Rabu, 18 Januari 2012

Dalam hal apa berguru pada iblis? (dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


A. Sedikit hujjah

            Tak mungkin saya menulis hal segenting ini tanpa alasan yang kuat. Tak mungkin tulisan ini hanya saya tulis sebagaimana tulisan saya yang lain. Argumentasi, dasar hukum, mindset, pertimbangan dan banyak hal telah saya persiapkan untuk tulisan ini. Tentu saja masih banyak hal yang tidak saya ketahui yang memberikan kecenderungan bahwa saya memang manusia yang sangat banyak kelemahan dan kekurangan. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan saya serta kelancangan saya dalam memuat tulisan langka ini.

            Namun sebagaimana perintah Rasulullah Saw, untuk menyampaikan kebaikan meskipun terasa pahit, hal ini harus saya sampaikan. “quill haqqa walau kana murran,” katakanlah kebenaran meskipun pahit. Karenanya saya memaparkan beberapa alasan, dalam hal apa saya berguru kepada Iblis makhluk laknat yang dimurkai semua makhluk, termasuk oleh orang jahat dan penjahat sekalipun.

Iblis dalam dialog dengan Rasulullah Saw berkata : “Wahai Muhammad, saya memohon izin kepada Allah yang Maha Agung untuk menyesatkan umatmu. Sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi mereka. Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak membiarkan segelintir manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.’   Tidak akan ada lagi orang yang shalat dan puasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikitpun kepada siapa saja. Akan tetapi Engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanat dari Allah. Andaikan Engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang kafir pun dimuka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi (hujjah) Allah Swt terhadap makhluk-Nya. Sementara saya hanya menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perutnya.

            Jadi Iblis dan Rasulullah Saw beserta para nabi dan rasul yang lain adalah sama-sama penyeru. Iblis bisa dikatakan sebagai provokator agar orang sesat, sedangkan Rasulullah dan rasul beserta nabi lainnya adalah penyeru atau penghimbau yang membawa kepada mashlahat dan kebaikan dunia dan akhirat. Mereka berdua diset tidak memiliki kemampuan, tetapi Allah sajalah yang mengatur semuanya. Sebagaimana sedikit dikupas di depan, bahwa terhadap Abu Thalib sang paman pun Rasulullah tidak mampu membawanya untuk bersyahadat. Demikian juga Nabi Nuh As, juga tidak mampu membawa Qan’an sang anak menjadi orang shaleh. Bahkan beliau justru mendapat marah dari Allah akibat keluhannya itu. Subhanallah, betapa besar kekuasaan Allah terhadap umat-Nya. Karenanya tidak ada lain bagi kita setelah sami’na wa atha’na, mendengar dan mematuhi, selanjutnya mensyukuri dan meridhakan apa yang menjadi keinginan-Nya.

*****

B. Inilah beberapa alasan itu

            Saya mengambil ilmu dari Iblis sebagai mitra atau sparing partner dalam hal :
1.   Militansi
2.   Tidak lebih berbahaya dari pada nafsu kita.
3.   Selalu dalam koridor aturan Allah
4.   Selalu meminta ijin dan persetujuan Allah yang membuat aturan dan ketentuan
5.   Senantiasa berorientasi pada tujuan
6.   Tidak pernah menganggap dirinya Tuhan meski sebenarnya mampu
7.   Cerdas dan terus belajar meski harus dengan mencuri
8.   Tak kenal putus asa (memiliki strategi A sampai Z, mungkin lebih)
9.   Selalu taat dan takut kepada Allah
10. Bermain  dengan sangat fair
11. Logikanya sangat logis
12. Hanya bersumpah demi nama Allah dan bukan atheis

Marilah kita bahas satu per satu alasan itu, bukan untuk mencari pembenaran, tetapi sekedar wacana yang saya maksudkan untuk menumbuhkan keyakinan pembaca. Sekali lagi saya pun tidak akan memaksa pembaca untuk mengikuti saya. Sebaliknya saya juga tidak akan menyalahkan pembaca yang tidak sependapat dengan saya atau harus mengikutinya. Bila Allah memberikan saya panjang umur dan kita sempat berdialog untuk mencapai satu titik temu, alhamdulillah. Tetapi kalau tidak semoga saja tulisan ini tetap membawa manfaat bagi saya dan umat seluruhnya, Amin.

    1.  Militansi
Sebagaimana telah banyak dibahas di bagian terdahulu, betapa Iblis dan laskarnya memiliki militansi yang sungguh luar biasa. Pantang menyerah dan tidak pernah putus asa, itulah laskarnya. Semuanya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya, untuk mencapai harapan, tujuan dan cita-cita saya. Karena tanpa militansi sepertinya sulit bagi saya mendapatkan semua itu. Dengan lemes dan gampang menyerah, seseorang akan mudah terpengaruh dan sangat dekat dengan kegagalan. Mana ada orang gagal yang menang. Kemenangan yang tertunda itu akan terus tertunda bila tidak diiringi dengan militansi.

            Militan dalam kamus Besar Indonesia  didifinisikan sebagai “bersemangat tinggi”, dan “penuh gairah”. Dan orang yang militan memang selain bersemangat tinggi dan penuh gairah, juga memiliki daya juang yang sangat tinggi pula. Hal tersebut tercermin dari kesiapannya untuk mengorbankan segalanya demi sesuatu yang diingininya.

            Menurut saya Iblis memiliki keyakinan bahwa perintah Allah yang ditaatinya, kelak akan mendapatkan balasan yang setimpal  setelah pekerjaan rampung. Yaitu setelah Kiamat dan semua perhitungan telah selesai dibuat. Tetapi saya juga sangat tidak setuju dengan penterjemahan militan yang dimaknai “berhaluan keras, radikal, dan menghalalkan segala cara. Atau yang lebih tragis lagi bila dimaknai dengan mendekatkan pada terorisme.

            Bisa jadi kegigihan saya dalam mengajar mengaji anak-anak usia SD, bapak-bapak dan juga ibu-ibu di Ambon dulu adalah militan. Untuk bisa melakukannya diperlukan perjuangan yang tak kenal menyerah. Penderitaan saat melakukannya pun sebenarnya tidak sedikit. Kesulitan dari luar yang karena saat itu disana kami juga bergaul dengan orang dari berbagai agama dan etnis, serta penjegalan dari dalam yang tentu selalu ada. Semuanya memerlukan jiwa militan agar tidak putus di tengah jalan.

Tetapi saat itu saya tidak pernah berfikir bahwa Iblis dan timnya sangat militan. Baru-baru ini saja saya menyadari dan belajar, betapa Iblis dan setan  bawahannya adalah sosok-sosok militan yang pantas untuk ditiru semangatnya dalam mencapai goal atau tujuan yang kita yakini baik.

Tsumma la atiyanahum min baini aidiihim wamin khalfiihim wa ‘an aimaanihim wa ‘an syamaailihim. Wa laa tajidu aktsaruhum syakirin,” Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka. Dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Qs Al A’raf : 17). Ini adalah target Iblis, sedikit manusia yang bersyukur. Buktinya?  Sukseslah dia.

      Iblis sudah tahu dengan apa yang ia kerjakan. Ia pun sudah sangat paham dengan dampak yang terjadi dengan hasil karyanya. Sungguh selain militan, Iblis sangat pandai dan luas pengetahuannya. Jadi apa salahnya, dengan telah membaca aksi dari anak buah Iblis lalu kita mengambil hikmah darinya. Tidak salah kan?

2.   Tidak lebih berbahaya dari pada nafsu kita.
            Iblis selama ini telah dijadikan cerminan dari kejahatan, keburukan dan angkara murka yang sangat berbahaya, dimana tipu dayanya bisa menjatuhkan kita ke lembah kehinaan apabila diikuti. Tetapi kita sering lupa bahwa ada sesuatu yang nilai serta esensinya jauh lebih berbahaya daripada Iblis dan tipu dayanya, yaitu nafsu.

Iblis hanya mengajak dan memperdaya, sedangkan nafsu adalah bagian dari diri kita sekaligus pelaku kejahatan. Allah Swt berfirman, “Fala talumuni walumu anfusakum,” oleh sebab itu, janganlah engaku mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri (Qs Ibrahim : 22)        

            Dan Allah berfirman, “dan pada tiap-tiap manusia itu telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya apa yang melingkar) pada lehernya. Dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab amalmu (Qs Al Isra : 13-14)

            Dan Firman-Nya lagi, “bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (Qs Al Qiyamah : 14)

            Sesuatu yang tersembunyi dan paling berbahaya adalah nafsu. Sebab nafsu merupakan tempat persembunyian bagi berbagai penyakit. Apabila kita menganggap remeh nafsu, membiarkannya bertindak sebebas mungkin, maka ia pun akan dengan leluasa mengikuti langkah setan.

Iblis dan setan krunya tidak pernah memaksa kita untuk mengikuti jejak mereka. Mereka hanya menghimbau dan mengajak. Keputusannya ada di tangan kita. Lakon yang semestinya mengambil keputusan itu ya kita ini. Karenanya mari kita bimbing dan kendalikan nafsu kita yang ternyata lebih berbahaya daripada Iblis.

Nafsu  itu seperti anak bayi, apabila kita sebagai orang tua membiarkannya tetap menyusui, niscaya sampai tua pun ia akan terus memintanya. Tetapi kalau kita menghentikannya sesuai aturan yang ditawarkan Allah dalam umur dua tahun, buktinya kita bisa. Dan kita lihat, ternyata ibu-ibu muda sekarang dengan berbagai alasan, sudah menghentikan menyusui bayinya tidak lebih dari tiga sampai enam bulan.

Sewaktu  saya di Toraja Sulsel, saya mempunyai seorang sahabat yang sudah menjadi saudara. Meskipun kami berbeda kepercayaan, tetapi hubungan kami sangat baik. Namun sayang Pak I Wayan Diamo tidak berumur panjang. Allah memanggilnya sewaktu saya berada  di Bandung 2003 lalu.

Ada apa dengan Pak Wayan? Bu Wayan memberikan pelajaran kepada saya, betapa Mas Yoga anak ketiganya yang sudah kelas 1 SMP masih terus meminta tetek sang ibu setiap mau tidur. Yoga tidak akan bisa tidur sebelum keinginannya terpenuhi. Mohon maaf tanpa bermaksud apa-apa, saya hanya ingin meyakinkan pembaca, bahwa nafsu bila dituruti akan terus dan terus meminta.  Kitalah hakimnya, kapan kita putuskan go dan kapan kita harus mengatakan ‘stop’.

Jadi, percayalah pembaca, bahwa nafsu jauh lebih berbahaya daripada Iblis. Karenanya, dalam dialog Rasulullah dengan Iblis menegaskan, “seandainya saya dimampukan Allah untuk menjadikan semua orang sesat, maka tidak akan saya sisakan umatmu wahai Muhammad. Dan sebaliknya, jika kamu (Muhammad) dimampukan oleh Allah, niscaya semua manusia akan kamu jadikan baik semua. Tetapi sayangnya Allah menggariskan lain.”

3.   Selalu dalam koridor aturan Allah
            Saya belum menemukan dimana letak kesalahan Iblis yang melanggar ketentuan Allah. Apabila pembaca telah memilikinya, mohon kiranya dapat disampaikan kepada saya. Sejauh yang saya ketahui, Iblis hanya bertindak atas perintah Allah. Dan semua yang dilakukannya tidak pernah keluar dari koridor aturan-Nya. Artinya apa? Menurut saya Iblis adalah makhluk yang sangat taat kepada perintah Allah.

            Saat Iblis masih menjadi jin shaleh dengan nama Azazil, Allah sangat suka dengannya. Dan kondisi ini juga diketahui oleh para malaikat. Bahkan hal tersebut sempat menjadi pergunjingan di ranah kehidupan malaikat saat itu. Sampai akhirnya Azazil boleh hidup bersama malaikat yang kemudian disebut sebagai “burung meraknya malaikat”. Dan saat itu Azazil sempat menjadi bos disana akibat dari kelengkapan dan kesempurnaan dirinya. Ada nafsu dan dia termasuk yang mukalaf, yaitu yang terkena dan terikat oleh hukum Allah.

            Menurut analogi saya, Iblis yang sangat taat kepada Allah itu kemudian diberikan tugas yang lebih berat yang benar-benar sangat menantang. Yaitu tugas menjadi pemeran antagonis yang harus menjadi orang jahat dalam skenario Allah Swt.

            Bukti lain ketaatan Iblis kepada Allah adalah saat mendapatkan perintah untuk membuka semua rahasia diri dan tentaranya di hadapan Rasulullah Saw. Sekali lagi, kalau saya yang disuruh untuk menjadi bos suatu perusahaan A, sementara saya bersaing ketat dengan perusahaan B. Mohon maaf, saya tidak akan pernah memberikan informasi sedikitpun tentang kelebihan dan kelemahan perusahaan saya kepada pesaing. Tentu saja terkecuali ada bos besar yang lebih besar lagi yang siap membayar saya minimal tiga kali lipat dari gaji saya ketika berada di perusahaan A. Untuk ini saya siap untuk berkhianat. Atau jangan-jangan antara perusahaan A dan B ada dalam satu grup. Seperti Indomie dengan supermi.
           
            Mungkin seperti itulah kira-kira peran Iblis. Sehingga ia mau memberikan semua rahasia dan resep telak untuk bisa ia terkalahkan. Aneh bukan? Tetapi kalau Allah sudah mau, tak ada yang bisa menghalanginya. Dan menurut saya Iblis dan Rasulullah juga dalam skup yang demikian. Sama-sama pemain. Kita harus belajar dari Iblis yang hanya bermain pada koridor yang telah ditetapkan. Meskipun berat, kita tetap harus bermain cantik dan fair. Karena semuanya dalam pantauan Dia.

            Makanya setiap malam menjelang tidur saya mempunyai satu mantra yang saya yakini bagus. Silakan kalau pembaca ingin menirunya. Ini saya ulangi karena inilah yang akan mengantarkan kita pada level pra takwa yang disebut dengan ikhsan. Mantra ini semakin sering dirapalkan, insya Allah akan semakin baik. Jangan marah ya, saya katakan sebagai mantra? Mantra itu adalah, “Allah melihatku, Allah menyaksikan aku, Allah menjagaku, Allah memberkatiku,  Allah melindungiku, Allah mengampuni semua dosaku dan Allah mengabulkan semua permintaanku, Amin.” Mau? Hehehehe… sekali lagi saya tidak memaksa dan di forum ini belum akan menjelaskan manfaatnya secara luas. Karena pada buku “Ustadz Ikram, Tanda Kebesaran Allah Melalui Seorang Murshid” akan dibahas tuntas.


4.   Selalu meminta izin dan persetujuan Allah sebagai pembuat aturan dan ketentuan
            Ketika Iblis tidak mau menyembah Adam dan diusir dari surga, Iblis pun memohon penangguhan. Apabila yang diminta Iblis itu buruk, tidak mungkin Allah yang maha suci memberikan izin itu. Padahal yang diminta bukan hanya penangguhan, tetapi juga izin menggoda dan menjerumuskan anak cucu Adam. Itu menurut saya buruk.

            Seandainya saya seorang ayah dan salah satu anak saya ingin memukul atau bahkan membunuh yang lainnya, atau orang lain, pasti saya tidak akan memberikan izin. Atau misalnya saya sebagai seorang Bupati, dan salah satu anak buah saya minta izin saya untuk menjerumuskan teman kerjanya, tentu saya tidak akan memberikan izin. Tetapi mengapa Allah memberikan izin kepada Iblis untuk menjerumuskan manusia?

            Sekali lagi,  benar-benar sangat aneh, tatkala Allah memerintahkan dirinya untuk membuka semua kelemahan dan rahasia yang dimilikinya di hadapan Rasulullah dan para sahabat, dia berikan semuanya. Kalau dipikir pikir, ini permainan macam apa? Misalnya Indonesia sedang berperang melawan Jepang. Kemudian saya sebagai jenderal menceritakan semua kelemahan dan kelebihan bangsa saya di hadapan musuh saya, emangnya saya dibayar berapa? Itu kan satu bentuk pengkhianatan terhadap bangsa saya. Dan itu tidak mungkin saya lakukan, meski nyawa menjadi taruhannya. Tetapi Iblis, atas perintah Allah memberikan semua yang dibutuhkan oleh musuhnya untuk bisa mengalahkannya.  Luar biasa dan benar-benar sangat fair permainan ini. Tinggal kita mau atau tidak mengambil semua ilmu itu.

            Pembaca boleh membuka kembali bagian depan, bagaimana Iblis menjelaskan 10 permintaan yang kemudian dikabulkan semua oleh Allah. Dialog tersebut terurai pada bagian akhir dialog Iblis dengan Rasulullah Saw di  buku ini.

            Inilah firman Allah secara lengkap tentang ijin penangguhan yang diberikan-Nya. ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman, ‘sesungguhnya engkau termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab,‘ Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs Al A’raf : 13-16). Sekali lagi Iblis tidak berbuat kecuali telah mendapatkan izin dan persetujuan dari pemilik kekuasaan. Dan Allah memberinya, demi sebuah permainan yang menarik untuk menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.

5.   Berorientasi pada tujuan
            Goal yang ingin dicapai oleh Iblis adalah ridha Allah. Karena ia juga seorang jin yang memiliki kewajiban untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah ia selalu ingat akan tujuan itu. Ini menurut saya. Pembaca boleh mendebatnya kok.

            “wama khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun,” dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (Qs Adzariyat : 56). Dan Iblis adalah tercipta dari golongan jin.

            Tentu saja sebagai pemeran antagonis Iblis dibekali dengan beberapa perangkat. Misalnya kemampuan merubah wujud, tidak punya rasa lelah dan sakit, dan masih banyak nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Ini menunjukkan kekuasaan dan keadilan Allah sangat mutlak. tetapi hal ini berlaku dan bisa diterima oleh orang-orang yang berakal serta  memanfaatkan logikanya. yaitu logika sebagai makhluk dan logika iman.
            Itulah mengapa ketika disuruh untuk menyembah Adam, Iblis tidak mau. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Iblis tidak sudi menyembah kepada selain Allah, yaitu Adam.  Padahal dalam riwayat itu dijelaskan bahwa menurut Adam bukan menyembah, tetapi menghormati. Namun Iblis bersikukuh bahwa ‘isjudu’ menurutnya berarti sembahlah. Jadi ia disuruh menyembah dan bukan menghormati saja.

            Sekali lagi, mari kita pikirkan, seandainya Iblis hanya berfikir bahwa tugas yang diembannya adalah bentuk kesenangan yang memuaskan dirinya, apakah dia akan mau memberikan rahasia yang dipegangnya. Kalau saya, rahasia yang saya miliki untuk mengalahkan musuh saya tidak akan pernah saya berikan kapadanya. Untuk apa berkompetisi kalau harus kalah? Benar?

            Masih ingat bagaimana Iblis menolong Abdullah bin Umi Maktum yang buta? Tujuannya hanyalah agar dosa targetnya tidak diampuni semua. Dan Iblis rela mengantarkan Abdullah setiap hari. Ketika dia harus menyembunyikan jati dirinya, akhirnya Iblis mau mengalah berterus terang karena Abdullah bin Umi Maktum bersumpah demi nama Allah. Dia tetap berorientasi pada tujuan melaksanakan perintah Allah.

            Satu lagi, ketika Iblis menggoda Barshisa orang alim  yang luar biasa ibadahnya. Tujuannya hanya satu, agar Barshisa menjadi kafir. Prosesnya sangat lama, dan mungkin perlu penderitaan yang harus disuguhkan demi sukses mencapai target. Tetapi kegigihannya benar-benar membuahkan hasil. Akhirnya Barshisa bersujud kepada Iblis dan mati dalam keadaan kafir. Subhanallah.

            Inilah yang semestinya kita lakukan, berorientasi pada tujuan.  Meskipun proses adalah hal yang amat penting, tetapi ketika kita telah melupakan tujuan utama ‘mengabdi kepada-Nya’, maka habislah kita. Yang ini bisa diibaratkan seperti seorang anak yang disuruh ibunya membeli lilin. Lilin itu diperuntukkan agar rumah tidak gelap, karena listrik sedang padam. Karena si anak, kemana-mana, maka sesampai di rumah listrik suadah menyala, dan lilin tidak digunakan. Padahal tadi sedang ada acara. Demikianlah pelajaran tentang ‘goal oriented’

6.   Tidak pernah menganggap dirinya Tuhan meski sebenarnya mampu
Saya pun belum mendapatkan referensi yang jitu, bahwa Iblis pernah mengaku sebagai Tuhan. Padahal kalau dia mau pasti bisa, dan pengikutnya juga pasti akan sangat banyak. Bayangkan dia bisa menembus ruang dan waktu, bisa merubah wujud dirinya menjadi seperti apa yang diinginkannya. Dan tentu kemampuan-kemampuan luar biasa yang dimilikinya. Tetapi sudah bisa dipastikan bahwa lagi-lagi semua kemampuan Iblis itu atas ijin dari Allah Swt.

Imam AL-Ghazali pernah menceritakan sebuah riwayat tentang Fir’aun yang membuat penjagaan ketat. Penjagaan itu terdiri dari berlapis bala tentara dengan maksud agar tak seorang pun bisa masuk ke kamar mandinya. Hal itu disebabkan karena dia telah memproklamirkan diri sebagai tuhan yang wajib disembah. Ia tak menginginkan ada seorang pun yang melihat bentuk wajahnya yang asli ketika ia sedang mandi di dalam kamar mandi.

Tiba-tiba Firaun dikejutkan dengan munculnya seeorang yang belum pernah ia lihat (orang asing) yang masuk ke dalam kamar mandinya. Fir’aun segera bertanya “ Siapa engkau ?”  Orang asing  itu menjawab “Aku adalah Iblis”

Fir’aun bertanya kembali, “Engkau Iblis yang terlaknat dan yang berputus asa  dari rahmat Allah itu kan?.“ Iblis menjawab,  “Engkau lebih buruk dari setan dan Iblis. Aku hanya mengatakan pada manusia ‘Janganlah menyembah Allah!, sedangkan engkau mengatakan kepada mereka  ‘Aku adalah Tuhan Kalian Yang Tinggi.”

Betapa ternyata Iblis lebih baik daripada Fir’aun, meskipun Fir’aun sendiri adalah juga bagian dari skenario Allah. Hanya saja Fir’aun bertugasnya tidak pada seluruh zaman. Tugas Fir’aun sebagai pelajaran bagi manusia hanya pada masanya. Sedangkan Iblis menjadi pelajaran bagi kita sampai pada deadline yang dinamai Kiamat.

Saat harus memerintahkan Barshisa untuk bersujud kepadanya, bukan berarti Iblis ingin menjadi Tuhan. Tetapi itu adalah sarana agar Barshisa benar-benar kafir, seperti tujuan yang hendak dicapainya. Setelah ia kafir Iblis lari dan tidak bertanggung jawab dengan hal itu.

    7.     Cerdas dan terus belajar meski harus dengan mencuri
Rasulullah dalam dialog dengan Iblis bersabda, “Segala puji bagi Allah Swt  yang telah menjadikan umatku bahagia dan mencelakakanmu sampai pada waktu yang di tentukan.“

Tidak dan tidak mungkin, dimana umatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak mati sampai pada waktu yang telah di tentukan. Lalu bagaimana engkau bisa bahagia  terhadap umatmu, sementara saya bisa masuk kepada mereka melalui aliran darah dan daging,  sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan yang telah menciptakanku dan telah menunda kematianku sampai pada hari mereka di bangkitkan kembali (Hari Kiamat). Sungguh saya akan menyesatkan mereka seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa membaca Al-Qur’an, yang nakal maupun yang rajin beribadah. Kecuali hamba-hamba Allah Swt yang mukhlis murni.”

Kecerdasan dan kemampuan olah logika Iblis yang luar biasa dimanfaatkan untuk meraih target yang ditetapkan Allah kepadanya. Bukan hanya itu, selain Iblis dan laskarnya akan terus berusaha mencari cara, mereka juga terus belajar bagi keberhasilannya. Mereka sering mencuri berita langit meskipun penjagaan para malaikat sangatlah ketat.

Dan uniknya, pelanggaran yang dilakukan oleh Iblis dan anak buahnya dalam mencuri berita langit itu diijinkan oleh Allah. Allah membiarkan hal itu terjadi, kecuali pada saat kelahiran manusia terbaik sepanjang zaman, Rasulullah Saw. Yaitu pada tanggal 20 April tahun 571M. Iblis dan setan-setan timnya sempat tidak bisa menembus langit akibat kebesaran bayi Rasulullah Saw.

Di banyak kesempatan Iblis mempertontonkan kecerdasannya. Pada forum Darun Nadwah dimana Kafir Quraisy mengalami kebingungan untuk mencelakakan Rasulullah, dia telah menjadi mentor yang ulung. Saat mengelabuhi orang alim yang ingin menebang pohon, strateginya sangat-sangat jitu. Menjebloskan Barshisa, ulama yang kemudian menjadi kafir juga bukti kemantapan dirinya. Dari sanalah saya berani membenarkan bahwa Iblis memang cerdas. Dan saya harus menirunya untuk goal-goal kebaikan yang saya yakini.



    8.     Tak kenal putus asa (memiliki strategi A sampai Z, mungkin lebih)
Meskipun nama Iblis berarti putus asa, namun dia tak pernah putus asa dalam melaksanakan tugasnya. Iblis dicap sebagai makhluk yang berputus asa dari rahmat Allah. Tetapi menurut saya, statemen itu hanya untuk konsumsi orang awam. Itu dimaksudkan agar orang awam itu tidak mudah tergelincir dan tertipu oleh musuhnya itu. Saya malah melihatnya sebagai kelebihan Iblis yang rela dijadikan sebagai makhluk terjahat menurut kacamata manusia dan jin.

Iblis memiliki strategi A sampai Z atau mungkin lebih. Sebagaimana diceritakan di depan, bagaimana 5 setan andalannya sangat militan  dan tak kenal putus asa.

Tsabar, Dasim, A’war, Maswat dan Dzalnabur, sebagai andalan bagi keberhasilannya mungkin tidak memiliki urat lelah dan putus asa. Agar lebih yakin, silakan pembaca kembali membaca pada bab di depan tentang kelihaian A’war dan menyelesaikan tugasnya. Disana sungguh luar biasa, sangat cantik cara dia bermain. Inilah yang perlu kita contoh, agar dalam mencapai tujuan dan cita-cita yang baik kita tidak mudah mundur. Apalagi berputus asa. Bagaimana dengan laskar Iblis yang lain? Silakan direnungkan lagi kegigihan mereka untuk bekerja dan berjuang demi tujuannya.

Allah telah berpesan dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah. Sesunguhnya tidak ada yang berputus asa dari tahmat Allah kecuali orang-orang kafir (Qur.an). Tetapi kita harus yakin bahwa untuk tidak berputus asa perlu kekuatan (power), untuk mendapatkan power diperlukan dorongan (motivasi), dan untuk mendapatkan motivasi mutlak dibutuhkan harapan. Harapan adalah alasan, untuk apa sesuatu diambil, untuk apa sesuatu dilakukan dan seterusnya. Sedangkan alasan dan harapan kita hanyalah satu, yaitu Allah dengan ridha-Nya.

Belajar kepada Iblis yang menurut saya memiliki prinsip “lebih baik mati daripada gagal”, kita harus memiliki prinsip yang lebih kuat dari itu. Misalnya, “Lebih baik menderita, daripada dikalahkan oleh Iblis dan krunya.” Do you agree? Kalau tidak mari saya tunggu masukannya..!!

    9.     Selalu taat dan takut kepada Allah
Iblis memiliki kelebihan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, sebagimana yang dijelaskan oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Iblis dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat kalian semua. Sesungguhnya kami telah menjadikan Iblis sebagai pemimpin bagi orang-orang  yang tidak beriman (Qs Al A’raf : 27).

Iblis taat dan patuh atas perintah Allah untuk menjadi pemimpin orang yang tidak beriman. Semua yang dilakukannya atas perintah dan izin dari Allah Swt.

Dalam dialog pun Rasulullah bertanya pada Iblis, “Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai makhluk terkutuk ?. Iblis menjawab , “Telah datang kepadaku seorang malaikat yang telah diutus Tuhan Yang maha Agung , dimana utusan itu berkata kepada ku, “Sesungguhnya Allah Swt memerintahmu untuk datang kepada Muhammad Saw sementara engkau adalah makhluk yang rendah  dan hina. Engkau harus memberi tahu kepadanya , bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anak-cucu Adam As, serta bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad Saw dengan jujur. Maka demi kebesaran dan keagungan Allah Swt, jika engkau menjawab dengan bohong  sekalipun hanya sekali, sungguh engkau akan Allah Swt jadikan debu yang bakal di hempaskan oleh angin kencang, dan musuh-musuhmu akan merasa senang. Wahai Muhammad , maka sekarang saya datang kepadaamu sebagaimana yang diperintahkan kepadaku. Maka tanyakan apa saja yang engkau inginkan. Kalau sampai saya tidak menjawab dengan jujur, maka musuh-musuh ku akan merasa senang atas musibah yang bakal saya terima. Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku daripada bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku.” Jawab Iblis.

Sekali lagi saya ingin mendapat masukan dengan hujjah atau argumentasi yang logis dalam dua hal. Yaitu logis secara dalil naqli (berdasarkan dasar hukum yang kuat) dan juga dalil aqli (logis secara logika akal manusia). Dalam hal ini yang saya cari adalah ketidaktaatan secara hakikat Iblis kepada Allah. Kalau perintah bersujud kepada Adam menurut saya tidak logis, karena Iblis yang mukalaf (terkena hukum Allah) tidak sama dengan malaikat. Iblis memiliki logika dan tanggung jawab atas perintah dan larangan Allah, serta bisa memilih untuk dilaksanakan atau tidak, sedangkan malaikat bebas dari hukum Allah. Jadi Iblis hanya harus menyembah Allah. Sementara malaikat, ya terserah yang membuat dan menyuruhnya. Mereka pasti akan manut saja. Lagian yang diperintah kan hanya malaikat, sedangkan Iblis adalah jin dan bukan malaikat. Wa idzqaala rabbuka lil malaaikati, bukan lil ummati. Kalau semua malaikat bersujud, ya otomatis. Coba dipertimbangkan lagi.

Jadi sampai buku ini saya tulis, saya belum mendapatkan referensi pasti pelanggaran Iblis atas perintah dan larangan Allah kepadanya. Karenanya, dengan berbagai alasan tadi saya berguru kepada Iblis untuk taat dan takutnya kepada Allah Swt. Adakah pembaca ingin memberontak? Silakan, asalkan dengan cara yang bijaksana dan baik, bil hikmah wal mau’idhatil hasanah.

    10.   Bermain dengan sangat fair
Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nahl : 99 menegaskan bahwa Iblis dan setan-setannya tidak memiliki kekuasaan. “Innahu laisa lahu, sulthanu alaladzina amanu wa ala rabbihim yatawakalun,” Sesungguhnya setan tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya (Qs An-Nahl : 99).

Sebenarnya Iblis telah memberikan penawaran yang cantik dan menguntungkan kepada manusia sebelum kemudian dia akan menjadi bahan ujian bagi mereka. Iblis selain mengakui dan bertuhan kepada Allah ia juga mengakui adanya kitab Allah yang diturunkan, terutama Al-Qur’an. Lebih dari itu Iblis pun sebagaimana dalam dialognya dengan Rasulullah mengungkapkan ketidakberdayaannya dalam menjerumuskan manusia.

Dia mengakui bahwa kekuatan hanyalah milik Allah. Tugasnya hanya membujuk manusia untuk melenceng dari petunjuk Allah, dan bukan menjadikannya sesat. Tetapi mengapa manusia tidak mau beriman? Padahal menurut Qs An-Nahl : 99 tadi  menegaskan bahwa orag beriman dan bertawakal akan menjadi pemenangnya.

Bahwa sesungguhnya kekuatan itu hanyalah kepunyaan Allah, semuanya,” (Qs Al-Baqarah : 165). Sehingga Iblis pun hanya bisa berandai-andai. “Wahai Muhammad, seandainya saya memiliki kemampuan untuk menyesatkan umatmu, niscaya saya tidak akan menyisakan sedikitpun untuk menjadi sesat. Sebaliknya, apabila engkau mampu menjadikan seluruh manusia taat kepada Allah, niscaya engkau akan membuat semuanya taat. Tetapi sayangnya  kita berdua tidak dikaruniai kemampuan untuk itu.

Dengan kecerdasan dan kemudahan solusi yang ditawarkan Iblis, banyak manusia yang kemudian menjadikan Iblis sebagai pemimpinnya. Seharusnya ambil saja ilmunya, dan tinggalkan kejelekannya. “Innama sulthanuhu alalladzina yatawalaunahu, walladzinahum bihi musyrikun,” Sesungguhnya kekuasaan Iblis hanyalah  atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah (An-nahl : 100).

Penawaran dari Allah yang juga disetujui Iblis sudah sangat jelas. Tinggal kita saja ingin memilih yang mana dengan resiko yang akan  secara otomatis menyertai pilihan itu. Hidup adalah pilihan. Bahkan sejak bangun tidur sampai tidur lagi, kita terus dihadapkan pada pilihan-pilihan. So, segera memilih yang terbaik dengan resiko yang sebenarnya indah kalau dengan cinta.

Jadi sebenarnya orang yang taat kepada Allah pasti akan meninggalkan larangan-Nya. Tetapi bagi orang yang kalah berdebat dengan Iblis dan logikanya menerima, atau secara tidak sadar menerima logika yang disajikan Iblis, maka ia akan mengikuti rayuan dan godaannya, sehingga termasuk orang-orang musyrik. Mungkin mereka tidak mengakui demikian, tetapi kenyataannya?. Subhanallah. Iblis sudah bermain dengan fair, bagaimana dengan kita? Ingin bermain secara fair dengan terus menyambungkan strum kepada Allah, atau justru mengikuti perannya? Silakan dipilih, dipilih dan dipilih..!!

    11.   Logikanya sangat logis
Pada Bab 2 poin C di buku ini, tentang skenario Allah terhadap Iblis sangat-sangat jelas logika Iblis. Dia selalu memberikan wacana yang sangat logis. Bahkan pilihan-pilihan dan konsekuensi yang akan diterima manusia dengan pilihannya juga amat logis.

Pada skenario pertama, Iblis membantah dan memprotes keputusan Allah untuk menciptakan khalifah yang akan membuat kerusakan di muka bumi. Golongan jin yang dirinya adalah bagian dari mereka selalu membuat kekacauan sebelum Adam diciptakan. Logikanya memang bisa diterima akal manusia. Tetapi Allah memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. “Inni a’lamu mala ta’lamun,” Sesungguhnya Aku (Allah) lebih mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya. Toh akhirnya Iblis manut juga.

Pembaca masih ingat bukan kisah Nabi Musa As yang berguru kepada Nabi Khidir? Ketidaktahuan Musa As dengan pertanyaan marahnya atas tindakan kejam Nabi Khidir, membuatnya tidak lulus dalam ujian itu. Jadi skenario pertama Iblis harus lengser dari kekhalifahan. Adamlah sebagai penggantinya. Namun prosesnya masih sangat lama dan panjang sampai Rasulullah Saw terlahir pada tahun 571 M.

Skenario kedua Iblis diperintahkan untuk bersujud kepada Adam As Sangat masuk akal bukan, kalau dia tidak mau menyembah kepada selain Allah? Tentu saja Iblis berprinsip isjudu  adalah perintah untuk bersujud dalam arti menyembah, dan bukan sekedar penghargaan. Meskipun ia harus diusir dari surga pun ia rela menerimanya. Dan kalau pembaca berani bersikap kritis pasti setuju dengan saya. Mengapa ketika Iblis memohon penangguhan dan ijin untuk menjerumuskan anak cucu Adam Allah setuju? Bukankah menjerumuskan itu termasuk perbuatan mungkar? Tetapi demi terjadinya skenario-Nya, Allah mengijinkan. Berikutnya Allah juga akan mengampuni dosa umat manusia bila mereka memohon. Lagian pembaca,  Iblis kan tidak disuruh sujud kepada Adam. Yang disuruh kan malaikat, sedangkan Iblis adalah dari golongan jin. Setuju?

Skenario ketiga, Adam dan Hawa dilarang untuk memakan buah khuldi, tetapi Allah juga menugaskan Iblis agar buah khuldi dimakan oleh mereka. Di surga tidak ada kehamilan dan melahirkan. Seandainya Iblis tidak berhasil membujuk Adam, apakah di dunia ini akan ada kita? Tidak mungkin, karena selamanya mereka akan di surga dan tidak pernah berkembang keturunannya.

Ada keterangan yang bersumber dari Sa’ad ra, ia menerima keterangan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda : ‘Sesungguhnya setan (Iblis) laknatullah telah berkata kepada Tuhannya : “Demi kemuliaan-Mu dan keagungan-Mu, wahai Tuhanku, aku akan terus menerus menyesatkan hamba-Mu dan memerintahkan mereka untuk melakukan kekufuran dan kemaksiatan selama ruh mereka masih melekat di jasadnya”. Maka Allah ta’ala berfirman : Wahai Mal’un (makhluk yang dilaknat), Demi Kemuliaan-Ku dan Keagungan-Ku, Aku tidak henti-hentinya mengampuni mereka selama mereka mau berdzikir kepada-Ku dan memohon ampunan dari-Ku (Kitab Duratun Nasihin hal 162)

Hadits ini sangat strategis untuk penyajian data di buku IG ini. Jadi mohon untuk dapat dimaafkan apabila hadits ini saya gunakan untuk menjelaskan beberapa alasan yang saya paparkan sebagai argumentasi. Dan saya sangat salut dengan pola pikir kritis Iblis yang terstruktur itu. Hal tersebut bagi saya adalah suatu ikhtiar, usulan meskipun pada akhirnya Allah pula yang memutuskan, dikabulkan tau tidak usulan itu. Menurut saya logis.         Sedangkan Iblis pun setelah diputuskan Allah, dia tidak protes lagi. Jadi setelah berusaha baru tawakal, “Faidza ‘azamta fatawakal alallah.”
   
    12.  Hanya bersumpah demi nama Allah (bukan atheis)
Selalu dan selalu Iblis bersumpah demi nama dan keagungan Allah Swt. Ini menyiratkan bahwa Iblis bukanlah atheis. Dia yakin, percaya dan taat kepada Allah Swt.

Sementara Sa’ad ra, ia menerima keterangan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda : ‘Sesungguhnya setan (Iblis) laknatullah telah berkata kepada Tuhannya : “Demi kemuliaan-Mu dan keagungan-Mu, wahai Tuhanku, aku akan terus menerus menyesatkan hamba-Mu dan memerintahkan mereka untuk melakukan kekufuran dan kemaksiatan selama ruh mereka masih melekat di jasadnya”. Maka Allah ta’ala berfirman : Wahai Mal’un (makhluk yang dilaknat), Demi Kemuliaan-Ku dan Keagungan-Ku, Aku tidak henti-hentinya mengampuni mereka selama mereka mau berdzikir kepada-Ku dan memohon ampunan dari-Ku (Kitab Duratun Nasihin hal 162)

Kata “demi kemulaiaan-Mu dan keagungan-Mu wahai Tuhaku,” adalah salah satu bukti bahwa Iblis tidak bersumpah atas namanya sendiri atau yang lebih buruk darinya. Ini menunjukkan bahwa Iblis selain bukan atheis dan taat kepada aturan Allah, dia selalu ingat akan Allah azza wa jala.

Bagaimana dengan kita yang selama ini selalu merasa lebih mulia daripada Iblis? Apakah kita sudah meminta izin-Nya atas apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas keseharian? Apakah kita selalu mengingat-Nya? Dan apakah kita hanya bersumpah atas nama Allah? Mari kita mulai dari sekarang, dan  dari diri sendiri.

Dalam firman-Nya Allah mengusir Iblis dari surga dan Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Shad : 82). Jadi meskipun Iblis  sombong dan angkuh, akan tetapi ia bersumpah atas keagungan Allah. Namun, ketika ia menggoda manusia untuk berlaku kufur kepada-Nya dan manusia mengikutinya, Iblis tidak bertanggung jawab. Orang tugasnya hanya menyeru kok.

Rasulullah Saw berkata kepada iblis, “ Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat Al Qur’an dari kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu.”

Bagaimana menurut pembaca? Nah, bila belum puas dengan semua penjelasan tadi, kita bisa menambah  alasan yang sebenarnya sangat banyak. Dan semuanya menurut saya sangat logis. Tentu saja semua alasan adalah pembenaran, sebagaimana setiap orang membuat alasan untuk membenarkan dan memperkuat argumentasinya.

0 komentar: