Senin, 09 Desember 2013

H. Masrur Makmur, M.Pdi : Insya Allah 40% penghasilan saya untuk umat



(2)
H. Masrur Makmur, M.Pdi
:
Insya Allah 40% penghasilan saya untuk umat





Orang sering  berfikir bahwa orang-orang sukses itu enak sekali hidupnya. Mereka pun lalu berfikir alangkah enaknya menjadi orang sukses yang kayaraya, mati masuk surga. Dari pikiran itu lantas berandai-andai menjadi orang kaya.
Dalam islam orang yang panjang angan-angan seperti itu disebut dengan “thulul amal”. Kita mesti cermat dalam membedakan antara “thulul ‘amal” dan thulul amal tadi. Kalau thulul ‘amal yang menggunakan huruf ain berarti panjang amalnya. Seseorang yang sudah meninggal pun bila amalnya baik dan mengesankan bisa panjang dan dikenang orang sepanjang masa. Sedangkan thulul amal yang panjang angan-angan, Pembaca bisa menerka sendiri, karena biasanya orang seperti itu malah cenderung malas untuk beraksi. So, sebaiknya kita tidak berpanjang angan-angan tetapi harus banyak beraksi setelah direncanakan.

Saya sopir H. Latunrung
Kalau ada yang pernah berdinas atau hidup di Makasar, mungkin tahu dengan nama H.Latunrung. Setidaknya Mas Muslih yang penulis buku dan kerja di Kantor Pos itu mengenalnya. Kepada beliaulah, H.Latunrung saya menjadi sopir. Saya mengabdi kepadanya.
Kalau boleh sombong, mungkin saya bisa dikatakan sebagai bukan sopir biasa. Kalau sopir pribadi kan standby setiap saat sudah lumrah dan jamak dilakukan, sedangkan saya ada tugas tambahan yang menurut saya keren. Saya pun menjalaninya tanpa ada pikiran apa-apa, bagaikan air mengalir yang pasti menuju ke dataran yang lebih rendah.
Belakangan saja lalu saya berfikir tentang status sebagai sopir tadi, “lebih baik menjadi logic of discovery daripada logic perfection   Secara sangat singkat saya terjemahkan kalimat tadi dengan syukur atas semua yang ada.
Oh iya, sampai lupa menjelaskan tentang bukan sopir biasa yang serba guna tadi. Sebagai sopir, setelah selesai antar ini dan itu, setiap hari saya punya tugas mengambil makanan untuk sekitar 60 orang karyawan di kantor. Saya ambil dari rumah dan tentu saja bukan sekedar mengambil, tetapi juga membantu yang masak menyiapkan piring dan perlengkapan lainnya.
Bagaimana setelah semua selesai makan? Saya pun dengan senang hati meringkasnya, mencuci piring-piring dan gelas kotor itu, dan mengembalikannya ke rumah bos. Memang saya adalah keponakan dari bos saya yang terkenal itu, tetapi saya kan tidak boleh semena-mena. Justru karena orang dekat itulah, maka saya harus memberikan contoh yang baik kepada karyawan lainnya.
Ternyata sikap baik saya tadi bukan saja menguntungkan saya di satu sisi, dalam hal lain meskipun mungkin karena memang saya satu-satunya yang lancar bahasa Inggris, tetap saja adalah sesuatu yang harus saya syukuri. Dengan berbekal ijazah S-1 Bahasa Inggris jurusan Sastra Inggris, saya pun lalu diangkat menjadi manajer  money Changer yang dibuka di Bali. Tentu dengan senang hati saya berangkat. Bayangkan, dari posisi sebagai sopir lalu diangkat menjadi orang kepercayaan bos di luar pulau.

Gaji Rp 65 ribu dan kost saja sudah Rp 75 ribu di Bali
Tanggal 28 Januari 1990 saya dengan gagahnya diutus oleh H. Latunrung Paman saya untuk membuka usaha valas atau money changer di Bali. Ini perpanjangan tangan atau cabang milik H. Latunrung yang ada di Bali.

Tanpa berfikir negatif tentang paman saya yang memang baik hati, saya pun menjalani hidup di Bali dengan lumayan ekstra keras. Bayangkan, gaji saya saat itu Rp 65.000,00 sedangkan kost sudah Rp 75.000,00.  Logika mana yang bisa masuk untuk kehidupan seperti itu. Dalam pikiran saya hanya satu tidak menyalahkan paman, yaitu bahwa usaha ini belum berjalan dengan baik dan hasilnya  belum maksimal. Kalau usah sudah maju pasti penghasilan saya juga akan meningkat. Dengan berfikir demikian,  hati jadi tenang menerima semuanya. Saya pun bertahan sebagai manajer di perusahaan money changer itu selama 3  (tiga) tahun.

Pembaca pasti ngebayanginnya gimana gitu merantau dengan penghasilan yang sangat minim. Mohon maaf Om H. Latunrung, bukan bermaksud yang aneh-aneh tulisan ini saya buat, tetapi ada tujuannya, yaitu memberi motivasi saya dan juga Pembaca untuk terus berkarya di saat lapang maupun sempit, tetap memberi baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

Saya pun ingat, betapa setiap melaksanakan urusan bank dari Legian ke Bank Indonesia, bisa saya tempuh kira-kira dua sampai tiga jam. Jadi berangkat pagi dan sampai di bank menjelang siang. Keren kan? Mengapa bisa demikian? Karena efisiensi yang kami terapkan, kendaraan bermotor belum kami miliki dan kemana-mana masih naik angkot.

Tetapi mungkin saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini yang kata orang hidup saya sudah berkecukupan kalau saya mudah menyerah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup selama di Bali, ternyata ilmu bahasa Inggris saya bermanfaat. Menjadi guide free lance  saya ambil sebagai pilihan saya mengisi waktu kosong usai bekerja. Sebenarnya pola pikirnya bukan mengisi waktu luang, tetapi memang untuk mencukupi kebutuhan dan kalau ada lebihnya, bisa menyenangkan orang tua melalui weselpos. Rp 10.000,00 per hari bukankah lumayan bagi seseorang dengan kondisi seperti saya tadi.

Bukan berkhianat, tetapi mengambil pilihan yang tepat
Saya harus terus berfikir agar hidup saya bisa berubah. Kalau begini-begini terus bakal bahaya nasib saya kelak. Maka diam-diam saya sering sharing dengan teman-teman. Dan dari sana lalu saya semakin paham tentang bisnis yang sedang saya tangani. Setelah dirasa cukup untuk berjuang sendiri maka saya putuskan untuk mandiri. Anggaplah selama tiga tahun mengabdi di perusahaan paman, etung-etung sebagai masa pendidikan dan pelatihan tentang segala seluk beluk penukaran uang asing. Bisa juga dianggap magang.

Awalnya sih tidak ingin aksi cerdas saya ini diketahui om saya, namun agar semuanya berkah, maka saya laporkan saja bahwa saya nyambi. Tetapi apa yang terjadi? Om H. Latunrung marah besar kepada saya dan memberikan pertanyaan yang cukup sulit dijawab saat itu.  Mungkin beliau pun mikir tentang gaji saya yang minim itu sehingga marah beliau, tegas beliau dilakukan dengan sangat bijak.

“Masrur, kalau Masrur harus memilih, apakah akan terus ikut Latunrung atau mandiri seperti yang selama ini secara diam-diam kau lakukan?,” sebenarnya kaget banget sekaligus malu mendapati pertanyaan itu, rasanya hampir copot jantung ini. Tetapi saya harus tetap tenang dalam menghadapi permasalahan apapun. Kata orang, panik bisa merusak semuanya. So, dengan menarik nafas panjang untuk hasil yang terbaik diantara yang buruk, saya jawab pertanyaan itu.

“Ya om, sebelumnya saya mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah saya lakukan. Tidak ada maksud apa-apa dengan hubungan saya bersama Mas Suntoro, tetapi kalau disuruh memilih, saya ingin mandiri. Sekali lagi mohon maaf atas keputusan ini. Bukannya saya ingin berkhianat, apalagi mengkhianati paman sendiri, tetapi saya ingin mengambil pilihan yang tepat dengan segala risikonya,” ternyata paman setuju dengan jawaban saya. Karena sejak dulu dan sampai kapan pun insya Allah hubungan kami sangat baik. Ibarat kata, apapun kondisinya, hubungan keluarga dan hubungan personal harus tetap baik. Musuh satu terlalu banyak, namun teman seribu masih sangat kurang. Dipandanginya saya lekat-lekat, lalu dipeluknya seperti seorang ayah memeluk anak lelakinya. Subhanallah

Teman saya pun memisahkan diri
Dengan akad yang jelas di depan paman tadi,  lalu saya sebut bismillahi rahmaani rahiim,  saya mulai usaha sendiri bersama Mas Suntoro. Tepatnya tanggal, 18 Juni 1993 saya mulai. Mungkin ini rejeki Nurahmah anak pertama saya, sehingga tanggal pembukaannya tepat dengan hari ulang tahunnya.

Bermodalkan uang 26 juta dari hasil kerjasama itu Alhamdulillah sekarang kami sudah membuka 18 cabang. Mas Suntoro ini saat itu jadi manajer Keuangan Bali Dinasty Hotel dengan bisnis yang sama.

Ketika bisnis mulai jalan, hanya tiga bulan saja mas Suntoro bergabung dengan saya. Beliau ingin memisahkan diri dan mendirikan usaha yang sama di Bali. Walhasil kelabakanlah saya karena harus mengembalikan modal dari beliau. Namun dengan bertekad bahwa tidak ada masalah yang  tidak bisa diselesaikan, maka bismillah, saya berhasil membayar uang beliau dan membayar kontrakan.

Allah benar-benar Maha Pemurah sehingga ketegangan ini bisa terlepas dari saya dan membuat saya semakin matang. Dengan ujian yang berupa masalah membuat kita semakin dewasa, bukan sebaliknya menjadi lemah. Inilah hidup dan kita harus memilih yang terbaik dengan militansi dan integritas yang tinggi. Insya Allah semua akan terjadi seperti yang kita rencanakan.

Untuk anak, tidak mendengar suaranya satu jam saja, sepi
Saya ini kalau tidak mendengar suara anak saya, rasanya ada yang aneh. Sepi dan hampa serta merta menyerang saya. Makanya setiap menjelang subuh saya istiqamahkan menelpon anak saya yang ada di Jawa dua duanya. Membangunkan untuk shalat tahajud sekaligus sampai subuh. Saya bukan SMS lho tetapi telepon. Ya itu tadi, ingin selalu mendengar suara mereka.

Anak adalah titipan Allah yang pasti harus saya pertanggung jawabkan pendidikan dan segala macamnya. Anak adalah cermin bagi orang tua. Apapun yang terjadi pada anak, maka orang tualah yang harus bertanggung jawab. Dan kalau ada apa-apa dengan anak, pasti orang tuanya yang bermasalah.

Anak bagi saya adalah investasi yang paling besar dalam hidup ini. Menikah tanpa anak membuat banyak pasangan stres. Salah satu solusi yang diambil biasanya mengangkat anak orang lain, memungut. Jika anak kita shaleh dan shalehah, maka kita akan mendapatkan doa mereka. Kalau anak kita tidak mengenal agama, jangankan mendoakan, megurus diri sendiri saja tidak bisa.

Itulah, makanya sedemikian pentingnya posisi anak terhadap orang tua, saya serius dalam mendidik mereka. Segala macam cara saya lakukan agar anak saya berhasil menjadi seperti yang saya dambakan, yaitu menjadi anak shaleh dan shalehah yang bertakwa kepada Allah Swt.

Saya mau dicalonin jadi DPD, asalkan enam ini
Saya kemarin saat ada peluang untuk maju menjadi calon DPD, saya mau tetapi mempunyai beberapa syarat yang tertuang dalam 6 program menuju DPD RI Dapil Provinsi Bali. Keenam program tersebut adalah :
1.      Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah terhadap isu-isu penting di daerah Bali.
2.      Selalu mendengar, melihat, dan merasakan denyut hati rakyat Bali.
3.      Membangun dan memajukan sektor pariwisata, perdagangan, kerajinan, pertanian dan ketenagakerjaan.
4.      Membangun Bali yang berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan.
5.      Memperjuangkan aspirasi rakyat di daerah Bali dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang berkesinambungan
6.      Memperjuangkan otonomi khusus (otsus) di Bali untuk menyelamatkan budaya dan sistem pengairan subak.

Apa itu DPD?
Sekadar meluruskan persepsi yang tekadang keliru tentang DPD, saya ingin sedikit menjelaskannya. DPD dan DPR digambakan serupa dengan sisem perwakilan seperti di Amerika Serikat yang terdiri dari senate sebagai perwakilan Negara bagian dan house of representatives sebagi perwakilan seluruh rakyat. Di Amerika Serikat, kedua unsure perwakilan tersebut dinamakan Kongres (congress). Konggres ini berperan sebagai badan yang menjalankan kekuasaan legislatif. Inilah yang disebut dengan system perwakilan menjadi dua kamar (bicameral).

Sedangkan fungsi dari DPD adalah :
1.      Fungsi legislasi atau fungsi pengaturan (regelend function)
2.      Fungsi pengawasan (control) yaitu pengawasan pemerintahan (control of executive), pegawasan pengeluaran (control of expenditure), dan pengawasan pemungutan pajak (control of taxation)
3.      Fungsi representasi (representation) yang meliputi tiga, yaitu representasi politik, territorial dan fungsional.

Sedangkan manfaat dari pembentukan DPD adalah keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi  daerah. selanjutnya memberi peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik untuk hal-hal terutama yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah. Keinginan tersebut berangkat dari indikasi bahwa pengambilan keputusan yang bersifat sentralistik pada masa lalu ternyata telah mengakibatkan ketimpangan dan mengebiri rasa keadilan. Bahkan hal tersebut dapat mengancam keutuhan wilayah Negara dan persatuan nasional.

Yang akan diperjuangkan DPD
1.      Bidang pertanian
Laju perkembangan pariwisata yang demikian pesat di Bali justru membuat pertanian semakin terdesak dan terpinggirkan. Banyak lahan sawah yang subur dicaplok untuk dijadikan hotel, Vila atau bangunan. Selama sepuluh tahun (1987-1997) terjadi penyusutan lahan. Dalam hal ini kasus yang menonjol ada di Kabupaten Jembrana dan Tabanan. Dahulu sebagai daerah dengan sumber air melimpah, kini sudah tergolong krisis air untuk irigasi.

2.      Bidang Adat-Budaya
Masalah yang paling menonjol adalah kasus-kasus bernuansa adat. Guru besar Fakultas Sastra UNUD Prof DR I Gde Parimartha, MA menilai bahwa maraknya kasus-kasus bernuansa adat di Bali terjadi sejak adanya Peraturan Daerah (Perda) Nomor : 3 tahun 2001.   Perda tersebut perlu disempurnakan karena hanya mengatur desa adat dan tidak menyebutkan adanya desa dinas. Padahal antara desa adat dan desa dinas selama ini mengemban tugas masing-masing

3.      Bidang Hukum dan KAMTIBMAS
Tingginya angka kriminalitas masih menjadi masalah serius di Bali, baik kejahatan jalanan maupun transnasional dan korporasi. Persoalan tertib hukum masih dipersoalkan di Bali. Misalnya aturan tentang syarat kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mewajibkan warga pendatang memiliki rumah atau tanah pribadi. Padahal Undang-Undang Kepandudukan tidak mensyaratkan hal itu, dan lain-lain



4.      Bidang Pariwisata
Pertumbuhan pariwisata Pulau Dewata dengan tingkat kunjungan 2.573.118 pada November 2011 disinyalir hanya menggemukkan pada predator yang notabene bukan masyarakat lokal Bali. Pemprov Bali harus menggenjot pariwisata Bali yang berdampak positif terhadap masyarakat. Diantaranya dengan mengembangkan wisata spiritual, wisata alam dan lainnya guna menekan pengaruh negatif yang ditimbulkan dari pertumbuan pariwisata.

5.      Bidang Kependudukan
Tingginya angka pengangguran dankemiskinan merupakan aspek yang dapat menggoyahkan sendir-sendi kohesifitas sosial. Demi tercapainya stabilitas sosial perlu ditetapkan tata kelola dan pelayanan kependudukan, pendataan secara akurat dan implementasi kerjasama antar daerah yang terkait dengan persoalan lalu lintas kependudukan.

6.      Bidang sumber alam
Melimpahnya kekayaan alam Bali, baik yang sudah dikelola maupun belum, menjadi daya tarik berbagai kepentingan. Praktik Pengelolaan lingkungan yang serampangan dan tidak berpihak pada msyarakat dan lingkungan hidup, jelas akan berdampak buruk pada keberlangsungan Bali ke depan. Oleh karena itu perlu ada regulasi yang tepat dan penindakan hukum yang tegas untuk melindungi lingkungan Bali.

7.      Bidang politik
Budaya politik juga mengalami kemerosotan dengan maraknya politik uang. Perkembangan lingkungan strtatejik juga berpengaruh terhadap keutuhan NKRI. Hal ini diwarnai dengan munculnya gerakan-gerakan atau setidaknya ancaman sparatisme di beberapa daerah. Hal yang merupakan dampak negatif desentralisasi antara lain menguatnya primordialisme kedaerahan sebagai akibat penguatan sosial. Hal ini disebabkan kewenangan yang sangat besar bagi daerah dan kepala daerah, sehingga diantaranya memunculkan gejala pemilahan sosial serta cenderung melahirkan nasionalisme sempit.

Beberapa Prestasi sebagai pendorong (trigger)
Bukan bermaksud ingin pamer jabatan, tetapi siapa tahu ada yang berurusan dengan kantor-kantor ini dan saya bisa bantu. Pasti ada manfaatnya. Ini beberapa organisasi dan institusi yang saya ada disana :
1.      PT Bali Maspintjinra Money Changer, saya sebagai Direktur Utama
2.      Yayasan Eduka Sejahtera Insan Cendekia Bumi Serpong Damai (BSD) Pamulang, saya sebagai ketua.
3.      Tomoza Corporation, Japan Bali, saya sebagai manajer.
4.      Franchise RM Wong Solo Makassar, saya sebagai pemilik.
5.      Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Badung Bali, saya sebagai ketua.
6.      Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), saya sebagai wakil ketua.
7.      Rukun Warga Musim (RWM) Masjid Al Hasanah Perum Canggu Permai Kabupaten Badung Bali, saya sebagai ketua.

Kami pun pernah mendapatkan beberapa penghargaan sebagai kebanggaan sebagai muslim yang berprestasi. Namun bukan urusan agama, tetapi siapa tahu berdampak baik untuk islam. Ini beberapa diantaranya :
1.      Penghargaan “mitra kerja dengan volume transaksi Bank notes tertinggi” than 2009 dari Bank Mandiri
2.      Penghargaan “The best national money changer contributor” dari PT Bank Mutiara 2010
3.      Penghargaan dengan volume transaksi terbesar dari Bank Mutiara tahun 2012
4.      Penghargaan “Anak Bangsa Mandiri” tahun 2012 dari yayasan Restu Bunda.

Semoga berbekal prestasi dan posisi yang sedikit itu bisa memudahkan jalan kita mendapatkan keterwakilan muslim utamanya dan orang Bali pada umumnya di DPR-RI. Amin.

Sebagai penambah keyakinan sekaligus doa dari Pembaca, berikut copy “PAKTA INTEGRITAS” saya untuk menjadi DPD.

Bismillahirhamaanirahiim
PAKTA INTEGRITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama                      : Drs. H. Masrur
  Makmur, M.Pdi
Umur/Lahir           : 49 tahun / 9 Desember
 1963
Pekerjaan              : Swasta
Alamat                    : Jl Imam Bonjol Perum
  Kubu  Pratama D-18
  Denpasar Bali
Dengan ini menyatakan bahwa :
1.       Saya bersedia untuk dicalonkan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) periode tahun 2014-2019 dari daerah pemilihan Propinsi Bali
2.       Saya bersedia senantiasa taat dan patuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya, para ulama, tokoh masyarakat, yang mengantarkan saya sebagai anggota DPD-RI
3.       Dalam melaksanakan tugas sebagai anggota DPD-RI saya mengutamakan untuk membawa aspirasi umat di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan
4.       Apabila saya terpilih sebagai anggota DPD RI, maka saya bersedia menyerahkan 40 persen dari seluruh penghasilan saya sebagai anggota DPD RI, untuk kepentingan umat melalui tim 13 Ukhuwah Bali
5.       Saya bersedia menanggung biaya sosialisasi dan kampanye pemenangan.

Semoga Allah Swt meridhoi usaha dan perjuangan kita.  Amin
Demikian Pakta Integritas ini kami buat dengan sesungguhnya dan dengan setulusnya tanpa da paksaan dari pihak manapun.

Denpasar, 22 Oktober 2012
Hormat Kami,

Drs. H. Masrur Makmur, M.Pdi



@@@@@@@

0 komentar: