Islam ya’lu wala
yu’la alaihi
Pembaca,
ini tanggal lahir saya, 11-11 pada 74
tahun yang lalu (tahun 2013, red). Coba dihitung sendiri. Kata orang malah pada
than 2011 lalu pas tanggl 11 bulan 11 tahun 2011 saya ini sumber uang. Ada ada
saja manusia ini. Tetapi kalau tidak begitu namanya bukan manusia ya? Hehehe….
Saya
perlu mengingatkan Pembaca sebelum bicara yang lain. Islam itu dimana-mana
dihina, ada kalanya dihormati, tetapi apapun upaya makhluk, islam tetap tinggi.
Al islamu ya’lu wala yu’la alaihi,
islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya. Jadi beruntunglah
bagi yang hidup di dunia ini menjadi orang islam. Tetapi bukan karena
keislamannya lalu menjadi sombong, jangan…
Islam itu rahmatan lil alamin,
islam itu semua makhluk harus mendapat manfaat dengan kehadiran pemeluknya.
Non job karena dituduh korupsi
Kalau
tentang saya, Alhamdulillah saya
termasuk orang yang mengalami banyak onak dan duri dalam hidup ini. Sebelum
tahun 1986 secara karier saya di kantor Departemen agama biasa-biasa saja.
Ketika diterpa fitnah korupsi saya agak lumayan diping-pong. Saya dituduh korupsi karena baru 6 bulan di Mataram
sudah punya mobil. Sementara pimpinan saya tidak punya mobil.
Lalu entah dari mana asal ceritanya, tiba-tiba saya dimutasi
ke Ambon. Sebenarnya promosi karena saya diangkat menjadi KaDiklat Propinsi
Maluku saat itu. Tetapi karena mikir anak dan sekolah mereka akhirnya saya putuskan untuk tidak menjalani.
Alhasil saya harus menerima risiko non job.
Tidak seberapa lama lalu saya ditawari menjadi hakim. Lalu
saya bilang kepada yang nawari agar minta izin atasan saya saja. Dan karena
saya tidak disukai, Alhamdulillah
banget, saya diusir dengan disetujui permintaan itu. Ternyata tidak semua yang tidak disenangi itu
bernasib buruk. Buktinya saya malah diangkat menjadi hakim.
Tahu tidak Pembaca, tunjangan saya dengan kepala saya tadi
jauh lebih besar saya. tunjangan hakim saat itu Rp 135.000, dan tunjangan
kepala kantor saya hanya Rp 30.000,00. Bukan matre tetapi ini sekadar
refreshing untuk sedikit kita jadikan bahan perenungan.
Menjadi da’i sejak usia muda
Kesenangan seseorang terkadang membawanya kepada rejekinya.
Saya yang suka belajar berda’wah lalu mencoba menjadi da’i. Maka belajar dan
terus belajar membuat daya harus berucap Alhamdulillah.
Apapun bentuknya memang kita harus tetap bersyukur.
Alhamdulillah juga di Mataram umur 21 tahun saya
sudah menjadi da’i. itu hoby saya menjadi da’i. Sehingga saat ini saja
(September 2013,red) saya dimampukan Allah mengisi tidak kurang dari 70 sampai
100 pengajian dalam sebulan. Di Mataram pada usia 21 tahun itu saya sudah
mengisi pengajian di penjara. Anda bisa bayangkan, bagaimana penjahatnya Lombok
yang sakti-sakti. Tetapi sebagian besar mereka mencium tangan saya kalau
selesai pengajian.
Riwayat sekolah saya agak aneh. Saya ini sudah S-2 lho, yaitu
penambahan S-1 plus S-1. Yang satunya Drs dan satunya Sarjana Hukum. Di IKIP
dulu saya hanya iseng saja, sedangkan di fakultas hukum saya terpaksa, lho…??
La iya, wong semua hakim harus SH, maka saya ngambil SH di Universitas Mahendradata
Denpasar. Jadi saya sudah pindah ke Bali saat mengambil sekolah hukum.
Saya ini kadang dirasani jamaah katanya galak. Weleh weleh
weleh… kalau saya galak kan tetap ada dalilnya. Saya sering guyonan sama
ibu-ibu di pengajian tentang kegalakan saya ini. “Ibu suka suami yang keras apa
yang lembek?,” tidak dijawab hanya pada ketawa saja. Jelas lebih suka yang
berkarakter dan punya dasar hukum
Cita-cita pribadi
Dalam
hidup ini setiap orang harus memiliki cita-cita pribadi, apapun bentuknya.
Apalagi yang berhubungan dengan Tuhan kita, kita harus memilikinya. Misalnya
mau naik haji tahun berapa, mau membangun pesantren, atau yang sederhana saja,
misalnya mau membantu panitia pembangunan mushala.
Sedangkan
saya sedikitnya punya cita-cita ini :
1. Sedih rasanya selama ini saya melihat sebagian umat
islam hanya suka membaca Al Qur’an. Tidak lebih dari itu. Bahkan tidak kurang
yang menyentuh saja beratnya minta ampun. Padahal dia itu panduan hidup kita.
Bukan hanya dibaca saja tetapi diupayakan melakukan kajian dan analisa. Inilah
seharusnya yang menjadi mimpi semua umat, mau dan ingin terus belajar Al
Qur’an.
2. Saat belajar Qur’anter kadang tarasa sakit. Pikiran
dibanting-banting rasanya. Namun itulah proses pembersihan diri kita. Kalau
kita terus melakukannya, insya Allah hidup kita sudah islami.
3. Dengan membaca Qur’an banyak malaikat datang, pikiran
menjadi tenang dan Al Qur’an itu pasti tanpa ada keraguan di dalamnya.
Mengikuti dan mencintai serta memperlajarinya insya Allah akan membuat kita
menuju kepastian. Dalam hal ini adalah ketenangan itu tadi.
Ingin hidup berkah, belajar Qur’an
Ingat,
jangan menafsirkan, tetapi berusaha memahami. Kalau terjemah itu mengetahui
artinya, sedangkan menafsirkan itu mengurai dan menjelaskan. Mentadaburi dan bukan menafsirkan.
Kalau
bahasa Jawa saja susah dipahami, apalagi bahasa langit. Coba Pembaca yang asli
Jawa cari bahasa Indonesianya “pangling” apa
hayoo… mikir kan? Dan Qur’an itu bukan
bahasa Arab tetapi bahasa Quraisy. Makanya yang paling mengerti ya orang
Quraisy waktu itu. Jadi kita bukan penafsir tetapi berusaha memahami.
Lalu
bagaimana dengan para hafidh,
penghafal Al Qur’an? Ketahuilah Pambaca bahwa yang mudah menghafal Qur’an itu
orang yang belum bisa membaca. Hal itu disebabkan oleh otak yang masih bersih.
Kalau ticak percaya coba bandingkan hafala anak TK yang belum bisa membaca
dengan sampeyan yang sudah tua-tua, pasti cepetan anak TK. Jadi sekali lagi
bukan menghafal yang penting tetapi memahami lebih penting. Bahkan kalau ada
pengajia, sama-sama pengajian, yang mengkaji Qur’an dengan pengajian biasa
seperti langit dan bumi.
Qur’an
itu mudah, simple, gampang dan barokah. Percaya atau tidak, jika umat islam
total mempelajari Qur’an, maka akan jauh lebih hebat kinerjanya daripada orang
Kristen. Tetapi sekarang kan belum? Ya itu tadi sebabnya belum Qur’an yang
dipelajari. Padahal bagi siapa saja yang mau mempelajari Qur’an, hidupnya pasti
berkah.
Taat beribadah membuat kita sehat
Ibadah
itu membuat kita sehat lho. Saya sering ditegor jamaah saya, “lho, duduk selama
dua jam kok tiba-tiba berdiri Ustadz, apa tidak kesemutan?,” demikian saya
sering ditanya.
Saya
ini menggunakan shalat yang dimulai dari wudhu sampai amalan habis shalat, saya
jadikan sebagai obat. Saya banyak belajar sehat dari shalat. Kalau mau tahu rahasianya,
sialakan saja ikut pengajian saya hehehehe… saya pun mengingatkan jamaah bahwa
bersin itu juga sehat, karena membuang penyakit. Makanya adabnya harus ditutup
biar penyakit itu tidak menyebar ke orang lain.
Enak
rasanya hidup yang dipenuhi dengan adab Nabi. Nikmat rasanya berobat dan
menjadi sehat dengan mengamalkan semua perintah Allah. Baik perintah wajib
maupun sunah, semuanya membawa kita bukan saja pada pencerahan jiwa tetapi juga
kesehatan jasmani.
Cerita unik saya ditangkap PKI
Mohon
maaf saya harus mengangkat cerita ini disini. Ada sedikit maksud yang ingin
saya sampaikan. Umur 25 tahun saya pernah ditahan oleh Korem. Waktu itu ada
orang Korem yang bernama Pak Sugeng Wijaya yang ternyata malah menyelamatkan
saya. ceritanya begini. Saya kan aktivis Muhamadiyah, saat pecah G30-S PKI itu
kok tidak ada yang mau bergerak, maka saya bersama Abdul Kadir dan Geger Yanto
teman saya, membuat famlet dan menempel di tempat-tempat strategis. Di pamlet
itu saya tulis : (1) Bubarkan PKI (2) Gantung DN Aidit (3) Bubarkan Baperki
(Bendahara PKI).
Saya
menempel famlet itu jam 1 malam. Namun sialnya kami tertangkap basah oleh
Garnisun Mataram. Oh iya, saat itu kejadiannya di Mataram, sampai lupa member
tahu. Saat ditangkap saya ditanya, “apa kamu punya persatuan apa tidak?.” Belum
beberapa lama lalu kami bertiga diambil polisi.
Saat
ditanya-tanya, M.Mahrim salah satu teman kami,
menjawabnya susah, maka ditempeleng sama polisi itu sampai kacamatanya
lepas. Saat melihatnya ngeri rasanya.
Ternyata setengah menunggu dengan persiapan yang ketat, saya tidak dapat jatah
tempeleng… Padahal saya sedang berfikir bagaimana rasanya ditempeleng itu. Alhamdulillah… ternyata ditolong Allah.
Menjadi pemain sandiwara sebagai Abu
Jahal
Kalau
ditanya tentang istri, saya bertemunya karena drum band. Dia pemain drum band
biasa di pemuda Muhamadiyah. Saya pun jelek-jelek begini pemain sandiwara lho…
tetapi karena wajah saya yang kayak gini atau suara saya yang keras sehingga
sering dijadikan sebagai pemeran antagonis. Saya sering jadi Abu Jahal. Satiap
acara didapuk jadi Abu Jahal. Kami main sandiwara sampai Sumbawa lho…
Awalnya
gengsi juga dipilih sebagai pemeran seperti itu. Masa, disuruh menjadi penjahat
dan orang yang tidak mendapatkan hidayah Allah. Bukan hanya itu, dia juga
menghambat dan menghalangi perjuangan Rasulullah Saw.
Yah,
ternyata dari kegiatan-kegiatan itulah justru saya mendapatkan banyak hidayah
dari Allah Swt. Saya banyak merenung dan berhasrat ingin semakin banyak
mempelajari islam. Utamanya Al Qur’an dan segala seluk beluknya. Buktinya
sekarang saya bisa berbicara dan memberikan pemahaman kepada jamaah karena
ilmu-ilmu itu.
Hubungan umat islam
Saya
berharap muslim utamanya yang ada di Bali. Atau yang ada dimana sajalah, harus
konsekuen memegang teguh Al Qur’an. Kalau sudah bisa memegang teguh Al Qur’an
maka akan dilindungi oleh Allah. Orang kafir akan diberi rasa takut. Jadi
jangan mencla mencle (Qs 2 : 102)
Qur’an
itu bisa ngomong lho, jangan
main-main. Hanya sayangnya tentang hal ini yang nulis kok malah orang Barat.
Ilmu-ilmu Qur’an banyak diamalkan oleh orang Barat, dan inilah faktanya. Lalu
kemana muslimnya? Insya Allah sedang belajar ni hehehe…
Mau
saya, hubungan islam dan non islam itu yang harmonis. Waktu itu Brigjen Nyoman
Sweta Ketua PAN Bali membedah buku Hatta Rajasa. Hatta ini pengin jadi presiden
tetapi malu. Malu untuk berbuat baik yang dilihat orang, subhanallah… ini harus ditiru dan jangan sebaliknya.
Mudah-mudahan
islam dan hindu bersatu. Bersatu sebagai bangsa dan islam yang rahmatan lil alamin benar-benar
terealisasi. Buktinya saat Ramadhan, islam itu memberi rasa senang pada orang
Bali. “Iya Ustadz, jam 3 dagangan saya sudah habis dibeli orang islam,” itu
salah satu ungkapan mereka
Ni
pesan terakhir saya, “makanan surga itu yang
banyak buah-buahan, jadi seharusnya makanan pokok kita kalau mau sehat
itu ya buah. Sedangkan nasi seharusnya jadi suplemen saja. Buktinya, monyet
yang suka makan buah itu tidak pernah stress hehehe.”
Sekali
lagi, Qur’an adalah kitab suci kita dan luar biasanya, dia merupakan kitab suci
yang paling banyak dibaca orang di dunia ini. Ayo, jangan lepaskan Qur’an dan
jangan hanya dipajang saja. Semoga bermanfaat. Amin.
@@@@@@@
0 komentar:
Posting Komentar