(2)
H. Masrur Makmur, M.Pdi
:
Insya Allah 40% penghasilan saya untuk umat
Orang sering berfikir bahwa orang-orang sukses itu enak sekali hidupnya. Mereka pun lalu berfikir alangkah enaknya menjadi orang sukses yang kayaraya, mati masuk surga. Dari pikiran itu lantas berandai-andai menjadi orang kaya.
Dalam islam orang yang panjang angan-angan seperti itu
disebut dengan “thulul amal”. Kita
mesti cermat dalam membedakan antara “thulul
‘amal” dan thulul amal tadi. Kalau thulul ‘amal yang menggunakan huruf ain
berarti panjang amalnya. Seseorang yang sudah meninggal pun bila amalnya baik
dan mengesankan bisa panjang dan dikenang orang sepanjang masa. Sedangkan
thulul amal yang panjang angan-angan, Pembaca bisa menerka sendiri, karena
biasanya orang seperti itu malah cenderung malas untuk beraksi. So, sebaiknya
kita tidak berpanjang angan-angan tetapi harus banyak beraksi setelah
direncanakan.
Saya sopir H. Latunrung
Kalau ada yang pernah berdinas atau hidup di Makasar, mungkin
tahu dengan nama H.Latunrung. Setidaknya Mas Muslih yang penulis buku dan kerja
di Kantor Pos itu mengenalnya. Kepada beliaulah, H.Latunrung saya menjadi
sopir. Saya mengabdi kepadanya.
Kalau boleh sombong, mungkin saya bisa dikatakan sebagai
bukan sopir biasa. Kalau sopir pribadi kan standby
setiap saat sudah lumrah dan jamak dilakukan, sedangkan saya ada tugas tambahan
yang menurut saya keren. Saya pun menjalaninya tanpa ada pikiran apa-apa,
bagaikan air mengalir yang pasti menuju ke dataran yang lebih rendah.
Belakangan saja lalu saya berfikir tentang status sebagai
sopir tadi, “lebih baik menjadi logic of
discovery daripada logic perfection”
Secara sangat singkat saya terjemahkan kalimat tadi dengan syukur atas
semua yang ada.
Oh iya, sampai lupa menjelaskan tentang bukan sopir biasa
yang serba guna tadi. Sebagai sopir, setelah selesai antar ini dan itu, setiap
hari saya punya tugas mengambil makanan untuk sekitar 60 orang karyawan di
kantor. Saya ambil dari rumah dan tentu saja bukan sekedar mengambil, tetapi
juga membantu yang masak menyiapkan piring dan perlengkapan lainnya.
Bagaimana setelah semua selesai makan? Saya pun dengan senang
hati meringkasnya, mencuci piring-piring dan gelas kotor itu, dan
mengembalikannya ke rumah bos. Memang saya adalah keponakan dari bos saya yang
terkenal itu, tetapi saya kan tidak boleh semena-mena. Justru karena orang dekat
itulah, maka saya harus memberikan contoh yang baik kepada karyawan lainnya.
Ternyata sikap baik saya tadi bukan saja menguntungkan saya
di satu sisi, dalam hal lain meskipun mungkin karena memang saya satu-satunya
yang lancar bahasa Inggris, tetap saja adalah sesuatu yang harus saya syukuri.
Dengan berbekal ijazah S-1 Bahasa Inggris jurusan Sastra Inggris, saya pun lalu
diangkat menjadi manajer money Changer
yang dibuka di Bali. Tentu dengan senang hati saya berangkat. Bayangkan, dari
posisi sebagai sopir lalu diangkat menjadi orang kepercayaan bos di luar pulau.
Gaji Rp 65 ribu dan kost saja sudah Rp 75 ribu di Bali
Tanggal
28 Januari 1990 saya dengan gagahnya diutus oleh H. Latunrung Paman saya untuk
membuka usaha valas atau money changer di Bali. Ini perpanjangan tangan atau
cabang milik H. Latunrung yang ada di Bali.
Tanpa
berfikir negatif tentang paman saya yang memang baik hati, saya pun menjalani
hidup di Bali dengan lumayan ekstra keras. Bayangkan, gaji saya saat itu Rp
65.000,00 sedangkan kost sudah Rp 75.000,00.
Logika mana yang bisa masuk untuk kehidupan seperti itu. Dalam pikiran
saya hanya satu tidak menyalahkan paman, yaitu bahwa usaha ini belum berjalan
dengan baik dan hasilnya belum maksimal.
Kalau usah sudah maju pasti penghasilan saya juga akan meningkat. Dengan
berfikir demikian, hati jadi tenang
menerima semuanya. Saya pun bertahan sebagai manajer di perusahaan money
changer itu selama 3 (tiga) tahun.
Pembaca
pasti ngebayanginnya gimana gitu merantau dengan penghasilan yang sangat minim.
Mohon maaf Om H. Latunrung, bukan bermaksud yang aneh-aneh tulisan ini saya
buat, tetapi ada tujuannya, yaitu memberi motivasi saya dan juga Pembaca untuk
terus berkarya di saat lapang maupun sempit, tetap memberi baik dalam keadaan
lapang maupun sempit.
Saya
pun ingat, betapa setiap melaksanakan urusan bank dari Legian ke Bank
Indonesia, bisa saya tempuh kira-kira dua sampai tiga jam. Jadi berangkat pagi
dan sampai di bank menjelang siang. Keren kan? Mengapa bisa demikian? Karena
efisiensi yang kami terapkan, kendaraan bermotor belum kami miliki dan
kemana-mana masih naik angkot.
Tetapi
mungkin saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini yang kata orang hidup saya
sudah berkecukupan kalau saya mudah menyerah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup
selama di Bali, ternyata ilmu bahasa Inggris saya bermanfaat. Menjadi guide free lance saya ambil sebagai pilihan saya mengisi waktu
kosong usai bekerja. Sebenarnya pola pikirnya bukan mengisi waktu luang, tetapi
memang untuk mencukupi kebutuhan dan kalau ada lebihnya, bisa menyenangkan
orang tua melalui weselpos. Rp 10.000,00 per hari bukankah lumayan bagi
seseorang dengan kondisi seperti saya tadi.
Bukan berkhianat, tetapi mengambil pilihan yang tepat
Saya
harus terus berfikir agar hidup saya bisa berubah. Kalau begini-begini terus
bakal bahaya nasib saya kelak. Maka diam-diam saya sering sharing dengan
teman-teman. Dan dari sana lalu saya semakin paham tentang bisnis yang sedang
saya tangani. Setelah dirasa cukup untuk berjuang sendiri maka saya putuskan
untuk mandiri. Anggaplah selama tiga tahun mengabdi di perusahaan paman,
etung-etung sebagai masa pendidikan dan pelatihan tentang segala seluk beluk
penukaran uang asing. Bisa juga dianggap magang.
Awalnya
sih tidak ingin aksi cerdas saya ini diketahui om saya, namun agar semuanya
berkah, maka saya laporkan saja bahwa saya nyambi.
Tetapi apa yang terjadi? Om H. Latunrung marah besar kepada saya dan memberikan
pertanyaan yang cukup sulit dijawab saat itu.
Mungkin beliau pun mikir tentang gaji saya yang minim itu sehingga marah
beliau, tegas beliau dilakukan dengan sangat bijak.
“Masrur,
kalau Masrur harus memilih, apakah akan terus ikut Latunrung atau mandiri
seperti yang selama ini secara diam-diam kau lakukan?,” sebenarnya kaget banget
sekaligus malu mendapati pertanyaan itu, rasanya hampir copot jantung ini.
Tetapi saya harus tetap tenang dalam menghadapi permasalahan apapun. Kata
orang, panik bisa merusak semuanya. So, dengan menarik nafas panjang untuk
hasil yang terbaik diantara yang buruk, saya jawab pertanyaan itu.
“Ya
om, sebelumnya saya mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah saya lakukan.
Tidak ada maksud apa-apa dengan hubungan saya bersama Mas Suntoro, tetapi kalau
disuruh memilih, saya ingin mandiri. Sekali lagi mohon maaf atas keputusan ini.
Bukannya saya ingin berkhianat, apalagi mengkhianati paman sendiri, tetapi saya
ingin mengambil pilihan yang tepat dengan segala risikonya,” ternyata paman
setuju dengan jawaban saya. Karena sejak dulu dan sampai kapan pun insya Allah
hubungan kami sangat baik. Ibarat kata, apapun kondisinya, hubungan keluarga
dan hubungan personal harus tetap baik. Musuh satu terlalu banyak, namun teman
seribu masih sangat kurang. Dipandanginya saya lekat-lekat, lalu dipeluknya
seperti seorang ayah memeluk anak lelakinya. Subhanallah…
Teman saya pun memisahkan diri
Dengan
akad yang jelas di depan paman tadi,
lalu saya sebut bismillahi
rahmaani rahiim, saya mulai usaha
sendiri bersama Mas Suntoro. Tepatnya tanggal, 18 Juni 1993 saya mulai. Mungkin
ini rejeki Nurahmah anak pertama saya, sehingga tanggal pembukaannya tepat
dengan hari ulang tahunnya.
Bermodalkan
uang 26 juta dari hasil kerjasama itu Alhamdulillah sekarang kami sudah membuka
18 cabang. Mas Suntoro ini saat itu jadi manajer Keuangan Bali Dinasty Hotel
dengan bisnis yang sama.
Ketika
bisnis mulai jalan, hanya tiga bulan saja mas Suntoro bergabung dengan saya.
Beliau ingin memisahkan diri dan mendirikan usaha yang sama di Bali. Walhasil kelabakanlah saya karena harus
mengembalikan modal dari beliau. Namun dengan bertekad bahwa tidak ada masalah
yang tidak bisa diselesaikan, maka bismillah, saya berhasil membayar uang
beliau dan membayar kontrakan.
Allah
benar-benar Maha Pemurah sehingga ketegangan ini bisa terlepas dari saya dan
membuat saya semakin matang. Dengan ujian yang berupa masalah membuat kita
semakin dewasa, bukan sebaliknya menjadi lemah. Inilah hidup dan kita harus
memilih yang terbaik dengan militansi dan integritas yang tinggi. Insya Allah
semua akan terjadi seperti yang kita rencanakan.
Untuk anak, tidak mendengar suaranya
satu jam saja, sepi
Saya
ini kalau tidak mendengar suara anak saya, rasanya ada yang aneh. Sepi dan
hampa serta merta menyerang saya. Makanya setiap menjelang subuh saya
istiqamahkan menelpon anak saya yang ada di Jawa dua duanya. Membangunkan untuk
shalat tahajud sekaligus sampai subuh. Saya bukan SMS lho tetapi telepon. Ya
itu tadi, ingin selalu mendengar suara mereka.
Anak
adalah titipan Allah yang pasti harus saya pertanggung jawabkan pendidikan dan
segala macamnya. Anak adalah cermin bagi orang tua. Apapun yang terjadi pada
anak, maka orang tualah yang harus bertanggung jawab. Dan kalau ada apa-apa
dengan anak, pasti orang tuanya yang bermasalah.
Anak
bagi saya adalah investasi yang paling besar dalam hidup ini. Menikah tanpa
anak membuat banyak pasangan stres. Salah satu solusi yang diambil biasanya
mengangkat anak orang lain, memungut. Jika anak kita shaleh dan shalehah, maka
kita akan mendapatkan doa mereka. Kalau anak kita tidak mengenal agama,
jangankan mendoakan, megurus diri sendiri saja tidak bisa.
Itulah,
makanya sedemikian pentingnya posisi anak terhadap orang tua, saya serius dalam
mendidik mereka. Segala macam cara saya lakukan agar anak saya berhasil menjadi
seperti yang saya dambakan, yaitu menjadi anak shaleh dan shalehah yang
bertakwa kepada Allah Swt.
Saya mau dicalonin jadi DPD, asalkan enam ini
Saya
kemarin saat ada peluang untuk maju menjadi calon DPD, saya mau tetapi
mempunyai beberapa syarat yang tertuang dalam 6 program menuju DPD RI Dapil
Provinsi Bali. Keenam program tersebut adalah :
1. Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah
terhadap isu-isu penting di daerah Bali.
2. Selalu mendengar, melihat, dan merasakan denyut hati rakyat
Bali.
3. Membangun dan memajukan sektor pariwisata,
perdagangan, kerajinan, pertanian dan ketenagakerjaan.
4. Membangun Bali yang berdikari secara ekonomi,
berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan.
5. Memperjuangkan aspirasi rakyat di daerah Bali dan
mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang berkesinambungan
6. Memperjuangkan otonomi khusus (otsus) di Bali untuk
menyelamatkan budaya dan sistem pengairan subak.
Apa itu DPD?
Sekadar
meluruskan persepsi yang tekadang keliru tentang DPD, saya ingin sedikit
menjelaskannya. DPD dan DPR digambakan serupa dengan sisem perwakilan seperti
di Amerika Serikat yang terdiri dari senate
sebagai perwakilan Negara bagian dan house
of representatives sebagi perwakilan seluruh rakyat. Di Amerika Serikat,
kedua unsure perwakilan tersebut dinamakan Kongres (congress). Konggres ini berperan sebagai badan yang menjalankan
kekuasaan legislatif. Inilah yang disebut dengan system perwakilan menjadi dua
kamar (bicameral).
Sedangkan
fungsi dari DPD adalah :
1. Fungsi legislasi atau fungsi pengaturan (regelend function)
2. Fungsi pengawasan (control)
yaitu pengawasan pemerintahan (control of
executive), pegawasan pengeluaran (control
of expenditure), dan pengawasan pemungutan pajak (control of taxation)
3. Fungsi representasi (representation) yang meliputi tiga, yaitu representasi politik,
territorial dan fungsional.
Sedangkan
manfaat dari pembentukan DPD adalah keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah. selanjutnya memberi peran yang lebih
besar kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik untuk hal-hal
terutama yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah. Keinginan tersebut
berangkat dari indikasi bahwa pengambilan keputusan yang bersifat sentralistik pada masa lalu ternyata
telah mengakibatkan ketimpangan dan mengebiri rasa keadilan. Bahkan hal
tersebut dapat mengancam keutuhan wilayah Negara dan persatuan nasional.
Yang akan diperjuangkan DPD
1. Bidang pertanian
Laju perkembangan pariwisata yang demikian pesat di
Bali justru membuat pertanian semakin terdesak dan terpinggirkan. Banyak lahan
sawah yang subur dicaplok untuk
dijadikan hotel, Vila atau bangunan. Selama sepuluh tahun (1987-1997) terjadi
penyusutan lahan. Dalam hal ini kasus yang menonjol ada di Kabupaten Jembrana
dan Tabanan. Dahulu sebagai daerah dengan sumber air melimpah, kini sudah
tergolong krisis air untuk irigasi.
2. Bidang Adat-Budaya
Masalah yang paling menonjol adalah kasus-kasus bernuansa
adat. Guru besar Fakultas Sastra UNUD Prof DR I Gde Parimartha, MA menilai
bahwa maraknya kasus-kasus bernuansa adat di Bali terjadi sejak adanya Peraturan
Daerah (Perda) Nomor : 3 tahun 2001. Perda tersebut perlu disempurnakan
karena hanya mengatur desa adat dan tidak menyebutkan adanya desa dinas.
Padahal antara desa adat dan desa dinas selama ini mengemban tugas
masing-masing
3. Bidang Hukum dan KAMTIBMAS
Tingginya angka kriminalitas masih menjadi masalah
serius di Bali, baik kejahatan jalanan maupun transnasional dan korporasi.
Persoalan tertib hukum masih dipersoalkan di Bali. Misalnya aturan tentang
syarat kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mewajibkan warga pendatang memiliki
rumah atau tanah pribadi. Padahal Undang-Undang Kepandudukan tidak mensyaratkan
hal itu, dan lain-lain
4. Bidang Pariwisata
Pertumbuhan pariwisata Pulau Dewata dengan tingkat
kunjungan 2.573.118 pada November 2011 disinyalir hanya menggemukkan pada predator yang notabene bukan masyarakat
lokal Bali. Pemprov Bali harus menggenjot pariwisata Bali yang berdampak
positif terhadap masyarakat. Diantaranya dengan mengembangkan wisata spiritual,
wisata alam dan lainnya guna menekan pengaruh negatif yang ditimbulkan dari
pertumbuan pariwisata.
5. Bidang Kependudukan
Tingginya angka pengangguran dankemiskinan merupakan
aspek yang dapat menggoyahkan sendir-sendi kohesifitas
sosial. Demi tercapainya stabilitas sosial perlu ditetapkan tata kelola dan pelayanan
kependudukan, pendataan secara akurat dan implementasi kerjasama antar daerah
yang terkait dengan persoalan lalu lintas kependudukan.
6. Bidang sumber alam
Melimpahnya kekayaan alam Bali, baik yang sudah
dikelola maupun belum, menjadi daya tarik berbagai kepentingan. Praktik
Pengelolaan lingkungan yang serampangan
dan tidak berpihak pada msyarakat dan lingkungan hidup, jelas akan berdampak
buruk pada keberlangsungan Bali ke depan. Oleh karena itu perlu ada regulasi
yang tepat dan penindakan hukum yang tegas untuk melindungi lingkungan Bali.
7. Bidang politik
Budaya politik juga mengalami kemerosotan dengan
maraknya politik uang. Perkembangan lingkungan strtatejik juga berpengaruh
terhadap keutuhan NKRI. Hal ini diwarnai dengan munculnya gerakan-gerakan atau
setidaknya ancaman sparatisme di beberapa daerah. Hal yang merupakan dampak
negatif desentralisasi antara lain menguatnya primordialisme kedaerahan sebagai akibat penguatan sosial. Hal ini
disebabkan kewenangan yang sangat besar bagi daerah dan kepala daerah, sehingga
diantaranya memunculkan gejala pemilahan sosial serta cenderung melahirkan
nasionalisme sempit.
Beberapa Prestasi sebagai pendorong (trigger)
Bukan
bermaksud ingin pamer jabatan, tetapi siapa tahu ada yang berurusan dengan
kantor-kantor ini dan saya bisa bantu. Pasti ada manfaatnya. Ini beberapa
organisasi dan institusi yang saya ada disana :
1. PT Bali Maspintjinra Money Changer, saya sebagai
Direktur Utama
2. Yayasan Eduka Sejahtera Insan Cendekia Bumi Serpong
Damai (BSD) Pamulang, saya sebagai ketua.
3. Tomoza Corporation, Japan Bali, saya sebagai manajer.
4. Franchise RM Wong Solo Makassar, saya sebagai pemilik.
5. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Badung Bali,
saya sebagai ketua.
6. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), saya
sebagai wakil ketua.
7. Rukun Warga Musim (RWM) Masjid Al Hasanah Perum Canggu
Permai Kabupaten Badung Bali, saya sebagai ketua.
Kami
pun pernah mendapatkan beberapa penghargaan sebagai kebanggaan sebagai muslim
yang berprestasi. Namun bukan urusan agama, tetapi siapa tahu berdampak baik untuk
islam. Ini beberapa diantaranya :
1. Penghargaan “mitra kerja dengan volume transaksi Bank
notes tertinggi” than 2009 dari Bank Mandiri
2. Penghargaan “The
best national money changer contributor” dari PT Bank Mutiara 2010
3. Penghargaan dengan volume transaksi terbesar dari Bank
Mutiara tahun 2012
4. Penghargaan “Anak Bangsa Mandiri” tahun 2012 dari
yayasan Restu Bunda.
Semoga
berbekal prestasi dan posisi yang sedikit itu bisa memudahkan jalan kita
mendapatkan keterwakilan muslim utamanya dan orang Bali pada umumnya di DPR-RI.
Amin.
Sebagai
penambah keyakinan sekaligus doa dari Pembaca, berikut copy “PAKTA INTEGRITAS”
saya untuk menjadi DPD.
Bismillahirhamaanirahiim
PAKTA
INTEGRITAS
Yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Drs. H. Masrur
Makmur, M.Pdi
Umur/Lahir :
49 tahun / 9 Desember
1963
Pekerjaan :
Swasta
Alamat :
Jl Imam Bonjol Perum
Kubu
Pratama D-18
Denpasar Bali
Dengan
ini menyatakan bahwa :
1. Saya bersedia untuk dicalonkan sebagai Anggota Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) periode tahun 2014-2019 dari
daerah pemilihan Propinsi Bali
2. Saya bersedia senantiasa taat dan patuh pada perintah
Allah dan Rasul-Nya, para ulama, tokoh masyarakat, yang mengantarkan saya
sebagai anggota DPD-RI
3. Dalam melaksanakan tugas sebagai anggota DPD-RI saya
mengutamakan untuk membawa aspirasi umat di atas kepentingan pribadi, keluarga
dan golongan
4. Apabila saya terpilih sebagai anggota DPD RI, maka
saya bersedia menyerahkan 40 persen dari seluruh penghasilan saya sebagai
anggota DPD RI, untuk kepentingan umat melalui tim 13 Ukhuwah Bali
5. Saya bersedia menanggung biaya sosialisasi dan
kampanye pemenangan.
Semoga
Allah Swt meridhoi usaha dan perjuangan kita.
Amin
Demikian
Pakta Integritas ini kami buat dengan sesungguhnya dan dengan setulusnya tanpa
da paksaan dari pihak manapun.
Denpasar, 22 Oktober 2012
Hormat Kami,
Drs. H. Masrur Makmur, M.Pdi
@@@@@@@