Kagum dengan peran Iblis
Saya adalah termasuk
orang yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Kesungguhan yang saya lakukan
meski terkadang berat, acap memberikan hal terbaik sesuai yang saya inginkan.
Semuanya saya persembahkan kepada Tuhan saya Allah azza wa jalla.
Mengapa
harus Iblis yang saya bahas sekarang ini adalah karena itu tadi, saya tidak ingin
main-main. Kesungguhan yang akan membawa saya kepada cinta Allah akan terus
saya lakukan. Salah satunya dengan menulis buku ini. Saya ingin menunjukkan
kepada diri saya sendiri untuk lebih yakin dengan kebesaran Allah, dan juga
kepada pembaca yang mau, bagaimana dengan mengenal lebih dekat siapa Iblis,
kita akan selamat dunia akhirat.
Saya
hanya kagum kepada Iblis, sebagaimana kekaguman saya kepada para aktor dan
aktris yang rela dibenci orang karena peran antagonis yang diambilnya. Di
kampung saya Pacitan, ibu saya adalah salah satu korban sukses sinetron Indonesia . Saya
sering melihat Ibu saya menangis tatkala menyaksikan adegan sedih sang lakon.
Sebaliknya beliau akan marah saat sang penjahat sedang muncul.
Saya
tidak mungkin mencintai dan sangat tidak ingin dicintai oleh Iblis. Apalagi
mengambil perannya yang saya jelas-jelas dilarang untuk itu. Tetapi saya kagum
atas prestasinya dalam melaksanakan peran antagonis yang dilakoninya dengan
sukses. Selebihnya saya mengambil pelajaran dari yang telah dan akan
dilakukannya kepada saya, anda dan kita semua dalam skenario Allah Swt dalam
hidup fana ini.
Mungkin
pembaca mengenal sosok Dinda Kanya Dewi, aktris yang berperan sebagai Misyka dalam Sinetron Cinta
Fitri. Tak jarang Dinda diceramahi
ibu-ibu agar menjadi orang baik. Padahal sudah sangat sering dia sampaikan
bahwa semua itu hanya akting untuk Sinetronnya.
Saat
ditemui wartawan di MD Entertainment Jakarta ,
Jum’at, 8 januari 2010, Dinda bercerita. “Mereka bilang jangan jadi orang
jahat. Terus ibu-ibu itu aku jelasin kalau
aku cuma akting di Sinetron. Eh, tetap saja aku diceramahin. Mungkin saking
bencinya sama aku kali ya?.” jelasnya.
Namun
Dinda mengaku bangga bisa seperti itu.
“Berarti akting saya berhasil meyakinkan penonton. Mungkin aku cocok antagonis
karena tampang aku rada jutek kali ya. Padahal mah aku baik,” Dinda menegaskan.
Bagaimana
pembaca? masih ingin marah dan benci kepada Dinda? Masih mau benci kepada
Iblis? Ya silakan saja, asal jangan tiba-tiba menyantet Dinda atau melemparnya
dengan batu saat bertemu. Kalau masih seperti itu, berarti Anda termasuk yang
tidak paham dengan maksud pembuatan Sinetron. Anda termasuk yang tidak
mengambil pelajaran dari cerita di
dalamnya. Kalau saya justru kagum dengan keberanian mereka dalam mengambil
resiko itu.
Masih
kurang puas? Ini dia pemain film kawakan yang memerankan ‘Datuk Maringgih’
dalam film serial TVRI ‘Siti Nurbaya’. Beliau adalah HYM Damsik. Atas
suksesnya dalam memerankan Datuk Maringgih justru membuatnya sengsara.
Saat
beliau berkunjung ke kota
Padang Sumatera Barat, tak dinyana dilempari telur, botol dan benda-benda yang
sangat tidak menyenangkan. Banyak orang Padang
marah kepadanya karena kejahatannya pada Film Siti Nurbaya. Kata sang
sutradara, ‘kutipu kau.’ Tetapi Mr HYM Damsik sempat trauma dengan kejadian pelemparan itu.
Namun kabar baiknya, beliau kemudian semakin tertantang untuk mengambil peran
antagonis untuk film-filmnya yang lain.
Jadi
kalau pembaca tetap ingin membencinya yang untung pasti produsernya. Karena jualannya menjadi
semakin laris. Terkadang mereka kesulitan mencari pemeran-pemeran antagonis
yang sukses. Hingga saat ini banyak pendatang baru yang kemudian siap mengambil
peran seperti itu meskipun sebenarnya parasnya
cantik dan lembut. So, Andalah yang akan
memilih, suka atau benci. Atau biasa-biasa saja.
0 komentar:
Posting Komentar