A. Sedikit hujjah
Tak mungkin saya
menulis hal segenting ini tanpa alasan yang kuat. Tak mungkin tulisan ini hanya
saya tulis sebagaimana tulisan saya yang lain. Argumentasi, dasar hukum, mindset,
pertimbangan dan banyak hal telah saya persiapkan untuk tulisan ini. Tentu
saja masih banyak hal yang tidak saya ketahui yang memberikan kecenderungan
bahwa saya memang manusia yang sangat banyak kelemahan dan kekurangan. Semoga
Allah mengampuni dosa dan kesalahan saya serta kelancangan saya dalam memuat
tulisan langka ini.
Namun
sebagaimana perintah Rasulullah Saw, untuk menyampaikan kebaikan meskipun
terasa pahit, hal ini harus saya sampaikan. “quill haqqa walau kana murran,”
katakanlah kebenaran meskipun pahit. Karenanya saya memaparkan beberapa alasan,
dalam hal apa saya berguru kepada Iblis makhluk laknat yang dimurkai semua
makhluk, termasuk oleh orang jahat dan penjahat sekalipun.
Iblis dalam dialog dengan
Rasulullah Saw berkata : “Wahai Muhammad, saya memohon izin kepada Allah
yang Maha Agung untuk menyesatkan umatmu. Sebenarnya saya tidak bisa
menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi
mereka. Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya
tidak membiarkan segelintir manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat
mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya.’ Tidak akan ada lagi orang
yang shalat dan puasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak untuk
memberikan hidayah sedikitpun kepada siapa saja. Akan tetapi Engkau adalah
seorang utusan dan penyampai amanat dari Allah. Andaikan Engkau memiliki hak
dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan
segelintir orang kafir pun dimuka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi
(hujjah) Allah Swt terhadap makhluk-Nya. Sementara saya hanya menjadi sebab
celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka.
Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah
sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang
dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perutnya.
Jadi
Iblis dan Rasulullah Saw beserta para nabi dan rasul yang lain adalah sama-sama
penyeru. Iblis bisa dikatakan sebagai provokator agar orang sesat, sedangkan
Rasulullah dan rasul beserta nabi lainnya adalah penyeru atau penghimbau yang
membawa kepada mashlahat dan kebaikan dunia dan akhirat. Mereka berdua
diset tidak memiliki kemampuan, tetapi Allah sajalah yang mengatur semuanya.
Sebagaimana sedikit dikupas di depan, bahwa terhadap Abu Thalib sang paman pun
Rasulullah tidak mampu membawanya untuk bersyahadat. Demikian juga Nabi Nuh As,
juga tidak mampu membawa Qan’an sang anak menjadi orang shaleh. Bahkan beliau
justru mendapat marah dari Allah akibat keluhannya itu. Subhanallah, betapa
besar kekuasaan Allah terhadap umat-Nya. Karenanya tidak ada lain bagi kita
setelah sami’na wa atha’na, mendengar dan mematuhi, selanjutnya
mensyukuri dan meridhakan apa yang menjadi keinginan-Nya.
*****
B. Inilah beberapa alasan
itu
Saya
mengambil ilmu dari Iblis sebagai mitra atau sparing partner dalam hal :
1. Militansi
2. Tidak lebih
berbahaya dari pada nafsu kita.
3. Selalu dalam
koridor aturan Allah
4. Selalu meminta
ijin dan persetujuan Allah yang membuat aturan dan ketentuan
5. Senantiasa
berorientasi pada tujuan
6. Tidak pernah
menganggap dirinya Tuhan meski sebenarnya mampu
7. Cerdas dan terus
belajar meski harus dengan mencuri
8. Tak kenal putus
asa (memiliki strategi A sampai Z, mungkin lebih)
9. Selalu taat dan
takut kepada Allah
10. Bermain dengan sangat fair
11. Logikanya sangat
logis
12. Hanya bersumpah
demi nama Allah dan bukan atheis
Marilah kita bahas satu per
satu alasan itu, bukan untuk mencari pembenaran, tetapi sekedar wacana yang
saya maksudkan untuk menumbuhkan keyakinan pembaca. Sekali lagi saya pun tidak
akan memaksa pembaca untuk mengikuti saya. Sebaliknya saya juga tidak akan
menyalahkan pembaca yang tidak sependapat dengan saya atau harus mengikutinya.
Bila Allah memberikan saya panjang umur dan kita sempat berdialog untuk
mencapai satu titik temu, alhamdulillah. Tetapi kalau tidak semoga saja
tulisan ini tetap membawa manfaat bagi saya dan umat seluruhnya, Amin.
1. Militansi
Sebagaimana telah banyak
dibahas di bagian terdahulu, betapa Iblis dan laskarnya memiliki militansi yang
sungguh luar biasa. Pantang menyerah dan tidak pernah putus asa, itulah
laskarnya. Semuanya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya, untuk
mencapai harapan, tujuan dan cita-cita saya. Karena tanpa militansi sepertinya
sulit bagi saya mendapatkan semua itu. Dengan lemes dan gampang menyerah, seseorang akan mudah terpengaruh dan
sangat dekat dengan kegagalan. Mana ada orang gagal yang menang. Kemenangan
yang tertunda itu akan terus tertunda bila tidak diiringi dengan militansi.
Militan
dalam kamus Besar Indonesia
didifinisikan sebagai “bersemangat tinggi”, dan “penuh gairah”. Dan
orang yang militan memang selain bersemangat tinggi dan penuh gairah, juga
memiliki daya juang yang sangat tinggi pula. Hal tersebut tercermin dari
kesiapannya untuk mengorbankan segalanya demi sesuatu yang diingininya.
Menurut
saya Iblis memiliki keyakinan bahwa perintah Allah yang ditaatinya, kelak akan
mendapatkan balasan yang setimpal
setelah pekerjaan rampung. Yaitu setelah Kiamat dan semua perhitungan
telah selesai dibuat. Tetapi saya juga sangat tidak setuju dengan penterjemahan
militan yang dimaknai “berhaluan keras, radikal, dan menghalalkan segala
cara. Atau yang lebih tragis lagi bila dimaknai dengan mendekatkan pada
terorisme.
Bisa
jadi kegigihan saya dalam mengajar mengaji anak-anak usia SD, bapak-bapak dan
juga ibu-ibu di Ambon dulu adalah militan. Untuk bisa melakukannya diperlukan
perjuangan yang tak kenal menyerah. Penderitaan saat melakukannya pun sebenarnya
tidak sedikit. Kesulitan dari luar yang karena saat itu disana kami juga
bergaul dengan orang dari berbagai agama dan etnis, serta penjegalan dari dalam
yang tentu selalu ada. Semuanya memerlukan jiwa militan agar tidak putus di
tengah jalan.
Tetapi saat itu saya tidak
pernah berfikir bahwa Iblis dan timnya sangat militan. Baru-baru ini saja saya
menyadari dan belajar, betapa Iblis dan setan
bawahannya adalah sosok-sosok militan yang pantas untuk ditiru
semangatnya dalam mencapai goal atau tujuan yang kita yakini baik.
“Tsumma la atiyanahum
min baini aidiihim wamin khalfiihim wa ‘an aimaanihim wa ‘an syamaailihim. Wa
laa tajidu aktsaruhum syakirin,” Kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka. Dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau
tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Qs Al A’raf : 17). Ini adalah
target Iblis, sedikit manusia yang bersyukur. Buktinya? Sukseslah dia.
Iblis sudah tahu dengan apa yang ia kerjakan. Ia pun sudah
sangat paham dengan dampak yang terjadi dengan hasil karyanya. Sungguh selain
militan, Iblis sangat pandai dan luas pengetahuannya. Jadi apa salahnya, dengan
telah membaca aksi dari anak buah Iblis lalu kita mengambil hikmah darinya.
Tidak salah kan?
2. Tidak lebih
berbahaya dari pada nafsu kita.
Iblis
selama ini telah dijadikan cerminan dari kejahatan, keburukan dan angkara murka
yang sangat berbahaya, dimana tipu dayanya bisa menjatuhkan kita ke lembah
kehinaan apabila diikuti. Tetapi kita sering lupa bahwa ada sesuatu yang nilai
serta esensinya jauh lebih berbahaya daripada Iblis dan tipu dayanya, yaitu
nafsu.
Iblis hanya mengajak dan
memperdaya, sedangkan nafsu adalah bagian dari diri kita sekaligus pelaku
kejahatan. Allah Swt berfirman, “Fala talumuni walumu anfusakum,” oleh
sebab itu, janganlah engaku mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri
(Qs Ibrahim : 22)
Dan
Allah berfirman, “dan pada tiap-tiap manusia itu telah kami tetapkan amal
perbuatannya (sebagaimana tetapnya apa yang melingkar) pada lehernya. Dan kami
keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
amalmu (Qs Al Isra : 13-14)
Dan
Firman-Nya lagi, “bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (Qs
Al Qiyamah : 14)
Sesuatu
yang tersembunyi dan paling berbahaya adalah nafsu. Sebab nafsu merupakan
tempat persembunyian bagi berbagai penyakit. Apabila kita menganggap remeh
nafsu, membiarkannya bertindak sebebas mungkin, maka ia pun akan dengan leluasa
mengikuti langkah setan.
Iblis dan setan krunya
tidak pernah memaksa kita untuk mengikuti jejak mereka. Mereka hanya menghimbau
dan mengajak. Keputusannya ada di tangan kita. Lakon yang semestinya mengambil
keputusan itu ya kita ini. Karenanya mari kita bimbing dan kendalikan nafsu
kita yang ternyata lebih berbahaya daripada Iblis.
Nafsu itu seperti anak bayi, apabila kita sebagai
orang tua membiarkannya tetap menyusui, niscaya sampai tua pun ia akan terus
memintanya. Tetapi kalau kita menghentikannya sesuai aturan yang ditawarkan
Allah dalam umur dua tahun, buktinya kita bisa. Dan kita lihat, ternyata
ibu-ibu muda sekarang dengan berbagai alasan, sudah menghentikan menyusui
bayinya tidak lebih dari tiga sampai enam bulan.
Sewaktu saya di Toraja Sulsel, saya mempunyai seorang
sahabat yang sudah menjadi saudara. Meskipun kami berbeda kepercayaan, tetapi
hubungan kami sangat baik. Namun sayang Pak I Wayan Diamo tidak berumur
panjang. Allah memanggilnya sewaktu saya berada
di Bandung 2003 lalu.
Ada apa dengan Pak Wayan?
Bu Wayan memberikan pelajaran kepada saya, betapa Mas Yoga anak ketiganya yang
sudah kelas 1 SMP masih terus meminta tetek sang ibu setiap mau tidur.
Yoga tidak akan bisa tidur sebelum keinginannya terpenuhi. Mohon maaf tanpa
bermaksud apa-apa, saya hanya ingin meyakinkan pembaca, bahwa nafsu bila
dituruti akan terus dan terus meminta.
Kitalah hakimnya, kapan kita putuskan go dan kapan kita harus
mengatakan ‘stop’.
Jadi, percayalah pembaca,
bahwa nafsu jauh lebih berbahaya daripada Iblis. Karenanya, dalam dialog
Rasulullah dengan Iblis menegaskan, “seandainya saya dimampukan Allah untuk
menjadikan semua orang sesat, maka tidak akan saya sisakan umatmu wahai
Muhammad. Dan sebaliknya, jika kamu (Muhammad) dimampukan oleh Allah, niscaya
semua manusia akan kamu jadikan baik semua. Tetapi sayangnya Allah menggariskan
lain.”
3. Selalu dalam
koridor aturan Allah
Saya
belum menemukan dimana letak kesalahan Iblis yang melanggar ketentuan Allah.
Apabila pembaca telah memilikinya, mohon kiranya dapat disampaikan kepada saya.
Sejauh yang saya ketahui, Iblis hanya bertindak atas perintah Allah. Dan semua
yang dilakukannya tidak pernah keluar dari koridor aturan-Nya. Artinya apa?
Menurut saya Iblis adalah makhluk yang sangat taat kepada perintah Allah.
Saat
Iblis masih menjadi jin shaleh dengan nama Azazil, Allah sangat suka dengannya.
Dan kondisi ini juga diketahui oleh para malaikat. Bahkan hal tersebut sempat
menjadi pergunjingan di ranah kehidupan malaikat saat itu. Sampai akhirnya
Azazil boleh hidup bersama malaikat yang kemudian disebut sebagai “burung
meraknya malaikat”. Dan saat itu Azazil sempat menjadi bos disana akibat
dari kelengkapan dan kesempurnaan dirinya. Ada nafsu dan dia termasuk yang mukalaf,
yaitu yang terkena dan terikat oleh hukum Allah.
Menurut
analogi saya, Iblis yang sangat taat kepada Allah itu kemudian diberikan tugas
yang lebih berat yang benar-benar sangat menantang. Yaitu tugas menjadi pemeran
antagonis yang harus menjadi orang jahat dalam skenario Allah Swt.
Bukti
lain ketaatan Iblis kepada Allah adalah saat mendapatkan perintah untuk membuka
semua rahasia diri dan tentaranya di hadapan Rasulullah Saw. Sekali lagi, kalau
saya yang disuruh untuk menjadi bos suatu perusahaan A, sementara saya bersaing
ketat dengan perusahaan B. Mohon maaf, saya tidak akan pernah memberikan
informasi sedikitpun tentang kelebihan dan kelemahan perusahaan saya kepada
pesaing. Tentu saja terkecuali ada bos besar yang lebih besar lagi yang siap
membayar saya minimal tiga kali lipat dari gaji saya ketika berada di
perusahaan A. Untuk ini saya siap untuk berkhianat. Atau jangan-jangan antara
perusahaan A dan B ada dalam satu grup. Seperti Indomie dengan supermi.
Mungkin
seperti itulah kira-kira peran Iblis. Sehingga ia mau memberikan semua rahasia
dan resep telak untuk bisa ia terkalahkan. Aneh bukan? Tetapi kalau Allah sudah
mau, tak ada yang bisa menghalanginya. Dan menurut saya Iblis dan Rasulullah
juga dalam skup yang demikian. Sama-sama pemain. Kita harus belajar dari Iblis
yang hanya bermain pada koridor yang telah ditetapkan. Meskipun berat, kita
tetap harus bermain cantik dan fair. Karena semuanya dalam pantauan Dia.
Makanya
setiap malam menjelang tidur saya mempunyai satu mantra yang saya yakini bagus.
Silakan kalau pembaca ingin menirunya. Ini saya ulangi karena inilah yang akan
mengantarkan kita pada level pra takwa yang disebut dengan ikhsan. Mantra ini
semakin sering dirapalkan, insya Allah akan semakin baik. Jangan marah ya, saya
katakan sebagai mantra? Mantra itu adalah, “Allah melihatku, Allah
menyaksikan aku, Allah menjagaku, Allah memberkatiku, Allah melindungiku, Allah mengampuni semua
dosaku dan Allah mengabulkan semua permintaanku, Amin.” Mau? Hehehehe…
sekali lagi saya tidak memaksa dan di forum ini belum akan menjelaskan
manfaatnya secara luas. Karena pada buku “Ustadz
Ikram, Tanda Kebesaran Allah Melalui Seorang Murshid” akan dibahas tuntas.
4. Selalu meminta izin
dan persetujuan Allah sebagai pembuat aturan dan ketentuan
Ketika Iblis tidak
mau menyembah Adam dan diusir dari surga, Iblis pun memohon penangguhan.
Apabila yang diminta Iblis itu buruk, tidak mungkin Allah yang maha suci
memberikan izin itu. Padahal yang diminta bukan hanya penangguhan, tetapi juga
izin menggoda dan menjerumuskan anak cucu Adam. Itu menurut saya buruk.
Seandainya
saya seorang ayah dan salah satu anak saya ingin memukul atau bahkan membunuh
yang lainnya, atau orang lain, pasti saya tidak akan memberikan izin. Atau
misalnya saya sebagai seorang Bupati, dan salah satu anak buah saya minta izin
saya untuk menjerumuskan teman kerjanya, tentu saya tidak akan memberikan izin.
Tetapi mengapa Allah memberikan izin kepada Iblis untuk menjerumuskan manusia?
Sekali
lagi, benar-benar sangat aneh, tatkala
Allah memerintahkan dirinya untuk membuka semua kelemahan dan rahasia yang
dimilikinya di hadapan Rasulullah dan para sahabat, dia berikan semuanya. Kalau
dipikir pikir, ini permainan macam apa? Misalnya Indonesia sedang berperang
melawan Jepang. Kemudian saya sebagai jenderal menceritakan semua kelemahan dan
kelebihan bangsa saya di hadapan musuh saya, emangnya saya dibayar berapa? Itu
kan satu bentuk pengkhianatan terhadap bangsa saya. Dan itu tidak mungkin saya
lakukan, meski nyawa menjadi taruhannya. Tetapi Iblis, atas perintah Allah
memberikan semua yang dibutuhkan oleh musuhnya untuk bisa mengalahkannya. Luar biasa dan benar-benar sangat fair
permainan ini. Tinggal kita mau atau tidak mengambil semua ilmu itu.
Pembaca
boleh membuka kembali bagian depan, bagaimana Iblis menjelaskan 10 permintaan
yang kemudian dikabulkan semua oleh Allah. Dialog tersebut terurai pada bagian
akhir dialog Iblis dengan Rasulullah Saw di buku ini.
Inilah
firman Allah secara lengkap tentang ijin penangguhan yang diberikan-Nya. ‘Beri
tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman,
‘sesungguhnya engkau termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab,‘
Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, maka aku benar-benar akan
menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs Al A’raf : 13-16).
Sekali lagi Iblis tidak berbuat kecuali telah mendapatkan izin dan
persetujuan dari pemilik kekuasaan. Dan Allah memberinya, demi sebuah permainan
yang menarik untuk menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.
5. Berorientasi pada
tujuan
Goal
yang ingin dicapai oleh Iblis adalah ridha Allah. Karena ia juga seorang jin
yang memiliki kewajiban untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah ia selalu
ingat akan tujuan itu. Ini menurut saya. Pembaca boleh mendebatnya kok.
“wama
khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun,” dan Aku tidak akan menciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (Qs Adzariyat : 56). Dan
Iblis adalah tercipta dari golongan jin.
Tentu
saja sebagai pemeran antagonis Iblis dibekali dengan beberapa perangkat.
Misalnya kemampuan merubah wujud, tidak punya rasa lelah dan sakit, dan masih
banyak nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Ini menunjukkan kekuasaan dan
keadilan Allah sangat mutlak. tetapi hal ini berlaku dan bisa diterima oleh
orang-orang yang berakal serta
memanfaatkan logikanya. yaitu logika sebagai makhluk dan logika iman.
Itulah
mengapa ketika disuruh untuk menyembah Adam, Iblis tidak mau. Dalam suatu
riwayat dikatakan bahwa Iblis tidak sudi menyembah kepada selain Allah, yaitu
Adam. Padahal dalam riwayat itu
dijelaskan bahwa menurut Adam bukan menyembah, tetapi menghormati. Namun Iblis
bersikukuh bahwa ‘isjudu’ menurutnya berarti sembahlah. Jadi ia disuruh
menyembah dan bukan menghormati saja.
Sekali
lagi, mari kita pikirkan, seandainya Iblis hanya berfikir bahwa tugas yang
diembannya adalah bentuk kesenangan yang memuaskan dirinya, apakah dia akan mau
memberikan rahasia yang dipegangnya. Kalau saya, rahasia yang saya miliki untuk
mengalahkan musuh saya tidak akan pernah saya berikan kapadanya. Untuk apa
berkompetisi kalau harus kalah? Benar?
Masih
ingat bagaimana Iblis menolong Abdullah bin Umi Maktum yang buta? Tujuannya
hanyalah agar dosa targetnya tidak diampuni semua. Dan Iblis rela mengantarkan
Abdullah setiap hari. Ketika dia harus menyembunyikan jati dirinya, akhirnya
Iblis mau mengalah berterus terang karena Abdullah bin Umi Maktum bersumpah
demi nama Allah. Dia tetap berorientasi pada tujuan melaksanakan perintah
Allah.
Satu
lagi, ketika Iblis menggoda Barshisa orang alim
yang luar biasa ibadahnya. Tujuannya hanya satu, agar Barshisa menjadi
kafir. Prosesnya sangat lama, dan mungkin perlu penderitaan yang harus
disuguhkan demi sukses mencapai target. Tetapi kegigihannya benar-benar
membuahkan hasil. Akhirnya Barshisa bersujud kepada Iblis dan mati dalam
keadaan kafir. Subhanallah.
Inilah yang
semestinya kita lakukan, berorientasi pada tujuan. Meskipun proses adalah hal yang amat penting,
tetapi ketika kita telah melupakan tujuan utama ‘mengabdi kepada-Nya’, maka
habislah kita. Yang ini bisa diibaratkan seperti seorang anak yang disuruh
ibunya membeli lilin. Lilin itu diperuntukkan agar rumah tidak gelap, karena
listrik sedang padam. Karena si anak, kemana-mana, maka sesampai di rumah listrik
suadah menyala, dan lilin tidak digunakan. Padahal tadi sedang ada acara.
Demikianlah pelajaran tentang ‘goal oriented’
6. Tidak pernah
menganggap dirinya Tuhan meski sebenarnya mampu
Saya pun belum mendapatkan
referensi yang jitu, bahwa Iblis pernah mengaku sebagai Tuhan. Padahal kalau
dia mau pasti bisa, dan pengikutnya juga pasti akan sangat banyak. Bayangkan
dia bisa menembus ruang dan waktu, bisa merubah wujud dirinya menjadi seperti
apa yang diinginkannya. Dan tentu kemampuan-kemampuan luar biasa yang
dimilikinya. Tetapi sudah bisa dipastikan bahwa lagi-lagi semua kemampuan Iblis
itu atas ijin dari Allah Swt.
Imam AL-Ghazali pernah
menceritakan sebuah riwayat tentang Fir’aun yang membuat penjagaan ketat.
Penjagaan itu terdiri dari berlapis bala tentara dengan maksud agar tak seorang
pun bisa masuk ke kamar mandinya. Hal itu disebabkan karena dia telah
memproklamirkan diri sebagai tuhan yang wajib disembah. Ia tak menginginkan ada
seorang pun yang melihat bentuk wajahnya yang asli ketika ia sedang mandi di
dalam kamar mandi.
Tiba-tiba Firaun dikejutkan
dengan munculnya seeorang yang belum pernah ia lihat (orang asing) yang masuk
ke dalam kamar mandinya. Fir’aun segera bertanya “ Siapa engkau ?” Orang asing
itu menjawab “Aku adalah Iblis”
Fir’aun bertanya kembali,
“Engkau Iblis yang terlaknat dan yang berputus asa dari rahmat Allah itu kan?.“ Iblis
menjawab, “Engkau lebih buruk dari setan
dan Iblis. Aku hanya mengatakan pada manusia ‘Janganlah menyembah Allah!,
sedangkan engkau mengatakan kepada mereka
‘Aku adalah Tuhan Kalian Yang Tinggi.”
Betapa ternyata Iblis lebih
baik daripada Fir’aun, meskipun Fir’aun sendiri adalah juga bagian dari
skenario Allah. Hanya saja Fir’aun bertugasnya tidak pada seluruh zaman. Tugas
Fir’aun sebagai pelajaran bagi manusia hanya pada masanya. Sedangkan Iblis
menjadi pelajaran bagi kita sampai pada deadline yang dinamai Kiamat.
Saat harus memerintahkan
Barshisa untuk bersujud kepadanya, bukan berarti Iblis ingin menjadi Tuhan.
Tetapi itu adalah sarana agar Barshisa benar-benar kafir, seperti tujuan yang
hendak dicapainya. Setelah ia kafir Iblis lari dan tidak bertanggung jawab
dengan hal itu.
7. Cerdas dan terus belajar meski harus dengan
mencuri
Rasulullah dalam dialog
dengan Iblis bersabda, “Segala puji bagi Allah Swt yang telah menjadikan umatku bahagia dan
mencelakakanmu sampai pada waktu yang di tentukan.“
Tidak dan tidak mungkin,
dimana umatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak mati
sampai pada waktu yang telah di tentukan. Lalu bagaimana engkau bisa
bahagia terhadap umatmu, sementara saya
bisa masuk kepada mereka melalui aliran darah dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan
yang telah menciptakanku dan telah menunda kematianku sampai pada hari mereka
di bangkitkan kembali (Hari Kiamat). Sungguh saya akan menyesatkan mereka
seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa
membaca Al-Qur’an, yang nakal maupun yang rajin beribadah. Kecuali hamba-hamba
Allah Swt yang mukhlis murni.”
Kecerdasan dan kemampuan
olah logika Iblis yang luar biasa dimanfaatkan untuk meraih target yang
ditetapkan Allah kepadanya. Bukan hanya itu, selain Iblis dan laskarnya akan
terus berusaha mencari cara, mereka juga terus belajar bagi keberhasilannya.
Mereka sering mencuri berita langit meskipun penjagaan para malaikat sangatlah
ketat.
Dan uniknya, pelanggaran
yang dilakukan oleh Iblis dan anak buahnya dalam mencuri berita langit itu
diijinkan oleh Allah. Allah membiarkan hal itu terjadi, kecuali pada saat
kelahiran manusia terbaik sepanjang zaman, Rasulullah Saw. Yaitu pada tanggal
20 April tahun 571M. Iblis dan setan-setan timnya sempat tidak bisa menembus
langit akibat kebesaran bayi Rasulullah Saw.
Di banyak kesempatan Iblis mempertontonkan
kecerdasannya. Pada forum Darun Nadwah dimana Kafir Quraisy mengalami
kebingungan untuk mencelakakan Rasulullah, dia telah menjadi mentor yang ulung.
Saat mengelabuhi orang alim yang ingin menebang pohon, strateginya
sangat-sangat jitu. Menjebloskan Barshisa, ulama yang kemudian menjadi kafir
juga bukti kemantapan dirinya. Dari sanalah saya berani membenarkan bahwa Iblis
memang cerdas. Dan saya harus menirunya untuk goal-goal kebaikan yang saya
yakini.
8. Tak kenal putus asa (memiliki strategi A
sampai Z, mungkin lebih)
Meskipun nama Iblis berarti
putus asa, namun dia tak pernah putus asa dalam melaksanakan tugasnya. Iblis
dicap sebagai makhluk yang berputus asa dari rahmat Allah. Tetapi menurut saya,
statemen itu hanya untuk konsumsi orang awam. Itu dimaksudkan agar orang awam
itu tidak mudah tergelincir dan tertipu oleh musuhnya itu. Saya malah
melihatnya sebagai kelebihan Iblis yang rela dijadikan sebagai makhluk terjahat
menurut kacamata manusia dan jin.
Iblis memiliki strategi A
sampai Z atau mungkin lebih. Sebagaimana diceritakan di depan, bagaimana 5
setan andalannya sangat militan dan tak
kenal putus asa.
Tsabar, Dasim, A’war,
Maswat dan Dzalnabur, sebagai andalan bagi keberhasilannya mungkin tidak
memiliki urat lelah dan putus asa. Agar lebih yakin, silakan pembaca kembali
membaca pada bab di depan tentang kelihaian A’war dan menyelesaikan tugasnya.
Disana sungguh luar biasa, sangat cantik cara dia bermain. Inilah yang perlu
kita contoh, agar dalam mencapai tujuan dan cita-cita yang baik kita tidak
mudah mundur. Apalagi berputus asa. Bagaimana dengan laskar Iblis yang lain?
Silakan direnungkan lagi kegigihan mereka untuk bekerja dan berjuang demi
tujuannya.
Allah telah berpesan dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah
engkau berputus asa dari rahmat Allah. Sesunguhnya tidak ada yang berputus asa
dari tahmat Allah kecuali orang-orang kafir (Qur.an). Tetapi kita harus yakin
bahwa untuk tidak berputus asa perlu kekuatan (power), untuk mendapatkan power
diperlukan dorongan (motivasi), dan
untuk mendapatkan motivasi mutlak dibutuhkan harapan. Harapan adalah alasan,
untuk apa sesuatu diambil, untuk apa sesuatu dilakukan dan seterusnya.
Sedangkan alasan dan harapan kita hanyalah satu, yaitu Allah dengan ridha-Nya.
Belajar kepada Iblis yang menurut saya memiliki
prinsip “lebih baik mati daripada gagal”,
kita harus memiliki prinsip yang lebih kuat dari itu. Misalnya, “Lebih baik menderita, daripada dikalahkan
oleh Iblis dan krunya.” Do you agree?
Kalau tidak mari saya tunggu masukannya..!!
9. Selalu taat dan takut kepada Allah
Iblis memiliki kelebihan
dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, sebagimana yang dijelaskan oleh
Allah SWT. “Sesungguhnya Iblis dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari
suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat kalian semua. Sesungguhnya kami telah
menjadikan Iblis sebagai pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman (Qs Al A’raf : 27).
Iblis taat dan patuh atas
perintah Allah untuk menjadi pemimpin orang yang tidak beriman. Semua yang dilakukannya
atas perintah dan izin dari Allah Swt.
Dalam dialog pun Rasulullah
bertanya pada Iblis, “Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai
makhluk terkutuk ?. Iblis menjawab , “Telah datang kepadaku seorang malaikat
yang telah diutus Tuhan Yang maha Agung , dimana utusan itu berkata kepada ku,
“Sesungguhnya Allah Swt memerintahmu untuk datang kepada Muhammad Saw sementara
engkau adalah makhluk yang rendah dan
hina. Engkau harus memberi tahu kepadanya , bagaimana engkau menggoda dan
merekayasa anak-cucu Adam As, serta bagaimana engkau membujuk dan merayu
mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad Saw
dengan jujur. Maka demi kebesaran dan keagungan Allah Swt, jika engkau
menjawab dengan bohong sekalipun hanya
sekali, sungguh engkau akan Allah Swt jadikan debu yang bakal di hempaskan oleh
angin kencang, dan musuh-musuhmu akan merasa senang. Wahai Muhammad ,
maka sekarang saya datang kepadaamu sebagaimana yang diperintahkan kepadaku.
Maka tanyakan apa saja yang engkau inginkan. Kalau sampai saya tidak menjawab
dengan jujur, maka musuh-musuh ku akan merasa senang atas musibah yang
bakal saya terima. Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku daripada
bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku.” Jawab Iblis.
Sekali lagi saya ingin
mendapat masukan dengan hujjah atau
argumentasi yang logis dalam dua hal. Yaitu logis secara dalil naqli (berdasarkan dasar hukum yang
kuat) dan juga dalil aqli (logis
secara logika akal manusia). Dalam hal ini yang saya cari adalah ketidaktaatan
secara hakikat Iblis kepada Allah. Kalau perintah bersujud kepada Adam menurut
saya tidak logis, karena Iblis yang mukalaf
(terkena hukum Allah) tidak sama dengan malaikat. Iblis memiliki logika dan
tanggung jawab atas perintah dan larangan Allah, serta bisa memilih untuk
dilaksanakan atau tidak, sedangkan malaikat bebas dari hukum Allah. Jadi Iblis
hanya harus menyembah Allah. Sementara malaikat, ya terserah yang membuat dan
menyuruhnya. Mereka pasti akan manut saja. Lagian yang diperintah kan hanya
malaikat, sedangkan Iblis adalah jin dan bukan malaikat. Wa idzqaala rabbuka lil
malaaikati, bukan lil ummati. Kalau
semua malaikat bersujud, ya otomatis. Coba
dipertimbangkan lagi.
Jadi sampai buku ini saya
tulis, saya belum mendapatkan referensi pasti pelanggaran Iblis atas perintah
dan larangan Allah kepadanya. Karenanya, dengan berbagai alasan tadi saya
berguru kepada Iblis untuk taat dan takutnya kepada Allah Swt. Adakah pembaca
ingin memberontak? Silakan, asalkan dengan cara yang bijaksana dan baik, bil hikmah wal mau’idhatil hasanah.
10. Bermain dengan sangat fair
Allah dalam Al-Qur’an surah
An-Nahl : 99 menegaskan bahwa Iblis dan setan-setannya tidak memiliki
kekuasaan. “Innahu laisa lahu, sulthanu alaladzina amanu wa ala rabbihim
yatawakalun,” Sesungguhnya setan tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang
yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya (Qs An-Nahl : 99).
Sebenarnya Iblis telah
memberikan penawaran yang cantik dan menguntungkan kepada manusia sebelum
kemudian dia akan menjadi bahan ujian bagi mereka. Iblis selain mengakui dan
bertuhan kepada Allah ia juga mengakui adanya kitab Allah yang diturunkan,
terutama Al-Qur’an. Lebih dari itu Iblis pun sebagaimana dalam dialognya dengan
Rasulullah mengungkapkan ketidakberdayaannya dalam menjerumuskan manusia.
Dia mengakui bahwa kekuatan
hanyalah milik Allah. Tugasnya hanya membujuk manusia untuk melenceng dari
petunjuk Allah, dan bukan menjadikannya sesat. Tetapi mengapa manusia tidak mau
beriman? Padahal menurut Qs An-Nahl : 99 tadi menegaskan bahwa orag beriman dan bertawakal
akan menjadi pemenangnya.
“Bahwa sesungguhnya
kekuatan itu hanyalah kepunyaan Allah, semuanya,” (Qs Al-Baqarah : 165).
Sehingga Iblis pun hanya bisa berandai-andai. “Wahai Muhammad, seandainya saya
memiliki kemampuan untuk menyesatkan umatmu, niscaya saya tidak akan menyisakan
sedikitpun untuk menjadi sesat. Sebaliknya, apabila engkau mampu menjadikan
seluruh manusia taat kepada Allah, niscaya engkau akan membuat semuanya taat.
Tetapi sayangnya kita berdua tidak dikaruniai
kemampuan untuk itu.
Dengan kecerdasan dan
kemudahan solusi yang ditawarkan Iblis, banyak manusia yang kemudian menjadikan
Iblis sebagai pemimpinnya. Seharusnya ambil saja ilmunya, dan tinggalkan
kejelekannya. “Innama sulthanuhu alalladzina yatawalaunahu, walladzinahum
bihi musyrikun,” Sesungguhnya kekuasaan Iblis hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi
pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah (An-nahl :
100).
Penawaran dari Allah yang
juga disetujui Iblis sudah sangat jelas. Tinggal kita saja ingin memilih yang
mana dengan resiko yang akan secara
otomatis menyertai pilihan itu. Hidup adalah pilihan. Bahkan sejak bangun tidur
sampai tidur lagi, kita terus dihadapkan pada pilihan-pilihan. So, segera
memilih yang terbaik dengan resiko yang sebenarnya indah kalau dengan cinta.
Jadi sebenarnya orang yang
taat kepada Allah pasti akan meninggalkan larangan-Nya. Tetapi bagi orang yang
kalah berdebat dengan Iblis dan logikanya menerima, atau secara tidak sadar
menerima logika yang disajikan Iblis, maka ia akan mengikuti rayuan dan
godaannya, sehingga termasuk orang-orang musyrik. Mungkin mereka tidak mengakui
demikian, tetapi kenyataannya?. Subhanallah. Iblis sudah bermain dengan fair, bagaimana dengan kita? Ingin
bermain secara fair dengan terus menyambungkan strum kepada Allah, atau justru
mengikuti perannya? Silakan dipilih, dipilih dan dipilih..!!
11. Logikanya sangat logis
Pada Bab 2 poin C di buku
ini, tentang skenario Allah terhadap Iblis sangat-sangat jelas logika Iblis.
Dia selalu memberikan wacana yang sangat logis. Bahkan pilihan-pilihan dan
konsekuensi yang akan diterima manusia dengan pilihannya juga amat logis.
Pada skenario pertama,
Iblis membantah dan memprotes keputusan Allah untuk menciptakan khalifah yang
akan membuat kerusakan di muka bumi. Golongan jin yang dirinya adalah bagian
dari mereka selalu membuat kekacauan sebelum Adam diciptakan. Logikanya memang
bisa diterima akal manusia. Tetapi Allah memiliki pengetahuan yang tidak
dimiliki oleh makhluk-Nya. “Inni a’lamu
mala ta’lamun,” Sesungguhnya Aku (Allah) lebih mengetahui apa yang kamu
tidak mengetahuinya. Toh akhirnya Iblis manut juga.
Pembaca masih ingat bukan
kisah Nabi Musa As yang berguru kepada Nabi Khidir? Ketidaktahuan Musa As
dengan pertanyaan marahnya atas tindakan kejam Nabi Khidir, membuatnya tidak
lulus dalam ujian itu. Jadi skenario pertama Iblis harus lengser dari
kekhalifahan. Adamlah sebagai penggantinya. Namun prosesnya masih sangat lama
dan panjang sampai Rasulullah Saw terlahir pada tahun 571 M.
Skenario kedua Iblis diperintahkan untuk bersujud kepada Adam As Sangat
masuk akal bukan, kalau dia tidak mau menyembah kepada selain Allah? Tentu saja
Iblis berprinsip isjudu adalah
perintah untuk bersujud dalam arti menyembah, dan bukan sekedar penghargaan.
Meskipun ia harus diusir dari surga pun ia rela menerimanya. Dan kalau pembaca
berani bersikap kritis pasti setuju dengan saya. Mengapa ketika Iblis memohon
penangguhan dan ijin untuk menjerumuskan anak cucu Adam Allah setuju? Bukankah
menjerumuskan itu termasuk perbuatan mungkar? Tetapi demi terjadinya
skenario-Nya, Allah mengijinkan. Berikutnya Allah juga akan mengampuni dosa
umat manusia bila mereka memohon. Lagian pembaca, Iblis kan tidak disuruh sujud kepada Adam.
Yang disuruh kan malaikat, sedangkan Iblis adalah dari golongan jin. Setuju?
Skenario ketiga, Adam dan Hawa dilarang untuk memakan buah khuldi, tetapi
Allah juga menugaskan Iblis agar buah khuldi dimakan oleh mereka. Di surga
tidak ada kehamilan dan melahirkan. Seandainya Iblis tidak berhasil membujuk
Adam, apakah di dunia ini akan ada kita? Tidak mungkin, karena selamanya mereka
akan di surga dan tidak pernah berkembang keturunannya.
Ada keterangan yang
bersumber dari Sa’ad ra, ia menerima keterangan dari Rasulullah SAW, bahwa
beliau bersabda : ‘Sesungguhnya setan (Iblis) laknatullah telah berkata
kepada Tuhannya : “Demi kemuliaan-Mu dan keagungan-Mu, wahai Tuhanku, aku akan
terus menerus menyesatkan hamba-Mu dan memerintahkan mereka untuk melakukan
kekufuran dan kemaksiatan selama ruh mereka masih melekat di jasadnya”. Maka
Allah ta’ala berfirman : Wahai Mal’un (makhluk yang dilaknat), Demi
Kemuliaan-Ku dan Keagungan-Ku, Aku tidak henti-hentinya mengampuni mereka
selama mereka mau berdzikir kepada-Ku dan memohon ampunan dari-Ku (Kitab
Duratun Nasihin hal 162)
Hadits ini sangat strategis
untuk penyajian data di buku IG ini. Jadi mohon untuk dapat dimaafkan apabila
hadits ini saya gunakan untuk menjelaskan beberapa alasan yang saya paparkan
sebagai argumentasi. Dan saya sangat salut dengan pola pikir kritis Iblis yang
terstruktur itu. Hal tersebut bagi saya adalah suatu ikhtiar, usulan meskipun
pada akhirnya Allah pula yang memutuskan, dikabulkan tau tidak usulan itu.
Menurut saya logis. Sedangkan
Iblis pun setelah diputuskan Allah, dia tidak protes lagi. Jadi setelah
berusaha baru tawakal, “Faidza ‘azamta
fatawakal alallah.”
12. Hanya bersumpah demi nama Allah (bukan atheis)
Selalu dan selalu Iblis
bersumpah demi nama dan keagungan Allah Swt. Ini menyiratkan bahwa Iblis
bukanlah atheis. Dia yakin, percaya
dan taat kepada Allah Swt.
Sementara Sa’ad ra, ia
menerima keterangan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda : ‘Sesungguhnya
setan (Iblis) laknatullah telah berkata kepada Tuhannya : “Demi kemuliaan-Mu
dan keagungan-Mu, wahai Tuhanku, aku akan terus menerus menyesatkan hamba-Mu
dan memerintahkan mereka untuk melakukan kekufuran dan kemaksiatan selama ruh
mereka masih melekat di jasadnya”. Maka Allah ta’ala berfirman : Wahai Mal’un
(makhluk yang dilaknat), Demi Kemuliaan-Ku dan Keagungan-Ku, Aku tidak
henti-hentinya mengampuni mereka selama mereka mau berdzikir kepada-Ku dan
memohon ampunan dari-Ku (Kitab Duratun Nasihin hal 162)
Kata “demi kemulaiaan-Mu dan keagungan-Mu wahai Tuhaku,” adalah salah
satu bukti bahwa Iblis tidak bersumpah atas namanya sendiri atau yang lebih
buruk darinya. Ini menunjukkan bahwa Iblis selain bukan atheis dan taat kepada aturan Allah, dia selalu ingat akan Allah
azza wa jala.
Bagaimana dengan kita yang
selama ini selalu merasa lebih mulia daripada Iblis? Apakah kita sudah meminta
izin-Nya atas apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas keseharian? Apakah
kita selalu mengingat-Nya? Dan apakah kita hanya bersumpah atas nama Allah?
Mari kita mulai dari sekarang, dan dari
diri sendiri.
Dalam firman-Nya Allah mengusir
Iblis dari surga dan Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan
menyesatkan mereka semuanya. (Shad : 82). Jadi meskipun Iblis sombong dan angkuh, akan tetapi ia bersumpah
atas keagungan Allah. Namun, ketika ia menggoda manusia untuk berlaku kufur
kepada-Nya dan manusia mengikutinya, Iblis tidak bertanggung jawab. Orang
tugasnya hanya menyeru kok.
Rasulullah Saw berkata
kepada iblis, “ Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung
oleh ayat-ayat Al Qur’an dari kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu.”
Bagaimana menurut pembaca?
Nah, bila belum puas dengan semua penjelasan tadi, kita bisa menambah alasan yang sebenarnya sangat banyak. Dan
semuanya menurut saya sangat logis. Tentu saja semua alasan adalah pembenaran,
sebagaimana setiap orang membuat alasan untuk membenarkan dan memperkuat
argumentasinya.