Rabu, 04 Januari 2012

Kagum dengan peran iblis (dari buku Iblis Guruku / IG karya Moeslih Rosyid)


Kagum dengan peran Iblis
            Saya adalah termasuk orang yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Kesungguhan yang saya lakukan meski terkadang berat, acap memberikan hal terbaik sesuai yang saya inginkan. Semuanya saya persembahkan kepada Tuhan saya Allah azza  wa jalla.

            Mengapa harus Iblis yang saya bahas sekarang ini adalah karena itu tadi, saya tidak ingin main-main. Kesungguhan yang akan membawa saya kepada cinta Allah akan terus saya lakukan. Salah satunya dengan menulis buku ini. Saya ingin menunjukkan kepada diri saya sendiri untuk lebih yakin dengan kebesaran Allah, dan juga kepada pembaca yang mau, bagaimana dengan mengenal lebih dekat siapa Iblis, kita akan selamat dunia akhirat.

            Saya hanya kagum kepada Iblis, sebagaimana kekaguman saya kepada para aktor dan aktris yang rela dibenci orang karena peran antagonis yang diambilnya. Di kampung saya Pacitan, ibu saya adalah salah satu korban sukses sinetron Indonesia. Saya sering melihat Ibu saya menangis tatkala menyaksikan adegan sedih sang lakon. Sebaliknya beliau akan marah saat sang penjahat sedang muncul.

            Saya tidak mungkin mencintai dan sangat tidak ingin dicintai oleh Iblis. Apalagi mengambil perannya yang saya jelas-jelas dilarang untuk itu. Tetapi saya kagum atas prestasinya dalam melaksanakan peran antagonis yang dilakoninya dengan sukses. Selebihnya saya mengambil pelajaran dari yang telah dan akan dilakukannya kepada saya, anda dan kita semua dalam skenario Allah Swt dalam hidup fana ini.

            Mungkin pembaca mengenal sosok Dinda Kanya Dewi, aktris yang  berperan sebagai Misyka dalam Sinetron Cinta Fitri. Tak jarang  Dinda diceramahi ibu-ibu agar menjadi orang baik. Padahal sudah sangat sering dia sampaikan bahwa semua itu hanya akting untuk Sinetronnya.

            Saat ditemui wartawan di MD Entertainment Jakarta, Jum’at, 8 januari 2010, Dinda bercerita. “Mereka bilang jangan jadi orang jahat. Terus  ibu-ibu itu aku jelasin kalau aku cuma akting di Sinetron. Eh, tetap saja aku diceramahin. Mungkin saking bencinya sama aku kali ya?.” jelasnya.

            Namun Dinda mengaku  bangga bisa seperti itu. “Berarti akting saya berhasil meyakinkan penonton. Mungkin aku cocok antagonis karena tampang aku rada jutek kali ya. Padahal mah aku baik,” Dinda menegaskan.

            Bagaimana pembaca? masih ingin marah dan benci kepada Dinda? Masih mau benci kepada Iblis? Ya silakan saja, asal jangan tiba-tiba menyantet Dinda atau melemparnya dengan batu saat bertemu. Kalau masih seperti itu, berarti Anda termasuk yang tidak paham dengan maksud pembuatan Sinetron. Anda termasuk yang tidak mengambil pelajaran dari  cerita di dalamnya. Kalau saya justru kagum dengan keberanian mereka dalam mengambil resiko itu.

            Masih kurang puas? Ini dia pemain film kawakan yang memerankan ‘Datuk Maringgih’ dalam film serial TVRI ‘Siti Nurbaya’. Beliau adalah HYM Damsik. Atas suksesnya dalam memerankan Datuk Maringgih justru membuatnya sengsara.

            Saat beliau berkunjung ke kota Padang Sumatera Barat, tak dinyana dilempari telur, botol dan benda-benda yang sangat tidak menyenangkan. Banyak orang Padang marah kepadanya karena kejahatannya pada Film Siti Nurbaya. Kata sang sutradara, ‘kutipu kau.’ Tetapi Mr HYM Damsik  sempat trauma dengan kejadian pelemparan itu. Namun kabar baiknya, beliau kemudian semakin tertantang untuk mengambil peran antagonis untuk film-filmnya yang lain.

            Jadi kalau pembaca tetap ingin membencinya yang untung  pasti produsernya. Karena jualannya menjadi semakin laris. Terkadang mereka kesulitan mencari pemeran-pemeran antagonis yang sukses. Hingga saat ini banyak pendatang baru yang kemudian siap mengambil peran seperti  itu meskipun sebenarnya parasnya cantik dan lembut.  So, Andalah yang akan memilih, suka atau benci. Atau biasa-biasa saja.

0 komentar: