Islam di Bali
Subhanallah wal
hamdulillah wala ilaha illallah, Allahu akbar.. tahun 1999 saya masuk Bali untuk
ditugasi megang Hidayatullah. Semoga semuanya berjalan sesuai dengan harapan
semua pihak. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari cita-cita saya yang mulai
saya perjuangkan sejak 1987 dengan bergabung di Hidayatullah Surabaya.
Tujuannya minimal berusaha untuk bisa mengakomodasi potensi pemuda pemudi
islam.
Bali sungguh luar biasa. Di Bali kesibukan da’wah jauh lebih
besar daripada di tempat lain. Hal ini bukan karena muslim di Bali minoritas,
bukan melulu itu saja. Muslim di Bali sangat “agresif” yang sangat positif.
Bukan agresif menyerang atau ingin membunuhi orang-orang kafir. Naudzubillah sama sekali tidak seperti
itu. Semangat orang islam di Bali untuk terus belajar sangat tinggi.
Keberislaman kita di Bali dan di luar Bali sangat jauh di
negeri ini. Ketika di Jawa atau di tanah kelahiran Pembaca mungkin akan
biasa-biasa saja atau cenderung malas, tetapi di Bali, sungguh luar biasa.
Orang yang biasanya tidak shalat di masjid, saat di Bali shalatnya di masjid.
Orang yang saat di kampung halamannya jauh dengan islam, saat di Bali menjadi
rajin bahkan menjadi aktivis. Insya Allah Bali adalah salah satu sumber hidayah
Allah Swt.
Rejeki anak sudah dijamin Allah
Saya ditanya oleh tim redaksi buku ini, mengapa kok anak saya
banyak. Lebih dari itu sebagian besar anak saya yang perempuan sudah saya
nikahkan saat masih di bangku kuliah. Sehingga fakta ini sempat membuat puyeng
mereka (tim redaksi, red).
Yang jelas setiap jiwa, setiap yang lahir sudah dijamin
rejekinya oleh Allah Swt. Dan saya memang benar-benar KB. KB saya adalah
Keluarga Besar. Saya punya 10 anak dan tiga orang perempuannya sudah saya
nikahkan sejak kuliah. Alasannya adalah agar yang menjaga mereka di jalan dan
di kampus adalah suaminya. Selain terhindar dari dosa, insya Allah mereka bisa
saling mendukung untuk mencapai cita-citanya. Dan Alhamdulillah hasilnya juga
demikian..
Rejeki sudah diatur oleh Allah. Setiap jiwa sudah dijamin
rejekinya oleh Allah. Tinggal kita saja apakah yakin dengan janji Allah atau
tidak. Semakin seseorang yakin pada sesuatu, maka sesuatu itu akan bekerja
untuknya. Apalagi Allah. Saat kita yakin dengan segala sesuatu tentang-Nya,
maka dia akan bekerja untuk kita.
Perluasan lahan dengan pinjaman bank
Hidayatullah Bali yang sebelum Timor Timur memisahkan diri,
wilayah kami sampai disana. Dan luar biasanya Bali, dengan luas tanah yang
dimiliki Hdayatullah periode Ustadz Ahmad Umar tahun 1994 sd 2000 masih 450 M2,
sekarang sudah 4.000 M2 lebih. Insya Allah tahun depan (2014,red) akan membuka cabang di Jembrana dengan lahan
seluar 10 kektar. Itu kampus yang akan mencoba untuk memberitahu umat tentang
contoh peradaban islam. Ini sedang mencari meskipun tidak punya uang, kami yakin
bisa. Insya Allah mohon doanya, karena tanpa dukungan semua pihak, tidak akan
bisa jalan program kami.
Anda bertanya-tanya kan, bagaimana kami mendapatkannya? Bukan
dari sumbangan, hibah atau sejenisnya, semuanya kami dapatkan dengan swadaya.
Ya sudah barang tentu semuanya atas izin dari Allah Swt yang Maha Memberi.
Kami mendapatkan penambahan lahan dan bangunan bekerjasama
dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Ya, kami
mencicil setiap bulan. Dan ternyata sebentar lagi semuanya sudah akan lunas
dalam setahun lebih ini.
Tidak setuju dengan cara kami? Membangun pesantren kok pakai pinjam bank? Wallahu a’lam, kami meyakini bahwa
perbedaan antara bank syariah dengan konvensional itu pada akadnya, perjanjiannya. Jadi
bisa jadi kami dalam bahasa umum dianggap membayar bunga yang diidentikkan
dengan rentenir, tetapi tidak, kami membayar bagi hasil. Sebenarnya bukan
masalah bunga atau bagi hasilnya, bukan nominalnya, tetapi lebih kepada proses,
sistem dan mengolahnya menggunakan cara apa. Itu saja. Insya Allah baik.
Buktinya MUI dan pusat tidak menyalahkan cara kami ini, mereka setuju dengan
cara kami.
Jadi sekali lagi orientasinya bukan pada murahnya, tetapi
barokahnya. Bukan yang digoreng, tetapi pengorengannya itu lho..
Pembaca bertanya lagi, dari mana uang untuk mengangsur? Jujur
kami membayar ansuran bank tadi dari beberapa sumber. Antara lain uang SPP,
uang gedung, beberapa donator dan pengalian umum. Syukurlah Allah terus
memudahkan kami. Semoga ini bisa seterusnya dan Pembaca pun mendapatkan
kemudahan yang lebih untuk urusan mendekatkan diri kepada Allah dan beribadah
kepada-Nya. Amin.
Tentang kegiatan Pesantren Alhidayah
Pesantren kami sekarang mendidik 800-an santri dari TK sampai
Madrasah Aliyah (MA). Diantara mereka ada yang mukim (tinggal di pesantren) 70
orang. Sebagian besar dari MA dan sedikit yang dari MTs (sederajat dengan
SMP).
Disini bukan sekolah penghafal Qur’an (hafidh)
tetapi kami mewajibkan santri untuk hafal Qur’an. Setidaknya syarat bisa lulus
dari sini kalau SD harus hafal Juz Amma. Untuk lulus MTS minimum harus hafal 2
juz dan MA minimum 3 juz. Dan kabar baiknya, dengan target minimum seperti itu
ternyata anak-anak hampir semuanya menghafal jauh lebih banyak daripada target.
Bahkan ada yang hafal 30 juz, Alhamdulillah.
Ohya, untuk santri yang di tingkat MA target kami atau
orientasi kami adalah sebagai kader. Karena sebelum mereka lulus, sudah banyak
perguruan tinggi yang sudah mengantri ingin memberikan beasiswa. yang akan
memberi beasiswa itu antara lain STI
Syariah…., IAIN Sunan Ampel, IAIN yogyakarta Dll
Saya pun sebenarnya punya cita-cita pribadi untuk diri dan
keluarga saya. (1) Semoga anak-anak, maksudnya bukan saja anak kandung saya
tetapi juga semua santri, bisa menjadi mujahid
da’wah. Profesi boleh menjadi macem-macem, tetapi harus berda’wah di bidangnya.
Minimal da’wah bil hal, selanjutnya bi lisan dan semua cara ditempuh untuk
da’wah. (2) Saya juga mendambakan semua alumnus atau yang masih belajar disini
dan muslim pada umumnya professional semuanya. Kita membangun peradaban pada
seluruh unsur kebutuhan manusia. Ini cita-cita besar kita. Jadi semua kebutuhan
umat bisa dicukupi dengan ini. (3) Selanjutnya tentu saja tegaknya kalimah
Allah. Bom bukan cara kita, sekali lagi naudzubillah
untuk cara-cara kekerasan seperti itu. Kta menggunakan cara Rasulullah Saw yang
damai dan santun.
Statemen tokoh yang
menyulitkan
Masih terlalu pahit terasa, saat seorang tokoh nasional
mambuat statemen bahwa agama Bu Megawati tidak jelas saja, pesantren kami hampir
berhasil dibakar massa. Semoga muslim baik dari kalangan atas sampai bawah
semakin paham akan maksud dari kalimat “rahmatan
lil alamin” islam harus bermanfaat dan menjadi rahmat. Datangnya islam
harus membawa kebahagiaan dan bukan bencana.
Salah satu peran kami di luar kan mendidik anak-anak baik
secara formal maupun non formal. Kita juga sering mengangkat program-program
sosial untuk kedamaian dan kerukunan. Dan tentu saja kerja bakti sangat sering
kita lakukan di dalam masyarakat. Jadi saat Mas Muslih menanyakan kepada saya
tentang bom Bali, saya jawab “no comment”
saya tidak paham dengan pola pikir pelakunya.
Adapun bila ada desas desus bahwa muslim di Bali sedang
melakukan islamisasi, itu tidak ada. Yang ada hanya da’wah. Islam adalah agama
da’wah, tidak ada paksaan dan kalau ada yang benar-benar melakukan islamisasi
itu sudah melanggar hak. Orang mau islam atau tidak itu urusan Allah. Kalau
Allah tidak memberi hidayah, apapun yang dilakukan orang tak akan berhasil.
Jadi terhadap semua hal yang terjadi dan terpaan isu, triknya dengan bersabar.
Ya pasti bisa karena orientasi kami da’wah dan bukan profit. Kalau mau dihitung
secara profit ya jelas gak nyucuk
(tidak masuk).
Untuk muslim di Bali
Pesan saya untuk pembaca
buku ini, utamanya yang muslim ya? Ada beberapa ini :
1. Mohon orang islam jangan merasa superior. Rasulullah mencontohkan semuanya
dilakukan dengan cara damai dan menggunaka kedekatan pada Allah Swt.
2. Kita harus akomodatif terhadap
lingkungan. Dan sudah barang tentu tidak boleh larut utamanya dalam hal ibadah.
Dalam hal sosial kemasyarakatan boleh saja dan memang harus mau bergaul. Jangan
merasa eksklusif.
3. Terjemahan rahmatan lil alamin itu “harish
alaikum ma ‘anittum” peradaban yang tidak membuat orang sakit hati.
Dan ketiganya insya Allah akan
diwujudkan di kampus percontohan peradaban islam. Rasulullah berhijrah itulah
yang akan menjadi visi kita.
Saya juga punya harapan untuk saya dan umat islam. Kuntum khoira umatin, kalian adalah
umat terbaik yang harus konsisten pada nilai-nilai islam. Kejujuran,
konsisitensi, tidak munafik, istiqamah, dan akhlaqul
karimah yang lain. Mengapa ada yang korupsi? Ya karena kekurangan yang ini.
Memang memalukan yang korupsi di negeri ini justru sebagian besar orang islam.
Betul kan? Makanya harus kembali konsisten pada nilai islam tadi.
Dengan sikap seperti di atas, itu sudah menjaga nama dan
citra islam. Orang tidak terganggu dan siapapun yang melihat akan terpesona
dengan sikap dan perilaku orang islam. Isyhad
bi ana muslimuun, saksikan saya ini muslim dan saya akan berperilaku
seperti Rasulullah Saw yang sangat santun dan damai. Harusnya demikian. Kalau
ngebom dan membuat kekacauan itu menurut saya bukan muslim. Itu oknum saja.
Atau ada yang ditumpangi.
Dan saya punya motto
yang ingin saya tularkan kepada pembaca buku ini, “Nyatakan tiada ilah kecuali Allah
pasti menang. Menang dunia akhirat. Caranya dengan sabar dan syukur.”
Terima kasih dan mohon maaf bila ada yang salah. Wassalam..
@@@@@@@
0 komentar:
Posting Komentar