Jumat, 13 Januari 2012

Takut kepada jin adalah bentuk syirik (dari buku MPIM karya Moeslih Rosyid)


Saya selalu mengingatkan teman-teman dan keluarga saya untuk tidak takut dengan jin. Memang kehadirannya acap membuat bulu roma berdiri, merinding. Tetapi bukan berarti merinding harus diikuti rasa takut bukan? Saya yang sudah seperti ini saja kadang dihampiri rasa takut kok. Terutama kalau sedang sendirian dan di tempat sepi. Tetapi secepatnya segera saya tanyakan pada diri sendiri, adakah alasan untuk takut. Jika memang ada, apa kemungkinan terburuknya dengan kehadiran mereka? Tidak ada… maka saya buang rasa takut itu, lalu sirnalah dia dari saya.

Kalau seseorang takut dengan jin berarti takut kepada selain Allah. Padahal hanya kepada Allahlah kita takut. Siapapun yang masih takut kepada selain Allah memang harus terus dan terus belajar mendapatkan motto dari buku ini sebagai “hadiah untuk orang yang yakin”. Keyakinan kepada Allah yang bisa berbuat apa saja harus terus dipupuk. Kekuasaan Allah berbuat, sebagian besar berasal dari keyakinan kita kepada-Nya melalui pikiran. Kita berfikir bisa, insya Allah akan ada jalan. Kita berfikir tidak bisa, hampir dipastikan tidak akan bisa. Allah hanya berbuat sesuai dengan prasangka kita.

Dengan masih takut kepada selain Allah berarti mengganggap ada yang lebih kuat dari pada Allah. Padahal saya sudah membuktikan ribuan kali bahwa pikiran dan keyakinan kita akan kebesaran Allah selalu menghadirkan sebentuk keberanian, rasa percaya diri dan keberuntungan.

Dalam sebuah pelatihan dasar Palang Merah Remaja (PMR) se-Kabupaten Sumbawa yang dilaksanakan oleh Korp Suka Rela (KSR) saya mendapat undangan untuk pembukaan. Acara tersebut dilaksanakan di SMAN 3 Sumbawa NTB. Selain itu diundanglah saya oleh Pak Suro dan teman-teman anggota KSR secara khusus. Usai pembukaan, bermaksud mengantisipasi adanya tragedi kesurupan yang sering terjadi pada momen seperti itu, kami berkumpul di lapangan basket sekolah itu.

Beberapa kesepakatan batin telah kami buat dengan jin penghuni di sana. Untuk meyakinkan kami, saya meminta kepada Mas Manaungi yang siswinya di SMP 1 Labuhan sering kesurupan dan pingsan di sekolah. Sebelum siswi yang bernama Lia datang, saya sembunyikan terlebih dahulu jin yang ikut rapat tadi.

Lia datang dan langsung jatuh pingsan melihat salah satu dari mereka. Dalam beberapa detik setelah jin itu masuk ke dalam diri Lia, saya panggil Lia dan bangunlah dia. Disini bisa diambil kesimpulan bahwa Lia kesurupan karena didera rasa takut yang amat dalam. Yang seperti ini mudah disembuhkan asalkan pasien mau dan patuh pada yang mengobati.

“Lia, kenapa kamu takut dengan orang cantik?,” tanya saya padanya setelah ia sadar. Tanpa berani melihat sebelah kanan saya, Lia menjelaskan bahwa dia takut karena dia bukan manusia, katanya. Di sebelah kanan saya, di belakang Pak Suro memang berdiri Jin Yanti yang tinggal di rumah Mas Dar anggota KSR sekaligus staf PMI. Tetapi jin itu menampakkan dirinya sebagai perempuan cantik.

Setelah mendapatkan pencerahan dari saya bahwa seharusnya kita hanya takut kepada Allah, Lia dengan cepat memahaminya. Seperti biasa, saya tidak puas bila tidak berhasil menyembuhkan orang. Lia punya kebiasaan buruknya pingsan. Benarkan?, masalahnya Lia ini hampir setiap hari kata Mas Manaungi pingsan di kelas. Katanya sih karena melihat berbagai penampakan yang mengerikan.

Memang ada anak-anak indigo yang oleh Allah dikaruniai bisa melihat jin. Tetapi tetap saja bukan melihat dengan mata kepala, melainkan dengan penglihatan batin yang sangat jelas. Tentang siapakah sebenarnya yang melihat, mata, roh atau siapa, insya Allah akan dibahas pada buku ‘Manusia makhluk gaib’.

Lia merasa yakin dan kuat menghadapi dan menyaksikan kehadiran bangsa jin, akunya. Tentu saja keusilan saya segera keluar. Bukan usil sih, tetapi melaksanakan terapi untuk meyakinkan Lia dan kami semua. Saya panggillah jin Yanti untuk menampakkan dirinya lagi di hadapan Lia. Serta merta Lia kaget dan hampir pingsan lagi. Tetapi atas bimbingan saya dan Mas Manaungi, kuatlah dia berhadapan dengan Jin Yanti. Aidaaaa…, malah kebablasan ngobrol. Segera saya hentikan obrolan itu dan saya tantang dengan penampakan yang mengerikan.

Lia setuju dengan tantangan itu. Jin perempuan yang keman-mana membawa kepalanya sendiri yang tinggal di SMAN 1 Sumbawa saya panggil. Sempat kaget sejenak, tetapi alhamdulillah sukses. Lia tidak takut dan tidak pingsan. Terakhir Jin yang mengaku bernama Ibu Sayang penguasa SMAN 3 itu muncul untuk meyakinkan bahwa Lia sudah berubah. Ibu sayang ini terbiasa menampakkan dirinya dalam bentuk ‘Wewe gombel’. Namun setelah disetujui ikut Pak Suro, sudah mau mengenakan pakaian yang baik.

Bagiamana dengan Lia? Setelah proses itu alhamdulillah tidak pernah lagi pingsan dan kesurupan. Karena apa? Jelas karena kuat dan yakin kepada Allah. Jadi mengapa seseorang bisa kesurupan, tentu karena ada sebab-sebab yang membuat dirinya zero, nol. Zero disini saya sebut dengan zero negative karena berasal dari ketakutan yang memuncak, amarah yang memuncak, kesedihan yang memuncak dan sejenisnya. Sehingga saya lagi-lagi berpesan kepada pembaca dan teman-teman agar tidak berlebihan dalam mengekspresikan emosinya. Terlalu takut dan sejenisnya tadi, jangan. Karena itu adalah salah satu perwujudan dari menyekutukan Allah.

0 komentar: