Senin, 28 Mei 2012

Bersih dg Orang Tua (Langkah Pertama, b Menjadi 24 Karat Karya Moeslih Rosyid)


b. Bersih dengan orang tua

Saya sering dan sangat sering memberitahukan hal ini kepada orang di berbagai kesempatan. Bukan di forum diskusi maupun pengajian saja, saat saya belajar dari orang sakit (maksudnya saat mengadakan terapi) saya selalu berpesan bahwa orang tua kita adalah Tuhan kita. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa seandainya ada yang boleh disembah selain Allah, maka kita harus menyembah orang tua kita.

So, jika sekarang ini Anda sedang bermasalah dengan orang tua, jangan harap apa yang Anda inginkan dan cita-citakan akan tercapai dengan mulus. Mungkin sukses itu hanya akan ada dalam mimpi Anda jika tidak segera menyudahinya. Mereka adalah orang penting dalam hidup kita yang perilaku kita kepadanya akan membawa kita pada kebahagiaan sejati atau sebaliknya.

Untuk itu, saat ini juga, beri batas bagian ini, tutup buku ini dan dekati beliau. Mohon maaflah terhadap segala yang telah Anda lakukan yang tentunya banyak kesalahan dan kekhilafan. Jangan sungkan. Ingat masa depan Anda ada di tangan mereka. Cium tangannya, peluk beliau dan menangislah di pangkuannya.

Kalau beliau jauh gimana dong? Datangi dan lakukan hal yang sama. Jika tidak mungkin teleponlah dan kosongkan kedongkolan atau apa saja yang buruk yang ada diantara Anda dengan mereka.

Lha kalau beliau telah meninggal dunia bagaimana? Tetap ada jalan. Kirim doa kepada beliau, mohon ampun kepada Allah dan datangi kerabat, teman atau siapapun yang pernah dekat dengan beliau. Bangun silaturahim dengan mereka sehingga tumbuh rasa bahagia dari perkawinan antara silaturahim dengan permohonan maaf kepada orang tua kita itu.

Banyak kisah yang bisa kita petik dengan topik berbakti pada orang tua ini. Terlalu banyak. Dan disini saya akan sedikit bercerita tentang seorang karyawan PT PLN di Jatim yang jatuh karena secara tidak sadar telah durhaka pada orang tuanya.

Awalnya Pak Bred (bukan nama sebenarnya) adalah seorang karyawan PLN yang sangat handal dan berprestasi. Rejekinya sungguh berlimpah sehingga beliau bisa membeli rumah mewah dan hidup dengan sangat sejahtera. Namun apa yang lalu terjadi? Dalam sekejap semua kekayaannya habis setelah dengan terang-terangan memaki sang ibu di depan adik-adiknya. Subhanallah…

Padahal sang ibu tidak marah. Ibunda yang terlalu banyak menderita akibat punya anak banyak ini hanya diam dan si Bred tanpa sadar berteriak di depannya. “Seharusnya saat ibu berangkat haji, pamit sama saya. Tetapi, mana?,” hardiknya yang kian membuat sang ibu sedih.

Setelah itu, derita dan permasalahan semakin banyak menumpuk, menimpanya. Bahkan sebelum kemudian dia keluar dari PLN, stempel gila telah diperolehnya. Dan pesangon yang menurut saya cukup besar itu menguap entah kemana. Tak seorang pun bisa menjelaskan kepergiannya. Dan sampai tulisan ini saya buat, dimana tiga hari sebelumnya saya bertemu dengannya, dia hanya terus dan terus mengeluh tanpa sadar bahwa kedurhakaannya kepada sang ibu telah menyeretnya pada penderitaan yang tak terperikan.

Saya sudah menganjurkan untuk datang kepada beliau dan memohon maaf secara tulus. Tidak perlu meminum air rendaman kaki ibu, tetapi memohon ampun dengan ikhlas adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya. Selanjutnya memperlakukan sang ibu yang tinggal hidup sendirian itu dengan baik dan penuh hormat penuh cinta kasih.

Semoga sekarang dan pada waktu yang akan datang Bred sadar dan bakti pada sang ibu. Dan rasa syukur yang sudah mulai tumbuh itu semoga kian terpupuk dan tumbuh subur dalam dirinya. Alhasil, pasti dia akan bisa hidup bahagia dan berkelimpahan berkah. Amin.

****

0 komentar: