Kamis, 26 Juli 2012

Kuliah Berhenti Karena Gestapu (dari Buku Pak Ngut, Ghost writter : Moeslih Rosyid)


Bagian 7

Kuliah Berhenti Karena Gestapu





Mungkin saya adalah salah seorang yang memiliki masa kecil bahagia. Dan mohon jangan terlalu larut oleh penuturan saya yang bakal melankolis di bagian setelah ini. Masa kecil itu telah lewat. Masa kecil yang tetap menderita tetapi indah itu sudah berlalu. Saya sudah mulai harus bertanggung jawab. Hidup saya adalah tanggung jawab saya.

Sepedih-pedih masa kecil sampai SMA tidak sepedih masa seusainya. Setelah itu jujur, saya sering merasa dunia ini acap kiamat. Hari-hari saya terlalu sering mendung. Hidup ini penuh dengan penderitaan dan kedzaliman. Hidup ini tidak adil. Terlalu lama saya menjalani hidup sulit dan sangat berat. Berdarah-darah dan sangat mengenaskan.

Tahun 1959 atas informasi dari teman-teman dan tetangga, saya memberanikan diri mencari keberuntungan. Saat SMA, saya sudah mendaftar Tentara Aspiran Kadet, yaitu akademi militer untuk lulusan SMP yang waktu belajarnya lima tahun. Dan karena tidak lulus, ya bersenang-senang di masa SMA masih saya lanjutkan. Sampai kemudian tahun 1962 saya menjadi mahasiswa perdana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang sekarang disingkat UB. UB masih swasta waktu saya menjadi mahasiswa disana.

Saat itu UB ra gablek gedung (tidak punya gedung) satu pun. Kuliah kami jalani dengan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kadang di Guntur I atau di alun-alun bunder dan tempat lain yang sangat kurang representative sebagai kampus.

Bangga sebagai sarjana muda, tiba-tiba saya harus mengalami tragedy yang memilukan di masa Gestapu. Saya ditangkap karena dianggap menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Ditahan dan diusut berkali-kali tidak terbukti, lalu dilepas. Karena saya anggota Gerakan Mahasiswa Indonesia (Germindo). Gambarnya banteng utuh, koyo nguyuh (seperti mau kencing,red).

Saya pun lalu melamar sebagai guru. Hasilnya? Tidak lulus. Entah karena apa. Mungkin tuduhan yang tidak terbukti itu tetap melekat pada diri saya. dan sialnya, di tahun 1966 itu saya ditangkap dan dipenjara selama 13 bulan. Padahal saya menikah belum tiga bulan lho…. Coba bayangkan gimana perasaan saya waktu itu?

Sedih rasanya berpisah dengan istri. Saya dipenjara di SKI yang kalau sekarang di DODIKJUR Sawojajar. Inilah permulaan penderitaan demi penderitaan menerpa saya. Namun sekarang saya harus bersyukur karena dengan kejadian itu saya menjadi seperti ini. Belum tentu saya menjadi orang bila ilmu-ilmu tadi tidak saya terima. Salah satunya dengan cara itu, kuliah tidak selesai karena banyak masalah.

Kalau tidak diuji seperti itu saya tidak yakin bisa sekuat ini. Saya tidak yakin bisa menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang rumit selama ini. Mungkin saya akan gembeng, cengeng dan gagal. naudzubillah@



*******

















0 komentar: