Sabtu, 12 April 2014

Zaenal Sania : Datangi Hati-hati Manusia (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB karya Moeslih Rosyid)



Mengenai saya :
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh… Saya ini sebenarnya tidak suka dengan hal-hal yang berbau mejeng atau apalah namanya yang memunculkan wajah di muka umum. Saya hanya ingin berusaha untuk melayani dan tidak dilayani. Semoga Allah memampukan saya untuk melakukannya.
Kalau tentang saya, saya ini lahir di Enrekang, 4 Januari 1963. Enrekang itu bisa ditempuh sekitar 5 sampai 7 jam dari Makasar Sulawesi Selatan yang dulu bernama
Ujung Pandang. Saya ke Bali ini tahun 1987 untuk menjumpai sahabat. Saya pikir waktu itu Bali merupakan destinasi orang asing, sehingga dalam pikiran saya ‘pasti ada bisnis yang bisa dijalankan di Bali.’

Tahun 1983-1985 saya pernah kerja di Project Kelok Pusri pertama di Bontang Kaltim. 1985-1986 selama dua tahun kerja di Karawang Multi Project. Ini perusahaan Thailand. Saya ke Bali membuka konsultan toko. Selain itu saya juga kerja di bar. Saya orangnya tidak mau diam, jadi ya gitu deh, semuanya saya jalani.

1987 saya mendirikan perusahaaan garmen bersama orang Amerika. Jadi saya ekspor produk batik ke Amerika tahun 1988 sampai 1993. Tujuannya New york dan Wasington. Karyawan saya sebagian orang asing. Dia bertugas sebagai designer di CV Karma milik saya itu. Sebagian besar karyawan saya tukang batik Pekalongan. Namun saat itu saya sadar bahwa bisnis seperti itu tidak akan lama karena bahan kimianya akan merusak air. Orang Amerika tidak mau yang demikian.

Sambil menyelam minum air, saya juga mendirikan kargo dengan nama SASJO Kargo. Jadi tahun 1990-an saya bergerak di bidang garmen dan kargo. Kalau kargo ini sebenarnya hanya pendamping untuk pengiriman produksi kami. Daripada diberikan kepada orang lain, mending sendiri, betul?

Belajar dari kerugian
Dari situ lalu saya matang di dunia kargo dan garmen. Bayangkan 75.000 pcs harus terkirim selama 4 bulan. Kalau terlambat dicancel dan mereka tidak mau bayar. Apa tidak stress. Untung saya orangnya suka dengan pekerjaan yang mengadu adrenalin. Jadi saat ditipu orang Brazil sebanyak dua container Alhamdulillah masih bisa beridiri. Lumayan kerugiannya sekitar 300 ribu Usd atau setara dengan 3 M kalau sekarang.

Seiring dengan kerugian itu Ayah saya meninggal dunia. Untung ada sahabat saya anaknya Pak Fuad Hasan, namanya DR Rusdi Ambodale alumni Mesir. Beliaulah yang menggantikan mendiang Shopan Sopian di DPRRI.

“Antum baru dicubit oleh Allah, jadi jangan stress. Memangnya antum membawa apa sebelumnya?,” demikian kata beliau kepada saya yang membuat saya sedikit tegar. So, saya putuskan untuk banting stir bisnis saya. Mesin dan tanah saya jual dan menyisakan toko dan laundry-nya saja. ‘Ini pilihan dan saya harus memilih,’ pikir saya saat itu.

Jangan bayangkan yang aneh-aneh pikiran saya saat itu. Memang saya ketipu dan saya harus mencari solusi. Maka saya mulai sering bersilaturahim dan berkonsultasi dengan orang yang agamanya lebih dari saya. waktu itu ya Rusdi ini dan H. Syukron di Mushala Al-Hijriah Gunung Sanghyang.

Tetapi Pembaca jangan ngetawain saya ya? Umur 36 saya baru menikah. Maka setiap ketemu teman lama selalu dipesan agar segera menikah. Akhirnya atas kemurahan Allah, dapat juga saya seorang istri dari Blitar keturunan Singapore. Makanya tahun 1997 saya menikah.

Kepada ulama, layani saja, jangan pakai logika
Bisnis yang benar-benar saya pertahankan adalah laundry dan konsultan property. Saya belajar property sampai bisa menjadi seperti ini dari alam. Dan Mr Steward  warga Jerman yang adalah warga Australia banyak mengajari saya tentang hal ini. Selain itu saya juga belajar ke senior H Zaenal Tayeb.

Sejak saat itu saya terus dan terus ingin dekat dengan para ulama. Sampai saya mendapatkan sebuah prinsip yang bila diterapkan luar biasa. “Saya mau berhidmat dan tidak mau dihidmat,” Artinya, saya bersedia melayani dan tidak mau dilayani. Kepada siapa saja.

Ulama, hikmad saja, santuni saja dan jangan berdebat dengan ulama. Nanti Allah yang akan membalasnya.

Tahun 1998 saat Pak Soeharto lengser, bisnis property di Bali booming. Disitulah saya memberikan jatah kepada orang alim dan yatim piatu. Hasilnya sungguh luar biasa. Allah memang kaya.

Tahun 2001 saya join dengan Mr Angus dari Inggris, maka berdirilah House of Bali yang disingkat HOB.  Kami menangani Bali dan Thailand. Dan tahun 2003 dengan alasan ingin lebih berkembang lagi, Mr Angus ingin memisahkan diri dari kamia. Maka saya setujui dan dia mendirikan EXOTIC dan saya masih tetap HOB sampai sekarang (tahun 2013, red).

Da’wah di dalam kafe
Yang mungkin dinilai orang aneh adalah saat saya punya café Banjar Seme yang setiap bulan rugi 20 jutaan. Insya Allah saat itu kami adalah satu-satunya café yang tidak menjal minuman beralkohol. Namun agar semakin berkah saya memang harus berhijrah. Jadi café itu saya tutup.

Disinilah kebesaran Allah saya temui. Datang orang New Zealand. Mustahil hal ini terjadi, pasaran waktu itu Rp 35 juta per tahun dan dia berani membayar saya Rp 95 juta per tahun. So, kalau kita konsen di jalan Allah insya Allah banyak keajaiban.

Memang di perusahaan saya, untuk  karyawan yang muslim belum boleh menyentuh kantor sebelum shalat dhuha terlebih dahulu. Dan karyawan semuanya mau dipotong gajinya 5% untuk zakat dan sedekah. Disana minimum satu kali diadakan majels ta’lim dalam sehari.
Kehidupan dan cara-cara islami terus berusaha kami bangun dalam usaha kami. Setidaknya inilah da’wah kecil yang bisa kami lakukan dalam pekerjaan kami. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-
Nya kepada kita semua.

Bali bagus untuk da’wah
Saat ini (tahun 2013, red) kami merambah ke Sumbawa, Sumba dan Labuhan bajo. Dalam bisnis property kami hunting tanah sambil mencari tahu ada berapa muslim di daerah itu. Saat kesana saya selalu meluangkan waktu satu sampai tiga hari bersama ta’mir masjid.

Rata-rata mereka mendapat honor Rp 900 ribu kata mereka. Dan kami ajak mereka datang ke masjid dengan menyediakan kopi di masjid. “Mari kita ngopi di masjid Pak, sudah kami siapkan dan kita bisa ngobrol-ngobrol disana,” demikian yang biasa kami lakukan. Alhamdulillah akhirnya orang pada mau datang ke masjid dan meramaikannya.

Tentang Bali, saya sudah kemana-mana dan Bali adalah tempat yang bagus untuk da’wah. Orang Bali sangat welcome dengan pendatang. Sehingga kejadian bom Bali itu tidak mengakibatkan kita menderita seperti di Sampit dan daerah lain yang sangat rawan SARA. Di Bali, islam sebagai rahmatan lil alamin benar-benar terasa dan bukan hanya simbol.

Saya di Canggu, tinggal di tengah sawah dan bebas berda’wah. Raja-raja kecil kalau di rumah dihormati orang sehingga bisa berhikmad kepada orang non muslim. Kalau Galungan dan Kuningan saya membantu mereka. Kitalah yang mewarnai dan bukan dipengaruhi. Sampai saya dikritik saudara saya “Pak Slamet” namanya. Katanya haram saya menyumbang mereka. Tetapi saya tidak peduli. Saya tinggal disini dan harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar saya. saya tidak mau menjadi parasit. Keberadaan saya harus menjadi rahmat bagi mereka.

Sambil duduk-duduk di Banjar, saya ajari anak-anak untuk berbisnis, bekerja dan lainnya. Saya selalu menekankan kepada pemuda-pemuda disana “How to start if You don’t have skill.”  Karena saya praktisi dan bukan dosen maka mereka senang dengan penjelasan saya.

Dalam da’wah itu ada yang disebut dengan innercycle da’wah. Jadi jangan sekali-sekali tidak merespek orang yang lahir di Bali. Mereka yang menghibur turis, kita yang cari uang. sebenarnya untuk menghilangkan kesan pendatang yang oleh orang Bali disebut dengan Nak Jaba, mudah lho… ikram dia, layani dia dan jangan bilang saya asli mana asli mana. Katakan saya orang Indonesia lahir di Makasar dan numpang di Bali.

Mindset di Amerika, orang yang tidak putih selain giginya, mereka mengatakan, “I am American,” saat ditanya where are from? Dari mana asalmu, mereka dengan tegas mengatakan saya dari Amerika hmmmm…  cinta tanah air benar-benar mendarah daging pada mereka. Jadi mari kita mulai dengan mengatakan, “saya orang Indonesia.”

Untuk keberkahan, datangi hati-hati manusia
Negeri kita perlu dihikmad kalau tidak mau mendapat bala. Caranya dengan mendatangi hati-hati manusia, datangi pint-pintu rumah mereka di seluruh alam. Jangan hanya berkoar-koar di mimbar saja. Mahabah tertinggi adalah mahabah yang tanpa pamrih. Sebagaimana matahari menyinari bumi tanpa berharap apa-apa. Puncak kebahagiaan adalah saat kita bisa berkhikmad kepada orang lain, bukan saat mendapat banyak harta. Bahagia adalah saat memberi dan bukan saat menerima.

Ini tentang anak-anak saya, saya ingin berbuat seperti para sahabat.  Usia sekolah dasar memang mereka bersama kami, namun setelah lulus SD, saya usir mereka. Mereka harus merantau. Sukses anak-anak sahabat karena ditinggalkan. Ibunya berda’wah dan anak-anaknya matang. Saya ini laki-laki yang suka pergi. Tujuannya dua, da’wah dan bisnis. Ini yang dilakukan Rasulullah sebelum menjadi Rasul.

Maka say terus berusaha untuk bisa mendatangi hati-hati manusia sebisa mungkin. Siapa tahu dengan upaya kecil ini bukan saja saya yang tentu saja akan beruntung, tetapi semoga orang lain turut menikmatinya. Minimal mereka mendapat hidayah Allah.

Libatkan Allah dalam segala urusan
Jika untuk Allah, jangan terlalu banyak mikir, “deal done” lakukan. Istikharah bukan disini tempatnya. Istikharah untuk perbandingan dua hal dan kita akan memilihnya. Jadi deal dan selesaikan. Kalau ada orang butuh bantuan, jangan dilihat siapa dia, lakukan. Jangan sampai ada orang kecelakaan, dilihat agamanya apa. Subhanallah, benar-benar tidak punya peri kemanusiaan kalau ini yang dilakukan.

Penda’wah itu energinya tidak ada habisnya. Tidak pernah putus tenaga, pikiran dan hartanya untuk Alah. Dan Allah yang akan ngecas dirinya dengan berbagai kecukupan. Bantu Allah dan islam, datang ke hati-hati manusia. Dimana? Yaitu anak yatim, pesantren, masjid-masjid dan tempat-tempat yang Allah ada disana, orang miskin.

Dalam bisnis atau dalam hal apapun, ketika sudah melibatkan Allah di dalamnya, maka dijamin akan sukses. Bisnis property misalnya, impian itu penting, tetapi hanya akan ada bila ada kehendak Allah. Kalau hanya membantu muslim saja tidak cukup yang kita lakukan, tetapi membantu semua makhluk baru namanya rahmatan lil alamin.

Rasul kirim sahabat ke daerah-daerah  dan mereka sukses bukan karena kehebatannya, tetapi karena keberkahannya. Tugas kita sekarang bagaimana hidup ini menjadi berkah dan bukan sekadar yang nampak di mata manusia. Semuanya harus didasari niat, setting, loby dan kedekatan pada Allah.

Tangisan di malam hari bisa hilangkan berbagai penyakit
Untuk Pembaca, pesan saya juga untuk diri saya sendiri, “jangan pernah menggurui orang, tetapi harus siap melayani mereka.”  Memberi sudah tidak bisa dilakukan lagi ketika sudah meninggal. Jangan mau diladeni tetapi meladeni.”

Saya ingin melayani dan tidak mau dilayani. Saya tidak ingin diangkat di atas podium dunia, tetapi nanti saja diangkat di akhirat. Demikian mau saya dan saya terus berusaha melakukannya.

Ini sangat penting untuk bisa kita lakukan. Dan kalau belum bisa, mari terus belajar dan berusaha untuk bisa mencapainya. “Menangis di malam hari, bisa menghilangkan berbagai penyakit. Toksin air mata tengah malam bisa membuat kita sehat jasmani dan rohani, sehat lahir batin dan keuangan,”

Air mata kita yang keluar usai shalat tahajud, nilai sangat tinggi dan member manfaat bukan saja bagi jiwa, tetapi juga fisik kita. Dengan ibadah sunah itu, bukan saja jiwa kita yang kuat, tetapi badan kita insya Allah akan semakin sehat. Semoga uraian sederhana ini bisa member manfaat bagi saya khususnya dan Pembaca pada umumnya. Amin…

@@@@@@@

0 komentar: