Sabtu, 12 April 2014

KH Abdullah Ihsan : Bukan yang digoreng tetapi penggorengannya (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB)



Islam di Bali
Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallah, Allahu akbar.. tahun 1999 saya masuk Bali untuk ditugasi megang Hidayatullah. Semoga semuanya berjalan sesuai dengan harapan semua pihak. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari cita-cita saya yang mulai saya perjuangkan sejak 1987 dengan bergabung di Hidayatullah Surabaya. Tujuannya minimal berusaha untuk bisa mengakomodasi potensi pemuda pemudi islam.
Bali sungguh luar biasa. Di Bali kesibukan da’wah jauh lebih besar daripada di tempat lain. Hal ini bukan karena muslim di Bali minoritas, bukan melulu itu saja. Muslim di Bali sangat “agresif” yang sangat positif. Bukan agresif menyerang atau ingin membunuhi orang-orang kafir. Naudzubillah sama sekali tidak seperti itu. Semangat orang islam di Bali untuk terus belajar sangat tinggi.
Keberislaman kita di Bali dan di luar Bali sangat jauh di negeri ini. Ketika di Jawa atau di tanah kelahiran Pembaca mungkin akan biasa-biasa saja atau cenderung malas, tetapi di Bali, sungguh luar biasa. Orang yang biasanya tidak shalat di masjid, saat di Bali shalatnya di masjid. Orang yang saat di kampung halamannya jauh dengan islam, saat di Bali menjadi rajin bahkan menjadi aktivis. Insya Allah Bali adalah salah satu sumber hidayah Allah Swt.
Rejeki anak sudah dijamin Allah
Saya ditanya oleh tim redaksi buku ini, mengapa kok anak saya banyak. Lebih dari itu sebagian besar anak saya yang perempuan sudah saya nikahkan saat masih di bangku kuliah. Sehingga fakta ini sempat membuat puyeng mereka (tim redaksi, red).
Yang jelas setiap jiwa, setiap yang lahir sudah dijamin rejekinya oleh Allah Swt. Dan saya memang benar-benar KB. KB saya adalah Keluarga Besar. Saya punya 10 anak dan tiga orang perempuannya sudah saya nikahkan sejak kuliah. Alasannya adalah agar yang menjaga mereka di jalan dan di kampus adalah suaminya. Selain terhindar dari dosa, insya Allah mereka bisa saling mendukung untuk mencapai cita-citanya. Dan Alhamdulillah hasilnya juga demikian..
Rejeki sudah diatur oleh Allah. Setiap jiwa sudah dijamin rejekinya oleh Allah. Tinggal kita saja apakah yakin dengan janji Allah atau tidak. Semakin seseorang yakin pada sesuatu, maka sesuatu itu akan bekerja untuknya. Apalagi Allah. Saat kita yakin dengan segala sesuatu tentang-Nya, maka dia akan bekerja untuk kita.
Perluasan lahan dengan pinjaman bank
Hidayatullah Bali yang sebelum Timor Timur memisahkan diri, wilayah kami sampai disana. Dan luar biasanya Bali, dengan luas tanah yang dimiliki Hdayatullah periode Ustadz Ahmad Umar tahun 1994 sd 2000 masih 450 M2, sekarang sudah 4.000 M2 lebih. Insya Allah tahun depan (2014,red)  akan membuka cabang di Jembrana dengan lahan seluar 10 kektar. Itu kampus yang akan mencoba untuk memberitahu umat tentang contoh peradaban islam. Ini sedang mencari meskipun tidak punya uang, kami yakin bisa. Insya Allah mohon doanya, karena tanpa dukungan semua pihak, tidak akan bisa jalan program kami.
Anda bertanya-tanya kan, bagaimana kami mendapatkannya? Bukan dari sumbangan, hibah atau sejenisnya, semuanya kami dapatkan dengan swadaya. Ya sudah barang tentu semuanya atas izin dari Allah Swt yang Maha Memberi.
Kami mendapatkan penambahan lahan dan bangunan bekerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Ya, kami mencicil setiap bulan. Dan ternyata sebentar lagi semuanya sudah akan lunas dalam setahun lebih ini.
Tidak setuju dengan cara kami?  Membangun pesantren kok pakai pinjam bank? Wallahu a’lam, kami meyakini bahwa perbedaan antara bank syariah dengan konvensional itu pada akadnya, perjanjiannya.  Jadi bisa jadi kami dalam bahasa umum dianggap membayar bunga yang diidentikkan dengan rentenir, tetapi tidak, kami membayar bagi hasil. Sebenarnya bukan masalah bunga atau bagi hasilnya, bukan nominalnya, tetapi lebih kepada proses, sistem dan mengolahnya menggunakan cara apa. Itu saja. Insya Allah baik. Buktinya MUI dan pusat tidak menyalahkan cara kami ini, mereka setuju dengan cara kami.
Jadi sekali lagi orientasinya bukan pada murahnya, tetapi barokahnya. Bukan yang digoreng, tetapi pengorengannya itu lho..
Pembaca bertanya lagi, dari mana uang untuk mengangsur? Jujur kami membayar ansuran bank tadi dari beberapa sumber. Antara lain uang SPP, uang gedung, beberapa donator dan pengalian umum. Syukurlah Allah terus memudahkan kami. Semoga ini bisa seterusnya dan Pembaca pun mendapatkan kemudahan yang lebih untuk urusan mendekatkan diri kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Amin.
Tentang kegiatan Pesantren Alhidayah
Pesantren kami sekarang mendidik 800-an santri dari TK sampai Madrasah Aliyah (MA). Diantara mereka ada yang mukim (tinggal di pesantren) 70 orang. Sebagian besar dari MA dan sedikit yang dari MTs (sederajat dengan SMP). 
Disini bukan sekolah penghafal Qur’an  (hafidh) tetapi kami mewajibkan santri untuk hafal Qur’an. Setidaknya syarat bisa lulus dari sini kalau SD harus hafal Juz Amma. Untuk lulus MTS minimum harus hafal 2 juz dan MA minimum 3 juz. Dan kabar baiknya, dengan target minimum seperti itu ternyata anak-anak hampir semuanya menghafal jauh lebih banyak daripada target. Bahkan ada yang hafal 30 juz, Alhamdulillah.
Ohya, untuk santri yang di tingkat MA target kami atau orientasi kami adalah sebagai kader. Karena sebelum mereka lulus, sudah banyak perguruan tinggi yang sudah mengantri ingin memberikan beasiswa. yang akan memberi beasiswa itu antara lain  STI Syariah…., IAIN Sunan Ampel, IAIN yogyakarta Dll
Saya pun sebenarnya punya cita-cita pribadi untuk diri dan keluarga saya. (1) Semoga anak-anak, maksudnya bukan saja anak kandung saya tetapi juga semua santri, bisa menjadi mujahid da’wah. Profesi boleh menjadi macem-macem, tetapi harus berda’wah di bidangnya. Minimal da’wah bil hal, selanjutnya bi lisan dan semua cara ditempuh untuk da’wah. (2) Saya juga mendambakan semua alumnus atau yang masih belajar disini dan muslim pada umumnya professional semuanya. Kita membangun peradaban pada seluruh unsur kebutuhan manusia. Ini cita-cita besar kita. Jadi semua kebutuhan umat bisa dicukupi dengan ini. (3) Selanjutnya tentu saja tegaknya kalimah Allah. Bom bukan cara kita, sekali lagi naudzubillah untuk cara-cara kekerasan seperti itu. Kta menggunakan cara Rasulullah Saw yang damai dan santun.
Statemen tokoh yang menyulitkan
Masih terlalu pahit terasa, saat seorang tokoh nasional mambuat statemen bahwa agama Bu Megawati tidak jelas saja, pesantren kami hampir berhasil dibakar massa. Semoga muslim baik dari kalangan atas sampai bawah semakin paham akan maksud dari kalimat “rahmatan lil alamin” islam harus bermanfaat dan menjadi rahmat. Datangnya islam harus membawa kebahagiaan dan bukan bencana.
Salah satu peran kami di luar kan mendidik anak-anak baik secara formal maupun non formal. Kita juga sering mengangkat program-program sosial untuk kedamaian dan kerukunan. Dan tentu saja kerja bakti sangat sering kita lakukan di dalam masyarakat. Jadi saat Mas Muslih menanyakan kepada saya tentang bom Bali, saya jawab “no comment” saya tidak paham dengan pola pikir pelakunya.
Adapun bila ada desas desus bahwa muslim di Bali sedang melakukan islamisasi, itu tidak ada. Yang ada hanya da’wah. Islam adalah agama da’wah, tidak ada paksaan dan kalau ada yang benar-benar melakukan islamisasi itu sudah melanggar hak. Orang mau islam atau tidak itu urusan Allah. Kalau Allah tidak memberi hidayah, apapun yang dilakukan orang tak akan berhasil. Jadi terhadap semua hal yang terjadi dan terpaan isu, triknya dengan bersabar. Ya pasti bisa karena orientasi kami da’wah dan bukan profit. Kalau mau dihitung secara profit ya jelas gak nyucuk (tidak masuk).
Untuk muslim di Bali
Pesan saya untuk pembaca buku ini, utamanya yang muslim ya? Ada beberapa ini :
1.      Mohon orang islam jangan merasa  superior. Rasulullah mencontohkan semuanya dilakukan dengan cara damai dan menggunaka kedekatan pada Allah Swt.
2.      Kita harus akomodatif terhadap lingkungan. Dan sudah barang tentu tidak boleh larut utamanya dalam hal ibadah. Dalam hal sosial kemasyarakatan boleh saja dan memang harus mau bergaul. Jangan merasa eksklusif.
3.      Terjemahan rahmatan lil alamin itu “harish alaikum ma ‘anittum” peradaban yang tidak membuat orang sakit hati. Dan  ketiganya insya Allah akan diwujudkan di kampus percontohan peradaban islam. Rasulullah berhijrah itulah yang akan menjadi visi kita.
Saya juga punya harapan untuk saya dan umat islam. Kuntum khoira umatin, kalian adalah umat terbaik yang harus konsisten pada nilai-nilai islam. Kejujuran, konsisitensi, tidak munafik, istiqamah, dan akhlaqul karimah yang lain. Mengapa ada yang korupsi? Ya karena kekurangan yang ini. Memang memalukan yang korupsi di negeri ini justru sebagian besar orang islam. Betul kan? Makanya harus kembali konsisten pada nilai islam tadi.
Dengan sikap seperti di atas, itu sudah menjaga nama dan citra islam. Orang tidak terganggu dan siapapun yang melihat akan terpesona dengan sikap dan perilaku orang islam. Isyhad bi ana muslimuun, saksikan saya ini muslim dan saya akan berperilaku seperti Rasulullah Saw yang sangat santun dan damai. Harusnya demikian. Kalau ngebom dan membuat kekacauan itu menurut saya bukan muslim. Itu oknum saja. Atau ada yang ditumpangi.
Dan saya punya motto yang ingin saya tularkan kepada pembaca buku ini, “Nyatakan tiada ilah kecuali Allah pasti menang. Menang dunia akhirat. Caranya dengan sabar dan syukur.” Terima kasih dan mohon maaf bila ada yang salah. Wassalam..
@@@@@@@

0 komentar: