuan setan? ada yang menggunakan alat seperti yang disebut azimat tadi, ada yang langsung memanggil jin kafir untuk segera action menyukseskan keinginan pasien dan cara lainnya.

Beberapa waktu lalu sebelum tulisan ini saya buat (Februari 2009,red) dalam sebuah pengobatan sederhana saya sempat memutus koneksi dukun dengan jin setan yang diperalat itu. Pasien yang mengalami sakit yang luar biasa kemudian muncul rasa takut yang luar biasa juga, sampai kemudian pasien kesurupan. Ketika kesurupan itulah ternyata yang masuk ke jasad pasien bergantian. Mulai jin qarin, jin yang tinggal dirumah dan akhirnya atas doa saya yang insya Allah dikabulkan Allah, jin penyerang masuk dan mau berkomentar.

Jin yang pada awalnya tidak takut dengan Allah, tidak takut dengan neraka dan hal-hal yang berbau religius ini akhirnya sadar dengan pencerahan yang saya berikan. Pertanyaan tentang tujuan hidup sebagaimana diurai bagian lain di depan, membuat dia sadar. Tatkala jin yang akhirnya mau saya islamkan itu sudah tidak mau lagi melakukan pembunuhan, tidak mau lagi melaksanakan perintah sang dukun, maka sembuhlah pasien atas ijin Allah.

Jadi apa yang diharamkan? Yang diharamkan adalah memercayai bahwa kesembuhan adalah bukan dari Allah. Yang dilarang adalah pemahaman dan tindakan serta pola pikir bahwa kesembuhan itu bukan karena Allah tetapi karena dukunnya, dokternya, obatnya dan sarana lainnya. Itulah yang disebut dengan syirik, orangnya disebut dengan musyrik, menyekutukan Allah, naudzubillah.

0 komentar: