Sabtu, 12 April 2014

Drs H.A. Madjid Damanhuri, SH : Ingin Hidup Berkah, Belajar Qur’an (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB)



Islam ya’lu wala yu’la alaihi
Pembaca, ini tanggal lahir saya, 11-11  pada 74 tahun yang lalu (tahun 2013, red). Coba dihitung sendiri. Kata orang malah pada than 2011 lalu pas tanggl 11 bulan 11 tahun 2011 saya ini sumber uang. Ada ada saja manusia ini. Tetapi kalau tidak begitu namanya bukan manusia ya? Hehehe….

Saya perlu mengingatkan Pembaca sebelum bicara yang lain. Islam itu dimana-mana dihina, ada kalanya dihormati, tetapi apapun upaya makhluk, islam tetap tinggi. Al islamu ya’lu wala yu’la alaihi, islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya. Jadi beruntunglah bagi yang hidup di dunia ini menjadi orang islam. Tetapi bukan karena keislamannya lalu menjadi sombong, jangan…  Islam itu rahmatan lil alamin, islam itu semua makhluk harus mendapat manfaat dengan kehadiran pemeluknya.

Non job karena dituduh korupsi
Kalau tentang saya, Alhamdulillah saya termasuk orang yang mengalami banyak onak dan duri dalam hidup ini. Sebelum tahun 1986 secara karier saya di kantor Departemen agama biasa-biasa saja. Ketika diterpa fitnah korupsi saya agak lumayan diping-pong. Saya dituduh korupsi karena baru 6 bulan di Mataram sudah punya mobil. Sementara pimpinan saya tidak punya mobil.

Lalu entah dari mana asal ceritanya, tiba-tiba saya dimutasi ke Ambon. Sebenarnya promosi karena saya diangkat menjadi KaDiklat Propinsi Maluku saat itu. Tetapi karena mikir anak dan sekolah mereka  akhirnya saya putuskan untuk tidak menjalani. Alhasil saya harus menerima risiko non job.
Tidak seberapa lama lalu saya ditawari menjadi hakim. Lalu saya bilang kepada yang nawari agar minta izin atasan saya saja. Dan karena saya tidak disukai, Alhamdulillah banget, saya diusir dengan disetujui permintaan itu.  Ternyata tidak semua yang tidak disenangi itu bernasib buruk. Buktinya saya malah diangkat menjadi hakim.
Tahu tidak Pembaca, tunjangan saya dengan kepala saya tadi jauh lebih besar saya. tunjangan hakim saat itu Rp 135.000, dan tunjangan kepala kantor saya hanya Rp 30.000,00. Bukan matre tetapi ini sekadar refreshing untuk sedikit kita jadikan bahan perenungan.
Menjadi da’i sejak usia muda
Kesenangan seseorang terkadang membawanya kepada rejekinya. Saya yang suka belajar berda’wah lalu mencoba menjadi da’i. Maka belajar dan terus belajar membuat daya harus berucap Alhamdulillah. Apapun bentuknya memang kita harus tetap bersyukur.
Alhamdulillah juga di Mataram umur 21 tahun saya sudah menjadi da’i. itu hoby saya menjadi da’i. Sehingga saat ini saja (September 2013,red) saya dimampukan Allah mengisi tidak kurang dari 70 sampai 100 pengajian dalam sebulan. Di Mataram pada usia 21 tahun itu saya sudah mengisi pengajian di penjara. Anda bisa bayangkan, bagaimana penjahatnya Lombok yang sakti-sakti. Tetapi sebagian besar mereka mencium tangan saya kalau selesai pengajian.
Riwayat sekolah saya agak aneh. Saya ini sudah S-2 lho, yaitu penambahan S-1 plus S-1. Yang satunya Drs dan satunya Sarjana Hukum. Di IKIP dulu saya hanya iseng saja, sedangkan di fakultas hukum saya terpaksa, lho…?? La iya, wong semua hakim harus SH, maka saya ngambil SH di Universitas Mahendradata Denpasar. Jadi saya sudah pindah ke Bali saat mengambil sekolah hukum.
Saya ini kadang dirasani jamaah katanya galak. Weleh weleh weleh… kalau saya galak kan tetap ada dalilnya. Saya sering guyonan sama ibu-ibu di pengajian tentang kegalakan saya ini. “Ibu suka suami yang keras apa yang lembek?,” tidak dijawab hanya pada ketawa saja. Jelas lebih suka yang berkarakter dan punya dasar hukum
Cita-cita pribadi
Dalam hidup ini setiap orang harus memiliki cita-cita pribadi, apapun bentuknya. Apalagi yang berhubungan dengan Tuhan kita, kita harus memilikinya. Misalnya mau naik haji tahun berapa, mau membangun pesantren, atau yang sederhana saja, misalnya mau membantu panitia pembangunan mushala.

Sedangkan saya sedikitnya punya cita-cita ini :
1.      Sedih rasanya selama ini saya melihat sebagian umat islam hanya suka membaca Al Qur’an. Tidak lebih dari itu. Bahkan tidak kurang yang menyentuh saja beratnya minta ampun. Padahal dia itu panduan hidup kita. Bukan hanya dibaca saja tetapi diupayakan melakukan kajian dan analisa. Inilah seharusnya yang menjadi mimpi semua umat, mau dan ingin terus belajar Al Qur’an.

2.      Saat belajar Qur’anter kadang tarasa sakit. Pikiran dibanting-banting rasanya. Namun itulah proses pembersihan diri kita. Kalau kita terus melakukannya, insya Allah hidup kita sudah islami.

3.      Dengan membaca Qur’an banyak malaikat datang, pikiran menjadi tenang dan Al Qur’an itu pasti tanpa ada keraguan di dalamnya. Mengikuti dan mencintai serta memperlajarinya insya Allah akan membuat kita menuju kepastian. Dalam hal ini adalah ketenangan itu tadi.

Ingin hidup berkah, belajar Qur’an
Ingat, jangan menafsirkan, tetapi berusaha memahami. Kalau terjemah itu mengetahui artinya, sedangkan menafsirkan itu mengurai dan menjelaskan. Mentadaburi dan bukan menafsirkan.

Kalau bahasa Jawa saja susah dipahami, apalagi bahasa langit. Coba Pembaca yang asli Jawa cari bahasa Indonesianya “pangling” apa hayoo… mikir kan?  Dan Qur’an itu bukan bahasa Arab tetapi bahasa Quraisy. Makanya yang paling mengerti ya orang Quraisy waktu itu. Jadi kita bukan penafsir tetapi berusaha memahami.

Lalu bagaimana dengan para hafidh, penghafal Al Qur’an? Ketahuilah Pambaca bahwa yang mudah menghafal Qur’an itu orang yang belum bisa membaca. Hal itu disebabkan oleh otak yang masih bersih. Kalau ticak percaya coba bandingkan hafala anak TK yang belum bisa membaca dengan sampeyan yang sudah tua-tua, pasti cepetan anak TK. Jadi sekali lagi bukan menghafal yang penting tetapi memahami lebih penting. Bahkan kalau ada pengajia, sama-sama pengajian, yang mengkaji Qur’an dengan pengajian biasa seperti langit dan bumi.

Qur’an itu mudah, simple, gampang dan barokah. Percaya atau tidak, jika umat islam total mempelajari Qur’an, maka akan jauh lebih hebat kinerjanya daripada orang Kristen. Tetapi sekarang kan belum? Ya itu tadi sebabnya belum Qur’an yang dipelajari. Padahal bagi siapa saja yang mau mempelajari Qur’an, hidupnya pasti berkah.

Taat beribadah membuat kita sehat
Ibadah itu membuat kita sehat lho. Saya sering ditegor jamaah saya, “lho, duduk selama dua jam kok tiba-tiba berdiri Ustadz, apa tidak kesemutan?,” demikian saya sering ditanya.

Saya ini menggunakan shalat yang dimulai dari wudhu sampai amalan habis shalat, saya jadikan sebagai obat. Saya banyak belajar sehat dari shalat. Kalau mau tahu rahasianya, sialakan saja ikut pengajian saya hehehehe… saya pun mengingatkan jamaah bahwa bersin itu juga sehat, karena membuang penyakit. Makanya adabnya harus ditutup biar penyakit itu tidak menyebar ke orang lain.

Enak rasanya hidup yang dipenuhi dengan adab Nabi. Nikmat rasanya berobat dan menjadi sehat dengan mengamalkan semua perintah Allah. Baik perintah wajib maupun sunah, semuanya membawa kita bukan saja pada pencerahan jiwa tetapi juga kesehatan jasmani.

Cerita unik saya ditangkap PKI
Mohon maaf saya harus mengangkat cerita ini disini. Ada sedikit maksud yang ingin saya sampaikan. Umur 25 tahun saya pernah ditahan oleh Korem. Waktu itu ada orang Korem yang bernama Pak Sugeng Wijaya yang ternyata malah menyelamatkan saya. ceritanya begini. Saya kan aktivis Muhamadiyah, saat pecah G30-S PKI itu kok tidak ada yang mau bergerak, maka saya bersama Abdul Kadir dan Geger Yanto teman saya, membuat famlet dan menempel di tempat-tempat strategis. Di pamlet itu saya tulis : (1) Bubarkan PKI (2) Gantung DN Aidit (3) Bubarkan Baperki (Bendahara PKI).

Saya menempel famlet itu jam 1 malam. Namun sialnya kami tertangkap basah oleh Garnisun Mataram. Oh iya, saat itu kejadiannya di Mataram, sampai lupa member tahu. Saat ditangkap saya ditanya, “apa kamu punya persatuan apa tidak?.” Belum beberapa lama lalu kami bertiga diambil polisi.

Saat ditanya-tanya, M.Mahrim salah satu teman kami, menjawabnya susah, maka ditempeleng sama polisi itu sampai kacamatanya lepas.  Saat melihatnya ngeri rasanya. Ternyata setengah menunggu dengan persiapan yang ketat, saya tidak dapat jatah tempeleng… Padahal saya sedang berfikir bagaimana rasanya ditempeleng itu. Alhamdulillah… ternyata ditolong Allah.

Menjadi pemain sandiwara sebagai Abu Jahal
Kalau ditanya tentang istri, saya bertemunya karena drum band. Dia pemain drum band biasa di pemuda Muhamadiyah. Saya pun jelek-jelek begini pemain sandiwara lho… tetapi karena wajah saya yang kayak gini atau suara saya yang keras sehingga sering dijadikan sebagai pemeran antagonis. Saya sering jadi Abu Jahal. Satiap acara didapuk jadi Abu Jahal. Kami main sandiwara sampai Sumbawa lho…

Awalnya gengsi juga dipilih sebagai pemeran seperti itu. Masa, disuruh menjadi penjahat dan orang yang tidak mendapatkan hidayah Allah. Bukan hanya itu, dia juga menghambat dan menghalangi perjuangan Rasulullah Saw.

Yah, ternyata dari kegiatan-kegiatan itulah justru saya mendapatkan banyak hidayah dari Allah Swt. Saya banyak merenung dan berhasrat ingin semakin banyak mempelajari islam. Utamanya Al Qur’an dan segala seluk beluknya. Buktinya sekarang saya bisa berbicara dan memberikan pemahaman kepada jamaah karena ilmu-ilmu itu.

Hubungan umat islam
Saya berharap muslim utamanya yang ada di Bali. Atau yang ada dimana sajalah, harus konsekuen memegang teguh Al Qur’an. Kalau sudah bisa memegang teguh Al Qur’an maka akan dilindungi oleh Allah. Orang kafir akan diberi rasa takut. Jadi jangan mencla mencle (Qs 2 : 102)

Qur’an itu bisa ngomong lho, jangan main-main. Hanya sayangnya tentang hal ini yang nulis kok malah orang Barat. Ilmu-ilmu Qur’an banyak diamalkan oleh orang Barat, dan inilah faktanya. Lalu kemana muslimnya? Insya Allah sedang belajar ni hehehe…

Mau saya, hubungan islam dan non islam itu yang harmonis. Waktu itu Brigjen Nyoman Sweta Ketua PAN Bali membedah buku Hatta Rajasa. Hatta ini pengin jadi presiden tetapi malu. Malu untuk berbuat baik yang dilihat orang, subhanallah… ini harus ditiru dan jangan sebaliknya.

Mudah-mudahan islam dan hindu bersatu. Bersatu sebagai bangsa dan islam yang rahmatan lil alamin benar-benar terealisasi. Buktinya saat Ramadhan, islam itu memberi rasa senang pada orang Bali. “Iya Ustadz, jam 3 dagangan saya sudah habis dibeli orang islam,” itu salah satu ungkapan mereka

Ni pesan terakhir saya, “makanan surga itu yang  banyak buah-buahan, jadi seharusnya makanan pokok kita kalau mau sehat itu ya buah. Sedangkan nasi seharusnya jadi suplemen saja. Buktinya, monyet yang suka makan buah itu tidak pernah stress hehehe.”

Sekali lagi, Qur’an adalah kitab suci kita dan luar biasanya, dia merupakan kitab suci yang paling banyak dibaca orang di dunia ini. Ayo, jangan lepaskan Qur’an dan jangan hanya dipajang saja. Semoga bermanfaat. Amin.

@@@@@@@









0 komentar: