Minggu, 01 April 2012

Menjadi 24 Karat (M-24-K) 7 Langkah merealisasikan keinginan, harapan dan cita-cita (Moeslih Rosyid)

Menjadi 24 Karat
(M-24-K)
7 Langkah merealisasikan keinginan, harapan dan cita-cita



Sebenarnya ide membuat tulisan tentang 24 karat ini saya dapat dari Pak Dahlan Iskan. Saat saya tulis bagian ini beliau sedang menjabat sebagai Menteri BUMN. Tetapi bukan dari BUMN-nya ide itu muncul. Kata 24 karat ada di buku beliau yang berjudul “Menegakkan akal sehat.” Jika Anda membaca, pasti setuju dengan isinya. Kecuali kalau memang ingin beda saja dan tidak mau merenungi esensinya.
            Saya sangat sepakat dengan Pak Dahlan bahwa barangsiapa yang tidak bisa mencapai apa yang diinginkannya, maka keinginan itu tidak 24 karat. Beliau hanya mengurai 24 karatnya, dan saya ingin 24 karat ini lebih detail lagi dirinci, sehingga mudah untuk dilaksanakan. Kasihan di luar sana, banyak orang stress gara-gara mendapat selisih antara apa yang diinginkan, diharapkan dan dicita-citaknnya dengan kenyataan yang ada.
            Untuk mendapatkan semua penjelasan itu ternyata tidak mudah. Sudah hampir dua tahun saya mengadakan penelitian untuk membuktikan bahwa statemen Pak Dahlan itu benar. Saya meyakini dan tentu saja untuk menjelaskan kepada orang lain tidak cukup dengan keyakinan saya saja. Saya perlu memberikan bukti-bukti meskipun itu hanya cerita logis yang saya susun berdasarkan hasil penelitian saya.
            Dari penelitian yang tepatnya saya lakukan selama 23 bulan 31 hari ini (pas hari ditulis tanggal 14-1-2012), saya berani menjamin bahwa jika keinginan, harapan dan cita-cita kita 24 karat, maka ketiganya akan bisa menjadi kenyataan. Dan syarat untuk bisa disebut 24 karat hanya ada 7 saja. Bagaimana bila sudah melaksanakan ketujuhnya namun masih belum tercapai keinginan, harapan dan cita-cita? Langkah yang harus diambil pertama kali adalah mengevaluasi, benarkah ketujuh langkah tersebut telah dilaksanakan. Bahkan hanya dengan langkah pertama saja sebenarnya sudah bisa menyelesaikan hajad kita. Dan setelah kita sudah mengevaluasi, mengulang dan benar-benar sudah melaksanakan langkah-langkah itu apa yang kita inginkan tidak kunjung diberi oleh Allah, kita sampai pada sebuah peringatan Allah. Yaitu belum tentu apa yang kita senangi dan ingini adalah baik bagi kita. Dan belum tentu pula, apa yang kita benci dan tidak sukai buruk bagi kita. Yang jelas apapun hasilnya, dengan telah melaksanakan tujuh langkah ini, kita akan bisa menerima apapun yang diberikan Allah kepada kita dengan legowo, bahagia dan penuh suka cita atas syukur yang senantiasa menyertai kita.
Ketujuh syarat tersebut adalah,  (1) membersihkan diri dari dosa, permusuhan, perselisihan, emosi dan sejenisnya. (2) Siap menderita, yang saya jamin bagi siapapun yang  siap menderita, maka dia tidak akan pernah menderita. Sebaliknya, siapapun yang takut menderita, maka dia justru akan menderita. Menderita yang saya maksud pada poin 2 adalah siap lelah dalam memperbaiki ibadahnya kepada Tuhannya, siap untuk berbuat baik kepada sesama sebanyak mungkin, dan siap menjalani penderitaan dalam proses menjadi lebih baik. (3) Militant dan pantang menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkan itu. Bila perlu membuat alternatif strategi teruji sebanyak mungkin. Strategi A gagal, ganti B dan seterusnya sampai misi berhasil. (4) Banyak Sharing atau memberi. Dalam agama yang ini disebut dengan sedekah. Sedekah ini bisa berupa harta benda, pikiran/solusi, tenaga, senyum dan juga doa. Jika kita memberi satu dijamin akan dibalas dengan 10 oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Yang ini tidak mengenal Suku Ras Agama dan Antar golongan (SARA). Siapapun memberi satu pasti dibalas 10. (5) Banyak bersilaturahim, bersinergi, berkolaborasi sehingga rejeki yang sudah terpampang di depan mata tinggal mengambilnya. (6) Pandai membuat proposal. Yang saya maksud dengan proposal ini bukan melulu beberapa lembar kertas tetapi juga pandai menembak dan mengeksekusi pelanggan sebagai hasil dari follow up program sesuai dengan tujuannya. Tentu sebelumnya sudah banyak bumbu masaknya. Pergaulan, pertemanan, mengikuti acara-acara, banyak tampil dan dikenal dan tentu saja berbuat baik sebanyak mungkin sesuai kemampuan dan proporsinya (7) Fokus pada apa yang diinginkan dengan membuat afirmasi-afirmasi diri untuk sukses dan memastikan semua program sudah jalan. Ingat, pikiran adalah undangan dan berfikir adalah mengundang. Jika kita berfikir bisa, insya Allah bisa. Jika berfikir sebaliknya, maka itulah yang akan terjadi. Namun poin yang berupa evaluasi ini harus terus bertumpu pada tujuan yang mulia. Jika tidak, dalam bahasa hukum disebut dengan batal demi hukum.

0 komentar: