(1)
KH. Hasan Ali :
Rahmatan lil alamin jangan hanya
di bibir saja
|
Alhamdulillah, semoga tulisan-tulisan seperti ini, karya seperti
ini banyak ditulis oleh anak-anak bangsa
yang beragama islam. Bahkan saya mendukung 100% jika ide membuat media cetak
umum bernuansa islam di Bali segera dilaksanakan.
Tentang saya :
Alhamdulillah juga, 19 Februari 1933 saya terlahir di Palembang dan
Allah masih memberikan kesempatan saya untuk tetap bisa melampiaskan hoby lama
saya sampai sekarang, yaitu membaca. Dalam usia yang berkepala 8 ini saya masih bisa melakukannya meskipun dibantu
kacamata.
Saya
disuruh bercerita ini?. Okelah, dimulai dari mana ya? Oh ini saja ; saya dulu
sekolah di SGHA yang merupakan singkatan dari Sekolah Guru dan Hakim Agama.
Tahun 1957 SGHA dipecah menjadi dua, yaitu (PGA) Pendidikan Guru Agama, dan
(PHIN) Pendidikan Hakim Islam Negara. Saya lulus dan bekerja tahun 1953.
Penempatan
saya kerja pertama di Kantor Departemen Agama Sumbawa Besar tahun 1953 membawa
beberapa harapan dan tantangan. Berdinas selama setahun, 1954 saya dimutasi ke
Mataram sampai tahun 1970.
Tahun
1971 saya mutasi ke Bali yang hampir tidak saya jalani. Bukan karena apa-apa
tetapi saya tidak bisa mengambil keputusan dalam keraguan. Saat itu saya ragu.
Perintah itu sudah saya terima Desember 1970, tetapi saya berangkat Maret 1971.
Ya itu tadi alasannya.
Nah,
di Bali saat itu nama Kantor Kamenag masih Kantor Agama Daerah (KAD). Dan di
sana dipecah jadi dua, Kantor Jawatan Agama Islam dan Kantor Jawatan Agama
Hindu. Lalu 1973 dibuka Perwakilan Depag Propinsi Bali.
Dimana
pun subyektifitas manusia selalu ada, tetapi waktu itu di Bali masih lebih
terbuka. Perasaan hampir semua orang lebih nasionalis. Belum ada kedaerahan
yang menonjol. Tetapi ada juga cerita unik yang musti kita ketahui tentang
budaya Bali.
Semua Pendatang dipanggil Nak Jawa
Sebelum
tahun 1960-an Singaraja itu menjadi ibukota Propinsi Sunda Kecil yang memiliki
wilaya Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Baru tahun 1960-an
saya lupa tepatnya, berganti nama menjadi Propinsi Nusa Tenggara.
Saat
Singaraja masih menjadi ibukota, kami tidak bisa gajian setiap bulan. Surat
Perintah Membayar Uang (SPMU) datangnya tiga bulan sekali saja untung, kadang
lebih. Jadi gajian kami seperti itu. Tetapi kami tetap bersemangat, karena
disitulah lading amal kami sekaligus tempat mengais rejeki.
Lalu
1962, mudah-mudahan saya tidak salah ya Mas, berdiri Propinsi Bali dengan
Ibukota Denpasar. Sedangkan Komando Wilayan Pertahanan (KOWILHAN) masih
berpusat di Singaraja.
Dengan
kondisi itulah orang islam dari luar yang datang ke Bali tidak kesulitan
mencari makanan halal. Utamanya untuk wilayah Buleleng, Karangasem, Negara dan
juga Singaraja. Mengapa demikian? Karena daerah-daerah tadi sudah lebih dulu
berinteraksi dengan orang luar. Dan mungkin Pembaca yang kelahiran 1970 kesini
akan heran bahwa semua orang luar yang datang ke Bali dipanggil “Nak Jawa”. Mau dari Palembang, Makasar,
Kalimantan, Sumatera, Ambon atau dari mana saja di Indonesia adalah Nak Jawa. Nak Jawa ini sebutannya saja. Dipelesetkan bisa jadi. Padahal asal
katanya, “Nak Jaba”. Jaba itu luar,
sehingga arti lengkapnya orang dari luar, bukan orang dari Jawa.
Rata-rata
masyarakat Bali tertutup saat itu. Mereka lebih mengutamakan adat. Jadi yang
tidak masuk struktur adat, dianggap orang luar. Dan menurut orang Bali saat
itu, yang disebut orang Bali itu yang beragama Hindu. Yang agamanya bukan Hindu
bukan orang Bali.
Nah,
setelah mereka banyak berinteraksi dengan dunia luar, misalnya sekolah ke Jawa
atau ke Makasar, lama-lama terbuka. Mereka menyadari bahwa kita ini butuh plurarisme karena kita Bhineka Tunggal Ika.
Tingkat Keislaman di Bali sangat tinggi
Masuk
Bali tahun 1971 saya menjadi Kasi pengembangan Madrasah. Heran kan? Kok ada ya?
Jangan salah bahwa muslim di Bali menurut saya tingkat keislamannya cukup
tinggi. Makanya didirikanlah madrasah-madrasah di beberapa tempat. Walhasil di Depag harus ada seksi yang
mengurusi madrasah. Sampai tahun 1975 saya beberapa kali mutasi di Kanwil. Dan
tahun 1975 sd 1985 saya dipercaya memimpin sekolah Pendidikan Guru Agama 6
tahun (PGA 6 Tahun) di Singaraja. Dan 1985 saya jadi pengawasan sekolah islam
di Denpasar sampai pensiun tahun 1993.
Bersama
tulisan ini saya pun ingin memberitahu kepada pembaca. Di luar Bali, mungkin
perbedaan ORMAS membuat mereka saling bermusuhan, insya Allah di Bali ini
tidak. Mungkin ada tetapi tidak terlalu signifikan.
Kita
boleh berbeda, bahkan perbedaan itu rahmat. Yang prinsip-prinsip tidak ada
perbedaan. Yang berbeda hanya masalah ibadah. Jadi di Bali
kami sesama ORMAS akrab karena kita sadar tentang perbedaan itu. Kami selalu
mencari persamaan dan bukan perbedaan. Menarik dan bukan mencerca. Mengajak dan
bukan mengusir. Dan Rasulullah selalu bersikap lemah lembut sebagaimana diatur dalam Qs Al Imran : 159.
159. “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Qs Al Imran : 159)
Masalahnya manusia selalu fanatik pada pilihannya
sendiri. Padahal ancaman sebagai orang
musyrik ditetapkan kepada kita yang memecah belah umat (Qs Ar Rum : 30-33)
30. Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui 31. dengan kembali bertaubat
kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah, 32. yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
Selanjutnya Allah memberikan arahan kepada kita
bagaimana mengahadapi perselisihan, bahkan perbuatan jahat. Semuanya sudah
diatur dengan rapid an jelas.
(Qs Fushilat : 30-35)
30. Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. 31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan
dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. 32. Sebagai hidangan
(bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 33. Siapakah yang
lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri” 34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. 35. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
Ini pesan saya, kalau mau mengajak orang, maka kita
sendiri harus (1) menghormati perbedaan (2) menjaga batas-batas tertentu dan
(3) tidak saling menghina dan mencela. Namun semuanya perlu proses. Harus
selalu diupayakan untuk kerukunan ini.
Yang sungguh sangat penting adalah memperbanyak orang
mempelajari Al Qur’an dan memahaminya. Insya Allah akan semakin paham apa itu
islam. Setiap manusia selalu ada nilai-nilai positifnya. Tak terkecuali orang
non muslim.
KH Habib
Adnan Pelopor FKUB
Untuk maksud perdamaian sebagaimana didambakan di
atas, kita telah memelopori adanya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Ini
dikomandoi oleh Almarhum KH Habib Adnan. Beliau ayah dari Pak Taufik yang
sekarang menjadi Ketua MUI Propinsi Bali. Bahkan waktu itu saya masih
reaksioner karena belum paham. Saya sempat menentang beliau.
“Ini bukan strategi tetapi inilah ajaran islam,”
nasehat KH. Habib Adnan menanggapi keraguan saya. beliaulah yang membabat alas.
Sehingga sejak saat itu FKUB terus mengadakan pertemuan meskipun tidak ada
masalah. Apalagi kalau ada masalah. Dulu FKUB ini berkantor di MUI. Sampai
tahun 1998-an lalu diambil oleh pemerintah dan dinasionalkan. Insya Allah FKUB
Bali pertama di Indonesia.
Lalu
tentang bom Bali. Bom Bali I banyak korban jiwa, dan bom Bali II banyak korban
ekonomi. Sehingga 2005 banyak kos-kosan tutup, ekonomi sangat sepi. Tetapi
tanpa membela siapa-siapa, sebenarnya ada hikmah yang bisa kita ambil pada
setiap kejadian. Tak terkecuali tragedi bom Bali. Setidaknya Bali semakin
dikenal dunia, ekonomi pun setelah tertekan menjadi melejit. Muslim pun
berkesempatan melakuan da’wah bilhal.
Rahmatan lil alamin jangan hanya di bibir
Ini
yang ingin saya paparkan bahwa da’wah
bilhal, da’wah dengan sikap ini sudah kita lakukan dengan paling sedikit
tiga hal. Pertanian terpadu, peternakan yang membina masyarakat desa dan program
pendampingan desa mandiri. Dari
sana lalu saudara kita yang asli Bali merasa diuntungkan. Bahkan kalau Mas
Suprio Guntoro dan Mas Zaenal Arifin ke desa-desa itu, mereka sungguh sangat
senang menerimanya. Semua menunggu kedatangannya. Bagus kan?
Dulu
ada ungkapan yang agak membuat telinga merah dari saudara kita Bali. “Kalau
turis membawa dolar, kalau Nak Jawa
membawa kekumuhan / kemiskinan.” Jadi di
satu sisi mereka cemburu, sementara di sisi lain membutuhkan. Pas lebaran saya
naik taksi dan ngobrol dengan sopirnya. Dia mengeluh bahwa lebaran justru sepi.
“Sepi Pak, ndak ada nak jawa,” ungkap mereka. Demikian juga usaha lain tetap
membutuhkan pasar. Setidaknya meskipun Nak Jawa punya usaha, mereka pun menjadi
pasar bagi orang Bali. Jadi simbiosis
mutualisme, saling menguntungkan.
Akhirnya
dimulai dari para pemimpin, lalu mereka sadar akan kebutuhan saling mengisi
itu. Pak Mangku Pastika sempat menyoal masyarakatnya yang tidak bisa membuat “tahu-tempe” dan hanya berharap Nak Jawa
yang berproduksi. Selidik punya selidik ternyata mereka sudah enjoy dengan usaha di pariwisata.
Jadi
kesadaran masyaraat Bali itu lalu menjadi semangat untuk menutupi kekurangan
mereka dan juga Nak Jawa yang ternyata saling membutuhkan. So, jika
saudara-saudara muslim mengalami kesulitan menghadapi sikap tidak bersahabat
dari saudara kita asli Bali, tahun 2006 kami sudah megumpulkan pemuka islam di
Masjid Ibnu Batutah dengan pesan utama memahami sejarah masuknya islam di Bali.
Da’wah islam itu simpatik kok.
Dari
pertemuan itu lalu kita punya program yang disebut dengan Catur Program Umat
disingkat CAPU. Inilah keempat program tersebut :
1. Meningkatkan pemahaman islam dengan sebaik-baiknya
yang berbasis masjid
2. Meningkatkan sosial ekonomi umat dengan
menyosialisasikan ekonomi syariah
3. Meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu
sekolah dan pesantren.
4. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara
(nasionalisme).
CAPU
ini dicanangkan sampai dengan tahun 2030. Bagaimana hasilnya? Ada tetapi masih
sangat lambat. Hal ini selain kesadaran kurang dan seperti biasa umat islam bersifat
reaksionir (kalau tidak ada apa-apa santai-santai, tetapi kalau ada masalah
baru bingung), dan juga sosialisasi dirasa masih sangat kurang. Semoga saja
dengan hadirnya buku ini, para pemuka islam kembali mau mengingatkan kepada
jamaahnya.
Saya
jadi ingat statemen seorang dosen
UNUD yang sangat menggelitik pikiran saya sampai sekarang. Katanya umat islam
tidak bakal bisa bersatu sampai kiamat. Saya tidak usah sebut siapa nama
beliau, yang jelas beliau muslim. Alasannya islam itu parsial dan tidak terpadu.
Inilah PR kita dan saya yakin dengan tenaga-tenaga seperti adik-adik yang
berinisiatif membuat media, Allah akan memudahkan semuanya.
Mari
kita kembali ke khitah rahmata lil alamin,
manfaat bagi seluruh alam. Jangan kalimat itu hanya dijadikan slogan dan hanya
di bibir saja. Jangan sampai untuk kita sendiri saja belum mampu, apalagi untuk
keluar.
Semoga
apa yang saya sampaikan bermanfaat dan selamat menikmati….
@@@@@@@@@@
0 komentar:
Posting Komentar