Sabtu, 12 April 2014

Drs Bambang Santoso : Ingin Hidup mulia dan Bahagia, Datangi Masjid (Dari buku Menguak Kehidupan Islam di Bali / MKIB)



Ulul albab memaksimalkan fungsi otak
Bismillah, alhamdu lillah, semoga apapun yang kita lakukan muaranya adalah ridha Allah Swt. Sebagai manusia yang merupakan makhluk paling sempurna yang dikaruniai bukan hanya jasmani yang demikian harmoni juga kemampuan akal yang demikian tinggi. Dalam bahasa Qur’an, bagi mereka yang bisa mengoptimalkan fungsinya dikelompokkan sebagai ulul albab. Ulul albab yang bermakna memiliki otak dan dimaksimalkan fungsinya. Hal ini sesuai dengan sebuah ayat yang menjadi favorit Rasulullah Saw selalu baca dalam shalat malam. Ayat tersebut adalah Qs Al Imron : 190-200.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, ( Qs Al Imron : 190) dan seterusnya….
Konsideran dari Al Imran : 190 adalah Al Baqarah : 152 sebagai berikut :

Fadzkuruni adzkurukum, wasykuru li wala takfuruun,”  Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Jadi orang yang berfikir, ulul albab pada akhirnya adalah orang yang pandai bersyukur. Jika bersyukur akan ditambah nikmatnya, sebaliknya jika ingkar, maka siksa Allah amatlah pedih.



Belajar  dari masjid untuk tegakkan islam
Kalau kita melihat dunia sekarang yang jumlah penduduknya hampir 7 milyard. Dari 7 milyar itu 1,8 milyar diantaranya adalah umat islam. Khusus di Indonesia, sensus 2010 jumlah kita sudah sampai 236 juta penduduk. Dari jumlah itu umat islam kurang lebih 200 juta. Ketika diteliti lebih jauh, ternyata yang memiliki AlQur’an dirumahnya hanya 15%.

Artiya hanya 30 juta orang islam yang di rumahnya ada Qur’an. Dan dari 30 juta muslim yang punya Qur’an itu, ternyata yang bias membaca dengan baik dan mengkhatamkannya hanya 2%. Kemudian jumlah masjid di Indonesia sebanyak 863.000 ini data dari Kementrian Agama 2011. Bahkan menurut Lembaga Ta’mir NU jumlahnya ada 1.070.000 masjid se Indonesia.

Namun dari jumlah yang besar tersebut, setelah diteliti ternyata yang berfungsi sebagaimana masjid sebagaimana yang dilaporkan oleh Direktur Pemberdayaan Zakat Bpk DR Rohadi Abdul Fattah, ketika meluncurkan gerakan maghrib mengaji bersama, ternyata hanya 10,1% yang berfungsi sebagaimana masjid dan kalau diteliti lagi, yang 10,1% ini pun yang meramaikan adalah orang-orang yang usianya sudah ashar menjelang maghrib.

Dengan kondisi ini, bagaimana mungkin membangun peradaban yang lebih beradab diatas pilar ilmu yang kokoh dan otoritas keulamaan yang mengakar kuat. Bagaimana mungkin pula, muncul pemimpin-pemimpin yang memiliki visi jihad dan beroreontasi hidup ke akhiratan. Karena umat sudah jauh dari masjid bahkan jauh dari Qur’an. Kalau kita lihat, proses demokrasi yang ada di Indonesia ini sejujurnya sudah sangat jauh dari semangat UUD 1945 dan falsafah Pancasila. Lihat saja, dalam setiap proses demokrasi, yang menang PEMILU dia menang, karena dia tenar atau terkenal walaupun cacat moral. Dia menang karena dia kaya walaupun sebenarnya seorang koruptor. Dan lebih menjijikkan lagi dia menang dalam PEMILU walaupun menangnya itu dengan cara yang culas.

Kalau arah cara pemilihan pemimpin seperti ini, sungguh sangat jauh dari cita-cita para pendiri bangsa ini. Dan cara yang terbaik adalah kembali ke masjid. Karena di masjidlah peradaban dimulai dan dibangun.

Sebagai contoh inspiratifnya adalah Usamah bin Zaid r.a yang dalam usia 17 tahun sudah ditunjuk dan dipilih Nabi menjadi panglima perang memimpin ribuan pasukan.  Beliau dididik dan besar di masjid. Begitu juga Thariq bin Ziyad, Tuanku Imam Bonjol, sampai Pengeran Diponegoro, mereka adalah orang-orang yang besar dan dididik di masjid.

Sebagaimana di Padang Sumatera Barat, ketika adat syara’ basandi. Syara basandi  bi kitabullah dan nagari dibudayakan, disana lahir banyak ulama dan pahlawan negeri. Hal ini karena orang yang terdidik di masjid insya Allah, Allah akan tanamkan rasa bagaimanaislam ini didakwahkan dan syariat ini ditegakkan. Dan tentu muaranya adalah rahmatan lil alamiin…

Sayangnya banyak muslim, dia shalat, puasa, zakat, haji, bahkan umroh berkali-kali, di dalam hatinya tidak ada misi bagaimana islam didakwahkan. Begitu juga banyak tokoh islam, dia kaya, kuat, terkenal, mempunyai jabatan, bahkan dia menjabat pun konstituennya adalah orang islam. Tetapi di dalam dirinya tidak ada visi bagaimana syariat islam ditegakkan. Rasulullah Saw tidak ajarkan ini, dan islam tidak akan berkembang dengan orang-orang semacam ini. Sebenarnya mereka hanyalah partisipan islam.

Banyak ormas islam, mereka sangat bagus dalam visi dan misi, tetapi payah dalam strategi organisasi, mamajemen, dan leadership. Ini kelemahan umum ormas islam. Sebagaimana kata seorang mujahid, “mudah membangun rumah tetapi sangat sulit membangun rumah tangga, mudah membangun organisasi tetapi sangat sulit membangun tim.”  Dan solusi semua itu adalah dating ke masjid. Karena disana sebuah tata aturan sosial diajarkan.

Peran Jamaah Haji terhadap Kemerdekaan sangat besar
Kemerdekaan Republik Indonesia tidak terlepas dari kerja keras dari jamaah haji Indonesia (para hujaj). Entah beliau sengaja atau tidak yang jelas dengan melihat dunia luar, cara pandang mereka berubah. Dan dari perubahan itulah terbangun visi jihad dan hidup berorientasi keakhiratan yang muaranya adalah bagaimana kita terlepas dari penjajahan.

Kuota jamaah haji Indonesia yang demikian besar. Bahkan terbesar di dunia, bukan gambaran dari kekuatan islam, karena sesungguhnya kekuatan islam adalah al ‘amal al islam al jama’i. inilah sebenarnya kekuatan islam yang beramal dengan berjamaah.

Dalam konteks kekuasaan, menurut theologinya, kekuasaan itu harus direbut, bukan diminta atau ditunggu. Apalagi kalau kekuasaan itu berada di tangan si dholim. Sebagaimana yang dilakukan para pandir. Dan ingat, yang bakal berkuasa adalah yang ditolong  olehAllah bukan yang menang kontes. Dalam konteks inilah, jamaah haji Indonesia, yang seharusnya menjadi contoh terdepan sebagai pelaku perubahan, sebagaimana salah satu dari tujuan berhaji adalah bagaimana menebarkan kebaikan seluas-luasnya.

Sayangnya para hujaj itu mendatangi ka’bah yang mempunyai nama lain “albaitul ‘atiq,” rumah perubahan, mereka sudah di depan pintu ka’bah, tetapi tidak bertemu dengan tuan rumahnya.

Sebagian besar agendanya bukan karena Allah tetapi bisnis dan yang lainnya. Doanya pun ingin digoalkan bisnisnya dan bukan ingin mencapai derajat takwa. Padahal sudah jelas kita disuruh berbekal untuk berhaji, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Jika demikian ridha Allah akan sangat dekat dan bukan sebaliknya.

Saya tidak menyalahkan siapa-siapa tetapi ini pekerjaan rumah kita untuk menjadi lebih baik. Maka dari masjid saya terus menyuarakan untuk kebaikan diri saya sendiri maupun umat islam. Peran masjid sangat besar dalam merealisasikan cita-cita tadi. Karena masjid adalah rumahnya orang-orang yang bertakwa,  bahkan Allah menjaminkan diri-Nya, “barangsiapa yang menjadikan masjid sebagai rumahnya.”

Hidup ini seperti menggerot sebuah pensil.  Tentu saja dengan melakukannya bertujuan agar tulisan menjadi indah. Gerotlah pensil Anda sampai habis batangnya sehingga yang tersisa adalah tulisan yang indah.

Kembali tentang masjid dan saya perlu memohon maaf kepada semuanya karena semua hal selalu saya kaitkan dengan masjid. Hal ini tentu saja saya secara pribadi dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw bahwa masjid harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dan gerakan ini harus dilakukan secara besar-besaran dan masiv. Karenanya saya sebagai ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) berpesan agar setiap masjid bukan hanya fisik sarana dan prasarana yang diptimalkan tetapi pengurus-pengurusnya juga sangat perlu ditingkatan kemampuan dalam manajemen dan keilmuannya.

Tentang DPD
Mohon ini disimak untuk saudara-saudara saya yang beragama islam. Ini sangat penting karena keterwakilan kita sebagai muslim dipertaruhkan disana. Karena tidak ada keadilan tanpa keterwakilan.

Sebagian orang marah dan benci itu sering disebabkan karena tidak paham dan tidak tahu. Dengan adanya keterwakilan kita di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) maka suara yang benar akan terdengar oleh semua orang. Sehingga informasinya tidak bias dan kemana-mana. Kalau toh kita sekarang memperjuangkan untuk memenangkan seorang tokoh yang telah kita sepakati (Drs. H. Masrur Makmur, M.Pdi) untuk menjadi wakil kita di DPD Bali, sesunguhnya bukan memperjuangkan dan memenangkan ansyikh Masrur Makmur pribadinya tetapi hakikatnya adalah memperjuangkan ‘izzah dan muru’ah umat islam.

Hidup yang bermakna, bersyukur sepanjang waktu
Saya setiap bertugas menjadi khotib, sebelum semuanya, saya berpesan kepada diri sendiri dan jamaah seperti ini : “Hadirin jamaah Jumat rahima kumullah, sungguh beruntung kita bisa mendatangi shalat Jum’at. Mengikuti jamuan Allah. Akan berlipat ganda sekaligus menjadi nikmat yang luar biasa apabila sepulang dari shalat Jum’at, ketaatan dan volume daya rasa taat kepada Allah terbawa ke dalam kehidupan nyata kita sehari-hari. Namun bila sebaliknya yang terjadi, maka gagallah ibadah jum’at ini.”

Pembaca, ciri ilmu yang berkah itu antara lain : (1) ketika ada berita surga dia bahagia dan sulit beristirahat karena rasa syukur yang tinggi. Seperti Rasulullah yang sudah ma’sum dan dijamin dengan surga dan segala bentuk kenimkatan dari Allah, beliau masih tetap shalat malam sampai kakinya bengkak. Hal ini ditanya oleh siti Aisyah. Lalu jawaban beliau, “Aisyah, memang benar, tetapi tidak bolehkah aku menjadi hamba yang  bersyukur? Subhanallah… semoga kita bisa melakukan hal yang demikian.

(2) ketika ada berita tentang neraka, ketakutannya bertambah-tambah. Sehingga dia selalu memohon ampun kepada Allah dan sulit tidur. Jadi sulit tidur bukan karena mikir hutang tetapi karena takut kepada Allah Swt.

Suhaib bin Sinan Ar Rummy r.a yang menadi asbab turunnya turunnya Qs Al Baqarah : 207 untuk dicontoh umat islam. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Pesan saya untuk umat islam seluruh dunia, “Jika Anda ingin hidup mulia di dunia dan bahagia dunia akhirat, maka jadikan masjid sebagai rumah Anda.”

Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi diri saya khususnya dan Pembaca pada umumnya. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabaraakuh.

@@@@@@@

0 komentar: